Budidaya Tanaman Gandum



BUDIDAYA TANAMAN GANDUM
(Triticum aestivum L)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari sektor pertanian mempunyai kontribusi penting dalam proses industrialisasi terutama di wilayah pedesaan. Efek agroindustri tidak hanya mentransformasikan produk primer ke produk olahan tetapi juga budaya kerja dari agraris tradisional yang menciptakan nilai tambah rendah menjadi budaya kerja industrial modern yang menciptakan nilai tambah tinggi. Kebijakan pembangunan agroindustri antara lain kebijakan investasi, teknologi dan lokasi agroindustri harus mendapat pertimbangan utama. (Suryana, 2005).
Indonesia adalah negara agraris. Berbagai macam tanaman bisa tumbuh subur di tanah Indonesia, seperti  serealia dan kacang-kacangan. Serealia merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Setiap daerah mempunyai bahan makanan pokok masing-masing, sehingga banyak bermunculan tanaman serealia di tanah Indonesia (kadarisman,1994). Serealia adalah jenis tumbuhan golongan tanaman padi-padian/rumput-rumputan (Gramineae) yang dibudidayakan untuk menghasilkan bulir-bulir berisi biji-bijian sebagai sumber karbohidrat/pati. Semua tanaman serealia adalah tanaman semusim, yang berarti satu kali tanam, satu kali panen dan tumbuh baik di daerah beriklim sedang. 
Gandum (Triticum aestivum L) termasuk tanaman serealia yang mengandung karbohidrat lebih dari 70% dan merupakan bahan pangan berbasis tepung. Tepung dari bahan baku serealia termasuk gandum mempunyai karakter yang istimewa dibandingkan dengan tepung dari tanaman berpati seperti aneka umbi. Tepung dari komoditas serealia tidak bersifat higrokopis (mudah mengisap dan mengeluarkan uap air) sehingga memiliki daya simpan yang cukup panjang, baik dalam bentuk biji maupun tepung.
Konsumsi pangan berbasis gandum di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun, akibat dari perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat seperti mie, bihun, kue, cornflakes, cococrunch dan lain sebagainya. Hal ini sangat mempengaruhi ketahanan pangan di dalam negeri karena kebutuhan gandum nasional seluruhnya dipenuhi oleh impor.
Pengembangan gandum ditujukan untuk memantapkan daerah – daerah yang sudah biasa menanam gandum, sedangkan daerah bukan baru lebih difokuskan kepada sosialisasi dan demplot – demplot agar petani yang ingin mengembangkan gandum dapat belajar tentang budidaya gandum. Peningkatan areal tanam terus diupayakan melalui pemasyarakatan tanaman gandum kepada petani. Selain itu, sebagian besar petani Indonesia masih mengolah serealia terutama gandum hanya sebagai makanan pokok dan bahan baku setengah jadi seperti tepung saja padahal manfaat gandum sangat besar bagi kesehatan manusia. Pengolahan serealia secara tepat dan menarik bisa menambah nilai mutu dan jual jenis bahan tersebut (Wiyono,1980). Namun masyarakat belum bisa melakukannya karena kurangnya pengetahuan secara spesifik mengenai sifat- sifat serealia terutama tanaman gandum dan penanganan pascapanen yang baik dan benar.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yang dikaji dalam makalah ini :
1. Bagaimana cara membudidayakan tanaman gandum dengan baik dan benar?
2. Bagaimana penanganan pascapanen tanaman gandum?
3. Apa saja hama dan penyakit pada tanaman gandum?
4. Bagaimana peluang budidaya tanaman gandum di Indonesia?

I.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahuin cara membudidayakan tanaman gandum dengan baik dan benar.
2. Mengetahui bagaimana penanganan pascapanen tanaman gandum.
3. Mengetahui hama dan penyakit pada tanaman gandum.
4. Mengetahui peluang budidaya tanaman gandum di Indonesia.


BAB II
ISI

II.1 Sejarah Perkembangan Gandum di Indonesia

Gandum (Triticum aestivum L.) merupakan tanaman yang berasal dari daerah subtropis, akan tetapi melalui usaha–usaha manusia dibidang pemuliaan dan budidaya tanaman, penyebaran tanaman gandum mulai meluas ke daerah iklim sedang dan tropis. Masyarakat prasejarah sudah mengenal sifat-sifat gandum dan tanaman biji-bijian lainnya sebagai sumber makanan. Berdasarkan penggalian arkeolog, diperkirakan gandum berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar TurkiSiriaIrak, dan Iran. Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada sejak 2700 SM.
Pengembangan gandum di Indonesia dimulai sejak Menteri Pertanian dipegang oleh Prof.Dr.Ir.H. Thoyib Hadiwijaya dengan membentuk Tim Inti Uji Adaptasi Gandum pada tahun 1978, lokasi uji coba terletak di Kabanjahe (Sumatera Utara). Benih asal yang digunakan adalah Cimmyt Meksiko dengan produktivitas empat ton/ha dalam bentuk pecah kulit (Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan, 2001 cit., Puspita, 2009).
Pengembangan uji adaptasi tersebut tidak berlanjut, Kemudian pada tahun 2000 PTISM Bogasari Flour Mills mensponsori kegiatan penelitian gandum di Indonesia melalui Proyek Gandum 2000. Penelitian tersebut dilakukan untuk mempelajari kemungkinan pengembangan gandum di Indonesia sebagai bagian dari strategi pengembangan gandum (pewilayahan gandum). Adapun proyek tersebut dilakukan melalui kerjasama antara Departemen Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) Bogor, Universitas Brawijaya, SEAMEO Biotrop, Universitas Kristen Satia Wacana (UKSW) Salatiga dan Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Solo. Penelitian tersebut menghasilkan pemetaan wilayah yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman gandum (Bogasari, 2004).
Pada tahun 2001 pemerintah Indonesia melalui Departemen Pertanian merintis pengembangan gandum dalam bentuk demonstrasi area di enam provinsi yaitu Sumatera Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan, dengan menggunakan benih galur asal India dan Cimmyt. Sampai tahun 2003 Ditjen Tanaman Pangan Departemen Pertanian terus melakukan pengembangan gandum berupa penelitian dan percobaan dalam rangka penyiapan dan perbanyakan sekaligus uji multi lokasi. Hasil yang diperoleh dari usaha pengembangan tersebut cukup menggembirakan dan memperoleh respon yang cukup baik dari petani dan pemerintah daerah. Panen perdana gandum dilakukan pada tahun 2002 di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Selanjutnya pada tahun 2004, Ditjen Bina Produksi Tanaman Pangan Departemen Pertanian mencanangkan dan meluncurkan program pengembangan gandum secara massal melalui Program Pengembangan Gandum Berkibar (Berkembang, Kurangi Impor dan Bantu Rakyat) seluas satu juta hektar yang diharapkan dapat terwujud di Indonesia. Hingga saat ini Indonesia telah melepas empatvarietas gandum yaitu : 1) Dewata berasal dari DWR 162 (India), 2) Selayar berasal dari Cimmyt Meksiko, 3) Nias berasal dari Thailand, dan 4) Timor berasal dari India. Keempat varietas tersebut hanya untuk dataran tinggi (>800 m dpl) dan banyak ditanam saat ini hanya varietas Dewata dan Nias. Dilepaskannya empat varietas gandum oleh pemerintah menunjukkan bahwa gandum dapat dikembangkan di Indonesia.  
Beberapa wilayah di Indonesia yang berpotensi menjadi daerah penghasil gandum seperti daerah Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Hal ini terbukti dengan keberhasilan UPT Pusat Pengembangan Perbenihan Kentang (P3K) di Desa Ngadiwono yang telah sukses mengembangkan dan membudidayakan salah satu varian asal Australia. Dari uji coba tersebut, pertumbuhan dan hasil produksi gandum asal Australia cukup bagus. Budidaya gandum di Kecamatan Tosari, Pasuruan ini mampu memproduksi biji gandum sebanyak 4 ton per hektar.




II.2 Klasifikasi Tanaman Gandum

Klasifikasi tanaman gandum secara ilmiah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : TriticumL.
Species : Triticum aestivum L.
Tanaman gandum dapat tumbuh ideal di daerah subtropik. Tanaman gandum (Triticum aestivum L.) dapat berkembang dengan baik pada daerah dengan curah hujan rata-rata 254 mm sampai 1,779 mm per tahun dan daerah yang mempunyai infiltrasi yang baik. Curah hujan yang tinggi kurang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum karena pada kondisi ini jamur dan bakteri akan cepat berkembang. Suhu optimum untuk budidaya tanaman gandum adalah berkisar antara 20-22 ºC (Hariyanto et al., 2002).
Dari segi waktu penanamannya, ada tiga jenis gandum yaitu gandum musim panas (spring wheat), gandum musim dingin (winter habit bread wheat) dan gandum “durum”. Gandum musim dingin memerlukan suhu rendah dan hari pendek pada awal pertumbuhannya serta dipanen pada musim dingin. Sebaliknya,gandum musim panas tidak memerlukan suhu rendah dan dipanen pada awal musim panas. Tanaman gandum jarang ditemukan di Indonesia karena kondisi lingkungan memang tidak cocok untuk tanaman gandum yang merupakan tanaman subtropis. Walaupun demikian, para ahli agronomi terus berupaya untuk mengembangkan budidaya gandum di Indonesia (Anonim, 2003).
Komoditas gandum merupakan bahan makanan penting di dunia sebagai sumber kalori dan protein. Gandum merupakan bahan baku tepung terigu yang banyak digunakan untuk pembuatan berbagai produk makanan seperti roti, mie, kue biskuit, dan makanan ringan lainnya (Wiyono, 1980). Gandum cukup terkenal dibandingkan bahan makanan lainnya sesama serealia karena kandungan gluten dan proteinnya yang cukup tinggi pada biji gandum. Biji gandum memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi diantaranya karbohidrat 60-80%, protein 25%,lemak 8-13%, mineral 4,5% dan sejumlah vitamin lainnya (Sramkova et al., 2009).

II.3 Morfologi Tanaman Gandum

Morfologi tanaman gandum, dapat dilihat berdasarkan ciri – ciri tanaman gandum dan desripsi tanaman gandum diantaranya adalah :
1. Akar
Akar beruas, berserabut, melebar, dengan panjang 1-2 cm bahkan lebih berwarna putih kotor hingga kecoklatan. Selain itu, perakaran ini juga bermanfaat untuk menyimpan air dan menyerap air didalam tanah.
2. Daun
Daun tumbu tegak, melengkung, memanjang, berbentuk garis seperti pita, memiliki pertulangan panjang dengan panjang mencapai 30-60 cm berwarna hijau mudah hingga tua. Daun ini memiliki permukaan halus, bulu halus, dan juga melengkung hingga permukaan tanah.
3. Batang
Batang beruas, berbetuk bulan memanjang dengan diamater 1-2 cm, panjang batang 3-5 cm bahkan lebih, berwarna kehijaun muda dengan tekstur lunak, lembut dan terdapat bulu – bulu halus di permukaanya.
4. Bunga
Bunga majemuk, yang berkumpul dalam setiap bagian malai, bunga ini berwarna kehijauan hingga kecoklatan, dengan satu tandan panjang 1-2 cm, yang tersusun selang seling. Bunga ini melakukan penyerbukan dengan sendirinya tanpa bantuan dari hewan maupun angin. Biasanya bunga ini akan muncul setelah penyerbukaan beberapa hari kemudian.
5. Biji
Morfologi biji gandum pada umumnya terdiri dari kernel berbentuk oval dengan panjang 6-8 mm dan diameter 2-3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras. Biji gandum terdiri dari tiga komponen penting, diantaranya:
a. Bran
Bran merupakan kulit luar gandum dan terdapat sebanyak 14,5% dari total keseluruhan gandum. Bran terdiri dari 5 lapisan yaitu epidermis (3,9%), epikarp (0,9%), endokarp (0,9%), testa (0,6%), dan aleuron (9%).
b. Endosperma
Endosperma merupakan bagian yang terbesar dari biji gandum (80-83%) yang banyak mengandung protein, pati, dan air.
c. Lembaga (Germ)
Lembaga terdapat pada biji gandum sebesar 2,5-3%. Lembaga merupakan cadangan makanan yang mengandung banyak lemak dan terdapat bagian yang selnya masih hidup bahkan setelah pemanenan (Kent, 1966).
Berikut ini merupakan komposisi kimia biji gandum secara umum:
a. Komponen Bioaktif
Biji gandum utuh mengandung ratusan  senyawa fitokimia. Senyawa Fitokimia (fito= tumbuhan) adalah zat kimia alami yang terdapat di dalam tumbuhan yang memberikan citra rasa, aroma, ataupun warna khas pada tumbuhan tersebut. Beberapa khasiat senyawa fitokimia adalah sebagai antikanker, antimikroba, antioksidan, antitrombotik, meningkatkan sistem kekebalan, antiinflamasi, mengatur tekanan darah, menurunkan kolesterol, serta mengatur kadar gula darah (Astawan dan Kasih, 2008). Senyawa fitokimia yang terdapat di dalam biji gandum utuh adalah asam fitat, senyawa fenol, vitamin E, selenium, dan lignan yang berfungsi sebagai antioksidan. Potensi antioksidan dari serealia dua atau tiga kalinya lebih tinggi dibandingkan buah-buahan, 2,5 hingga 6 kali lebih tinggi daripada sayuran , dan 0,75 kali lebih tinggi daripada buah berri (Price dan Martin, 2000).
Biji gandum utuh terdiri dari tiga komponen utama yaitu bran (kulit atau sekam sekitar 13%), endosperma (sekitar 85%), dan germ (sekitar 2%). Bran merupakan lapisan kasar terluar dari biji. Bran memiliki 50% hingga 80% mineral dalam biji, meliputi besi, seng, tembaga, dan magnesium, juga cukup banyak serat, vitamin B, sedikit protein, senyawa fitokimia, dan komponen bioaktif lain. Endosperma kaya akan karbohidrat dan protein ( contoh: gluten) dengan sedikit vitamin B, sehingga endosperma memberikan asupan energi cukup besar. Germ merupakan bagian terkecil dari ketiga komponen, namun kaya akan mikro mineral, lemak tak jenuh, vitamin B, antioksidan, dan senyawa fitokimia (Price dan Martin, 2000).
b. Sifat Fisik dan Kimia
Kadar Amilosa dan Amilopektin.
Granula pati gandum berbentuk elips dengan ukuran granula 2-35 µm. Kandungan amilosa dalam pati gandum adalah 25% sedangkan amilopektinnya sebesar 75%. Dalam produk makanan, amilopektin bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makan yang berasal dari pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, porus, garing dan renyah. Hal ini dikarenakan amilopektin memiliki sifat mudah mengembang dan membentuk koloid dalam air. Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa tinggi, cenderung menghasilkan produk yang keras, pejal, karena proses mekarnya terjadi secara terbatas (Pudjihastuti, 2010). Oleh karena itulah tepung gandum utuh cocok digunakan untuk pembuatan roti dan kue karena pati gandum mengandung amilopektin yang tinggi yang sangat berpengaruh terhadap swelling properties (sifat mengembang pada pati).
Kadar amilosa pada gandum berhubungan dengan indeks glisemiknya dan daya cerna pati. Kandungan amilosa dalam gandum utuh yang cukup tinggi yaitu sebesar 25%, menyebabkan daya cerna pati serta indeks glisemik gandum yang rendah. Indeks glisemik gandum utuh adalah 55-69 (Foster dan Miler, 1995). Indeks glisemik dan daya cerna pati yang rendah menyebabkan proses pencernaan karbohidrat di dalam tubuh lamban karena karbohidrat tidak langsung dicerna menjadi gula darah, sehingga makanan olahan yang berasal dari gandum utuh sangat baik untuk penederita diabetes mellitus. 
Kadar Protein
Gandum memiliki komponen gluten yang merupakan protein yang menggumpal, elastis serta mengembang bila dicampur dengan air. Hal ini disebabkan jika gluten pada gandum ditambahkan dengan air dalam perbandingan tertentu, maka protein akan membentuk suatu massa atau adonan koloidal yang plastis. Hal tersebut dapat menahan gas dan akan membentuk suatu struktur spons bila dipanggang untuk mencapai suatu kehalusan yang memuaskan. Jenis tepung gandum yang berbeda memerlukan jumlah pencampuran (air) yang berbeda. Tepung terigu yang mempunyai kadar protein tinggi akan memerlukan air lebih banyak agar gluten yang terbentuk dapat menyimpan gas sebanyak-banyaknya.
Eka (2009) menyebutkan bahwa gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu yang terdiri dari gliadin (20-25 %) dan glutenin (35-40%). Gliadin dari gluten menyebabkan sifat viscous dari adonan dan glutenin menyebabkan sifat viscoelastic dari adonan akibat adanya disulfide crosslinking. Keunikan sifat protein dalam gandum menghasilkan roti yang ringan, kekuatan dan elastisitasnya tinggi dan tekstur maupun rasa yang diinginkan. Pada pembuatan adonan yang mengalami pemanasan, gluten memiliki kemampuan sebagai bahan yang dapat membentuk adhesive (sifat lengket),cohesive mass (bahan-bahan dapat menjadi padu),  films, dan jaringan 3 dimensi. Penggunaan gluten dalam industri roti untuk memberi kekuatan pada adonan, mampu menyimpan gas, membentuk struktur, dan penyerapan air.
Gandum keras (hard) banyak mengandung gluten dan protein yang dikandung gandum jenis ini sekitar 12-13%. Gandum keras digunakan sebagai bahan baku terigu jenis hard flour yang menghasilkan adonan sukar meregang dan mempunyai sifat menahan gas yang baik oleh karena itu cocok digunakan sebagai bahan baku mie. Gandum lunak(soft) mengandung lebih sedikit glutein dan kandungan proteinnya sebesar 9,5-11%.tepung terigu dari gandum lunak banyak digunakan sebagai bahan baku roti dan kue (Murtini et al., 2005).
Suhu Gelatinisasi
Suhu Gelatinisasi pada gandum adalah 53-640 C (Murtini et al., 2005). Apabila granula pati dipanaskan dalam air, ikatan hidrogen yang lemah dan tidak berbentuk (amorphous) diputus dan granula akan mengembang karena adanya hidrasi (masuknya air kedalam granula pati). Menurut Harper (1981) proses gelatinasi mula-mula terjadi dengan adanya penambahan air yang akan memecahkan kristal amilosa dan mengganggu strukturnya kemudian granula pati akan mengembang, volumenya mencapai 26-30 kali lipat dari volume semula. Semakin tinggi suhu dan penambahan air, amilosa mulai keluar dari granula pati dan tidak bisa mengembang lagi. Akhirnya granula pecah dan semakin banyak air yang menyerangnya untuk melepaskan gugus hidroksil, sehingga dihasilkan struktur gel koloidal dengan kadar amilosa yang turun dan sebagian besar granula terdiri dari amilopektin.





II.4 Jenis-Jenis Tanaman Gandum

Gandum dapat diklasifikasikan berdasarkan tekstur biji (kernel) menjadi hard wheat (T.aestivum), soft wheat (T. compactum), dan durum wheat (T.durum).
1. Hard Wheat (T. aestivum)
Hard wheat mengandung kadar protein 12-18%. Gandum ini mempunyai ciri-ciri kulit luar berwarna coklat, biji keras, dan berdaya serap air tinggi. Jenis gandum ini sangat cocok untuk membuat roti karena tepung yang dihasilkan berkualitas baik dan mengandung protein bermutu tinggi. Contoh gandum keras adalah gandum hard spring dan gandum hard winter.
2. Soft Wheat (T. compactum)
Soft wheat mengandung kadar protein rendah yaitu 7-12%. Gandum ini mempunyai ciri-ciri berwarna putih sampai merah dan berbiji lunak. Tepung gandum ini cocok untuk membuat cake karena adonan yang dihasilkan memiliki daya serap air rendah. Contoh jenis gandum ini adalah standard wheat.
3. Durum Wheat (T.durum)
Durum wheat merupakan jenis yang khusus. Ciri gandum ini adalah bagian dalam (endosperm) yang berwarna kuning tidak seperti gandum pada umumnya yang memiliki warna putih dan memiliki biji yang lebih keras, serta kulit yang berwarna coklat. Gandum ini sering digunakan untuk membuat produk pasta berdasarkan warna bran, gandum diklasifikasikan menjadi red (merah) dan white (putih). Sedangkan berdasarkan musim tanam dibedakan menjadi dua yaitu winter dan spring (Samuel,1972).
a. Red Winter Wheat
Red winter wheat mempunyai bran berwarna merah dan ditanam pada musim dingin. Gandum yang termasuk dalam golongan ini dapat berasal dari gandum keras maupun gandum lunak. Gandum tersebut antara lain adalah Hard Red Winter, Soft Red Winter, dan Canada Western Red Winter.
b. White Winter Wheat
White winter wheat mempunyai bran berwarna putih dan ditanam pada musim dingin. Gandum yang termasuk dalam golongan ini dapat berasal dari gandum keras maupun gandum lunak. Gandum tersebut antara lain adalah Australian Premium White, Australian Standard White, Hard White Winter, dan Soft White Winter.
c. Red Spring Wheat
Red spring wheat mempunyai bran berwarna merah dan ditanam pada musim semi. Gandum yang termasuk dalam golongan ini dapat berasal dari gandum keras maupun gandum lunak. Gandum tersebut antara lain adalah Hard Red Spring, Soft Red Spring, Dark North Spring, dan Canada Western Red Spring.
d. White Spring Wheat
White spring wheat mempunyai bran berwarna putih dan ditanam pada musim semi. Gandum yang termasuk dalam golongan ini dapat berasal dari gandum keras maupun gandum lunak. Gandum tersebut antara lain adalah Hard White Spring, Soft White Spring, Dark North Spring, dan Canada Western Soft White Spring.

II.5 Khasiat Gandum untuk Kesehatan

1. Melancarkan Pencernaan
Biji gandum memiliki serat yang tinggi sehingga berkhasiat menghaluskan feces manusia. Itulah yang menyebabkan biji gandum ini sangat bersahabat dengan pencernaan. Hasiat mengkonsumsi biji gandum ini atau dalam bentuk olahannya adalah proses pencernaan makanan akan lancar karena Anda tidak akan sulit untuk buang air besar.
2. Diet
Kandungan serat tinggi yang dimiliki biji gandum juga membuat Anda merasakan sensasi kenyang lebih lama jika sudah mengonsumsinya. Jika ingin berdiet dengan pola makan yang sehat, mengonsumsi biji gandum atau olahannya adalah hal terbaik yang dapat Anda lakukan untuk menyukseskannya.
3. Baik untuk Jantung
Kandungan serat yang dimiliki oleh biji gandum ini sangat baik untuk kesehatan jantung Anda. Mengkonsumsi roti yang terbuat dari biji gandum secara rutin dapat menjaga jantung terkena penyakit jantung.
Jika sudah terserang penyakit jantung, terutama jantung koroner, Anda dapat mengkonsumsi oat meal secara rutin untuk mengobatinya. Di dalam oat meal yang terbuat dari biji gandum ini terdapat kandungan Folic Acid yang berguna untuk mengurangi atau bahkan dapat menyembuhkan penyakit jantung koroner.
4. Mengobati Penyakit Kolesterol
Serat yang terkandung di dalam biji gandum ini juga memiliki khasiat untuk mengikat kolesterol, lemak, dan juga asam empedu. Dengan begitu, kolesterol dalam darah dapat dikurangi dengan mengkonsumsi makanan olahan dari biji gandum secara rutin dan dilakukan terus menerus. Kolesterol akan selalu terkontrol dengan adanya serat tersebut sehingga dapat digunakan pula untuk pencegahan timbulnya penyakit kolesterol.
5. Mengobati Penyakit Diabetes
Biji gandum yang diolah menjadi roti memiliki kandungan gula yang rendah. Sangat jauh kandungan gulanya jika dibandingkan dengan sumber karbohidrat lainnya. Dengan begitu, Anda tidak akan kelebihan zat gula dalam darah yang menimbulkan penyakit diabetes.
Pengkonsumsian roti yang terbuat dari biji gandum sebagai karbohidrat ini sangat dianjurkan jika Anda memiliki penyakit diabetes. Ini diperlukan untuk tetap memenuhi kebutuhan tubuh akan karbohidrat tanpa harus menambah kadar gula dalam darah. Mengganti makanan pokok Anda dengan biji gandum adalah pilihan yang tepat yang dapat dilakukan.
II.6 Syarat Tumbuh Tanaman Gandum

Gandum dapat tumbuh dengan subur pada keadaan iklim dan tanah tertentu. Tanaman gandum dapat tumbuh optimum pada suhu 20 – 25°C pada ketinggian 800 m dpl. Suhu dingin diperlukan pada awal penanaman dan awal pertumbuhan tanaman gandum. Kelembapan rata – rata tanaman gandum adalah 80 – 90% dengan curah hujan antara 600 – 825 mm/tahun (curah hujan sedang) dan intensitas penyinaran 9 – 12 jam/hari.
Jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman gandum adalah tanah andosol kelabu, latosol, dan aluvial dengan suhu tanah 15 – 28°C dan pH rata – rata berkisar 6 – 7. Gandum lebih cocok ditanami di tanah yang terairi. Tanah subur dengan tekstur sedang hingga kasar. Tanah silt dan clay loams akan menghasilkan panen yang besar, namun gandum juga berkembang biak di sandy loams dan clay soil. Tanah dengan kadar pasir yang tinggi tidak cocok untuk gandum. Syarat tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman gandum adalah hara yang diperlukan cukup, tidak ada zat toksik, kelembapan mendekati kapasitas lapang, aerasi tanah baik, dan tidak ada lapisan padat yang menghambat penetrasi akar gandum untuk menyusuri tanah.
Tanaman gandum memerlukan proses vernelisasi yaitu suatu perlakuan dengan suhu rendah untuk merangsang tanaman agar dsapat berbunga dan menghasilkan biji. Daerah yang bersuhu rendah yang berpotensi untuk pertanaman gandum biasanya terdapat di daratan tinggi pada elevasi lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. 








II.7 Budidaya Tanaman Gandum

1. Bahan Tanam
Benih yang digunakan hendaknya benih bermutu, hal ini sangat penting disamping untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang. Kebutuhan benih per hektar 100 kg atau sama dengan 1 kg/100 m² dengan sistem larikan. Jika ditanam dengan sistem tunggal kebutuhan benih bisa kurang dari 100 kg/ha. Bibit yang digunakan harus bibit bersertifikat dan diberi perlakuan dengan fungisida sebelum ditanam untuk mencegah serangan cendawan dan penyakit yang menyerang bibit. Proses pembibitan dapat dilakukan ketika tanah sedang dibajak.
2. Pengolahan Tanah
Tanah dicangkul sedalam 25 – 30cm. Setelah tanah dicangkul, dibiarkan/ diangin – anginkan selama 7 hari. Pengemburan tanah dilakukan agar bongkahan tanah menjadi butiran yang lebih halus. Kemudian tanah diangin – anginkan selama 7 hari agar terhindar dari unsur beracun yang mungkin terkandung di tanah.
3. Pembuatan Bedengan
Tanah yang telah diolah atau digemburkan dibuat bedengan selebar 200 cm. Panjang bedengan menyesuaikan dengan kondisi lahan. Di antara bendengan dibuat selokan selebar 50 cm dan sedalam 25 cm. Tanah dari galian selokan diambil dan ditaburkan di atas bedengansehingga menambah tinggi bedengan. Permukaan bedengan dihaluskan dan diratakan. Pada setiap bedengan akan terdapat ± 8 barisan tanaman dengan jarak antar baris 25 cm.
4. Penanaman
Penanaman dapat dilakukan secara manual maupun dengan mesin penanaman. Untuk menanam benih gandum dapat dilakukan dengan menyemai benih-benih gandum, maupun dengan cara menanam benih gandum langsung di atas bedengan. Varietas yang ada dan pernah dikembangkan di Indonesia baru beberapa varietas di antaranya Nias, Timor, Selayar, dan Dewata, namun dari ke-4 varietas tersebut yang banyak di tanam oleh petani adalah varietas Selayar dan dewata.
a. Waktu Tanam
Waktu tanam yang tepat adalah pada awal musim kemarau dan di akhir musim penghujanan, pada sebagian besar daerah di Pulau Jawa biasanya berada di antara bulan April dan Mei dengan perkiraan curah hujan yang tidak terlalu tinggi. Namun demikian, ada beberapa daerah yang waktu tanamnya tidak pada bulan tersebut, karena perbedaan musim kemarau dan penghujanan. Waktu tanam harus sangat diperhatikan karena pembungaan tanaman gandum sangat dipengaruhi oleh musim. Pada saat musim dingin (hujan), pembungaan terjadi sangat lambat dan polen bisa mati tercuci air hujan. Oleh karena itu, musim dingin saat pembungaan akan menyebabkan pengisian yang kurang pada tanaman gandum. Karena itulah untuk mencegah terjadinya pembungaan pada musim hujan maka sebaiknya tanaman gandum ditanam pada awal musim kemaeau dan di akhir musim penghujanan.
b. Cara Bertanam
Dibuat alur/larikan pada bedengan dengan jarak antara 25 cm. Benih yang akan ditanam, dicampur terlebih dahulu dengan Dithane. Benih dimasukkan dalam alur sedalam 3,5 cm dengan cara seretan. Ditaburi Furadan ditempat biji dalam alur, kemudian ditutup dengan tanah halus. Pemberian Furadan dimasukan agar benih tidak terjangkit hama dan penyakit.
Pada waktu setelah tanam yang diikuti pemupukan pertama, lahan perlu diairi agar benih berkecambah dan dapat tumbuh dengan baik. Pada waktu tanaman berumur 3 – 0 HST yaitu pada waktu setelah penyiangan dan pemupukan kedua, tanaman perlu diairi agar dapat menyerap pupuk dengan baik. Waktu tanaman berumur 45 – 65 HST yakni pada waktu fase bunting sampai keluar malai, tanaman perlu diairi kembali untuk meningkatkan jumlah bunga dan biji yang dihasilkan. Pada fase pengisisan biji sampai masak (± 70–90 HST) tanaman perlu diairi agar tidak menurunkan berat biji yang dihasilkan.
Gandum dapat tumbuh dengan bantuan irigasi apabila curah hujan sangat minim. Musim kering yang panjang tanpa irigasi akan menurunkan hasil panen. Gandum yang ditanam di daerah panas dan kekurangan air produksinya akan lebih rendah walaupun kualitasnya lebih baik dari pada daerah lembap dan beririgrasi karena penyakit gandum dapat berkembang cepat di daerah panas dan lembab. Irigrasi yang baik sangat potensial untuk meningkatkan produksi gandum, tetapi harus dijaga agar tidak terlalu banyak air. Cukup dengan menggenangi jalur pada peletakan atau dengan tetes (sprinklers), kebutuhan air bagi gandum dapat terpenuhi.
5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan sebagai salah satu upaya pengendalian kesuburan tanah. Waktu pemupukan dapat dilakukan sebelum tanah atau pada saat tanam sebagi pupuk dasar. Pupuk pertama diberikan TSP dan KC1 serta sebagian pupuk N. Dosis pupuk dapat ditentukan oleh jumlah hara yang tersedia di dalam tanah. Biasanya pupuk organik 10ton/ha, sedangkan pupuk anorganik 120 – 200kg N/ha, P45 – 150kg/ha dan 30 -  70 kg/ha. Pemberian pupuk urea dapat diberikan 2 – 3 kali.
Pemberian I : Sepertiga bagian bersama dengan pupuk P dan K dalam bentuk pupuk majemuk, guna merangsang perkaran dan pertumbuhan vegetatif.
Pemberian II : Sepertiga bagian pada saat bertunas sekitae 25 – 30 hari setelah tanam guna merangsang pertunasan untuk menjadi tunas produktif.
Pemberian III : Sisanya pada saat pembentukan primordia bunga (ketika tanaman tillering, sekitar 9 minggu setelah penanaman) untuk mendorong pembentukan malai, butir gandum dan peningkatan protein, denga cara digarik dalam larikan/lubang diantara tanaman.
Selain pupuk tersebut, pemanfaatan agen biologis seperti Azosprillum dapat juga membantu peningkatan kesuburan tanah dalam bentuk pupuk hayati, karena kemampuannya menambat nitrogen yang juga dibutuhkan oleh tanaman. Bakteri ini banyak dijumpai berasosiasi dengan tanaman jenis rerumputan, termasuk beberapa jenis serelia seperti gandum. Selain itu, bakteri Azotobacter juga telah banyak diteliti dapat meningkatkan hasil tanaman setelah diinokulasikan pada tanaman. Di India inokulasi Azotobater pada tanaman jagung, gandum, cantel, padi, bawang putih, tomat, terong, dan kubis ternyata mampu meningkatkan hasil tanaman tersebut. Namun, jika keduanya diinokulasikan bersama – sama, maka Azospirillum menyebabkan kenaikan cukup besar pada tanaman jagung, gandum, dan cantel.
6. Pengendalian Gulma
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan gulma adalah penyiangan. Penyiangan dilakukan sebagai upaya dalam pengendalian pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan sebagai upaya dalam pengendalian pertumbuhan gulma. Penyiangan dilakukan 2 – 3 kali tergantung banyaknya populasi gulma. Penyiangan pertama dilakuakan saat tanaman berumur 1 tahun. Penyiangan kedua dilakukan pada minggu ketiga dari penyiangan pertama dan penyiangan ketiga tergantung banyak dan tinggi populasi gulma. Pengendalian gulma tergantung pada daerah penanaman, teknik persiapan lahan, irigrasi dan tipe – tipe gulma (tanaman liar) yang ada.
7. Pemanenan
Dalam jumlah besar (skala pabrik) gandum dapat dipanen menggunakan mesin perontok. Dilakuakan pengidentifikasi ciri – ciri fisik maturity (Physical Maturity) sewaktu pemanenan. Kegiatan ini dapat dilakukan secara visual dengan melihat kekerasa gandum.



II.8 Penanganan Pascapanen Tanaman Gandum

Penanganan pasca panen gandum merupakan kegiatan sejak gandum dipanen sampai dengan menghasilkan produk antara (intermediate product) yang siap dipasarkan.
Ruang lingkup penanganan pasca panen gandum mencakup :
1. Pemanenan
Pemanenan merupakan proses pemotongan batang gandum. Pemanenan gandum dapat dilakukan dengan menggunakan sabit atau mesin pemanen gandum. Sabit merupakan alat terdiri dari gagang yang terbuat dari kayu bulat berdiameter 2 cm dan panjang 15 cm dan mata pisau yang terbuat dari baja keras.
2. Perontokan
Perontokan merupakan proses pemisahan gandum dari malainya. Perontokan gandum dapat dilakukan dengan menggunakan alat perontok dengan tenaga manusia (pedal thresher) atau alat perontok dengan tenaga motor (power thresher). Pedal thresher merupakan alat yang terdiri dari silinder bergigi yang putarannya dihasilkan oleh tenaga manusia. Power Thresher merupakan alat yang terdiri dari silinder bergigi yang putarannya dihasilkan oleh tenaga motor yang berkekuatan 1 – 3 HP.
3. Pembersihan
Pembersihan merupakan proses pemisahan gandum dari kotoran atau benda asing lainnya. Pembersihan dapat dilakukan dengan cara : ditampi, diayak, blower manual dan alat pembersih dengan tenaga motor (cleaner).
4. Pengeringan
Pengeringan merupakan proses penurunan kadar air gandum sampai nilai tertentu sehingga siap diolah/digiling atau aman untuk disimpan dalam waktu yang lama. Pengeringan gandum dapat dilakukan dengan penjemuran atau menggunakan mesin pengering (dryer). Keuntungan penggunaan mesin pengering yaitu : efisien, tidak tergantung cuaca, dan kualitas hasil pengeringan lebih baik.
5. Penggilingan
Penggilingan merupakan proses pengecilan ukuran menjadi bagian yang lebih halus. Penggilingan gandum dapat dilakukan dengan alat penggiling yaitu :
Hammer mill : mengecilkan ukuran dengan pukulan gigi penggiling.
Attrition mill : mengecilkan ukuran dengan tekanan dan gesekan.
Roller mill : mengecilkan ukuran dengan tekanan dan gesekan.
6. Penyosohan
Penentuan pemanenan
Teknologi penyosohan dengan teknologi excisting di tingkat petani
Teknologi penyosohan di RMU komersial yang mengadopsi sistem abrasif
Hasil penyosohan gandum di RMU komersial
Penyempurnaan proses abrasif di Instalasi
Uji coba perendaman gandum dengan ozonisasi dan asam askorbat
7. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan proses untuk mempertahankan bahan/hasil produksi agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu. Penyimpanan gandum dapat dilakukan dengan sistem curah atau menggunakan kemasan/wadah seperti karung plastik, dan lain-lain.
Dalam proses penyimpanan biji gandum di perlukan usaha perawatan kualitas gandum dengan baik, yaitu sebagai berikut:
1. Fumigasi dan Penyemprotan ("Spraying").
Pemberantasan serangga hama gudang merupakan bagian utama dari usaha perawatan kualitas gandum. Hingga saat· ini fumigasi dan penyemprotan insektisida masih merupakan cara utama untuk memberantas serangga hama gudang. Dalam aplikasinya fumigasi dan penyemprotan insektisida bersifat saling melengkapi. Fumigasi dilakukan depgan cara menutup stapelen bahan pangan dengan plastikkemudian dilanjutkan dengan pemberian gas yang dilepaskan oleh fumigan sesuaidengan dosis yang dibutuhkan. Dengan fumigasi serangga hama gudang yang berada di dalam gudang dan di dalam butiran biji-bijian diharapkan dapat terbunuh. Penyemprotan insektisida pada permukaan luar stapelan gandum dilakukan dengan maksud untuk mencegah serangan kembali (reinfestasi) serangga hama gudang setelah fumigasi. Di samping itu penyemprotan insektisida dilakukan untuk membunuh serangga hama yang bersembunyi pada celah-celah dinding yang retak atau pada langit-Iangit dan lantai gudang.
Jenis-jenis pestisida yang dapat digunakan untuk pemberantasan serangga hama gudang sangat terbatas jumlahnya mengingat adanya peraturan yang ketat tentang penggunaan pestisida pada. bahan pangan. Pestisida tadi haruslah memenuhi persyaratan ntara lain:
efektif pada cara penggunaan yang ekonomis
 tidak meninggalkan residu yang melebihi batas maksimum (MRL)
tidak mempengaruhi kualitas, rasa dan bau gandum
 tidak mudah terbakar dan menimbulkan karat.
2. Sanitasi dan Manajemen Pergudangan.
Pengawasan/inspeksi terhadap kualitas bahan yang disimpan di gudang-gudang dilakukan secara teratur untuk mengetahui seberapa jauh serangan hama yang mungkin terjadi, penurunan kualitas dan lain-lain. Dari sistem pengawasan yang teratur dapat segera dilakukan tindakan-tindakan pencegahan dan pemberantasan atau penyaluran bahan pangan dengan segera bila diperlukan. Dalam kerangka manajemen pergudangan yang baik selain melakukan system penumpukan yang memenuhi syarat, juga prinsip FIFO (First in first out) sedapat mungkin dilaksanakan dalam penyaluran bahan pangan.
3. Peningkatan Kualitas Bahan Pangan yang Akan Disimpan
Beberapa aspek kualitas awal yang penting untuk penyimpanan bahan pangan misalnya kadar air, derajat sosoh dan jumlah butir patah. Tingginya kadar air di samping mempermudah pertumbuhan kapangjuga dapat meningkatkan fertilitas serangga. Beberapa jenis hama primer seperti Sitophilus oryzae masih dapat berkembang dengan baik pada kadar air di bawah 14 persen. Walaupun demikian batas tersebut sedikit banyak telah menghambat tumbuhnya jenis-jenis serangga hama yang lain. Tinggi kandungan butir patah sangat membantu perkembangan hama sekunder seperti Tribolium confusumdan Oryzaephilus surinamensis.
Demikian pula derajat sosoh gandum sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan hama sekunder sepertiCorcyra cephalonica dan T. castaneum. Misalnya apabila derajat sosoh kurang dari 75 persen dalam waktu 3 bulan larva Ccephalonicadapat menimbulkan kerusakan berat pada gandum.

Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam penanganan pasca panen tanaman gandum:
1.  Lokasi bangunan tempat penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan: bebas dari cemaran, tidak di daerah yang saluran pembuangan airnya buruk, harus dekat dengan sentra produksi, tidak dekat dengan perumahan penduduk.
2. Bangunan untuk penanganan pasca panen harus memenuhi persyaratan teknik dan kesehatan: dilengkapi dengan fasilitas sanitasi, saluran pembuangan dan sarana toilet.
3. Alat dan mesin yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis, ekonomis, sosial, ergonomis dan kesehatan.
4. Wadah dan pembungkus harus: dapat melindungi dan mempertahankan mutu isinya terhadap pengaruh dari luar, dibuat dari bahan yang tidak mengganggu kesehatan atau mempengaruhi mutu produk.
5. Tenaga kerja harus memenuhi persyaratan: berbadan sehat, trampil, dan sebagainya.

Untuk mendapatakan nilai jual yang tinggi biji gandum harus memenuhi standard mutu (SNI). Syarat Mutu Gandum dapat dilihat dari keadaan seperti berikut:
1. Mulus, tidak pecah atau terpotong.
2. Dilihat dari bentuk : lonjong seperti bentuk serealia pada umumnya.
3. Dilihat dari ukuran : berisi, tidak kosong pada bagian dalam.
4. Dilihat dari bau: tidak tengik
5. Penampakan: utuh
6. Hasil gilingan : bersih tidak tertinggal kulitnya.
Syarat dan mutu gandum yang diolah menjadi tepung terigu yang memenuhi standar sebagai tepung siap konsumsi adalah sebagai berikut ( SNI 01-3751-2006):
Unsur Besi menentukan mutu gandum yang dihasilkan. Salah satu standar mutu gandum yang bertalian dengan kandungan logam besi adalah wama putih cerah dari gandum. Jika kandungan besi di dalam gandum relatif tinggi, maka warna putih dari hasil penggilingan gandum cenderung kurang cerah (berwama coklat); sebaliknya jika kandungan besi di dalam gandum relatif rendah, maka warna putih dari hasil penggilingan gandum akan berwama cerah (Bushuk, W, 1994).
Penyimpanan gandum dilakukan untuk mempertahankan jumlah dan mutu biji sebelum ditepungkan. Karakteristik biji gandum yang berkaitan erat dengan penyimpanan adalah kadar air, aktivitas respirasi biji yang menghasilkan panas, uap air, CO2, densitas serta sifat fisik biji yang melakukan perpindahan panas secara konduksi. Kondisi yang mendukung perkembangan hama pada biji gandum adalah pada suhu sekitar 30oC dengan kelembaban udara berkisar antara 40-80%. Pada suhu di atas 40oC sebagian besar hama yang menyerang biji akan mati (Yarahmi,2007).
Untuk mencegah kerusakan biji yang disimpan maka diperlukan adanya monitoring yang intensif terhadap kondisi ruang penyimpanan serta biji/tepung gandum yang disimpan. Kontrol terhadap ruang penyimpanan meliputi kondisi aerasi dan peralatan pendingin serta control visual terhadap hama yang muncul di dalam gudang penyimpanan. Secara berkala diperlukan adanya fumigasi terhadap biji/tepung yang disimpan. Kontrol kualitas juga harus dilakukan terhadap biji/tepung secara rutin untuk mengtetahui perubahan sifat fisik dan fungsional selama penyimpanan. (Litbang,2014)

II.9 Hama dan Penyakit pada Tanaman Gandum

Tanaman gandum berasal dari daerah subtropis, sehingga di Indonesia penanaman gandum lebih baik di daerah – daerah yang iklimnya mendekati kondisi daerah asal. Kendala yang sering dialami tanaman gandum di daerah tropis adalah temperatur udara, temperatur tanah, dan kelembapan udara.
Daerah – daerah dengan lingkungan yang memenuhi syarat tumbuh gandum terkonsentrasi pada daratan tinggi yang lebih didominasi oleh tanaman hortikultura dan ini akan menimbulkan kompetisi yang tinggi, apalagi petani relatif belum mengenal tanaman gandum. Selain itu, hambatan juga muncul karena sebagian besar petani belum mengenal budidaya gandum, serta belum ada jaminan pasar untuk produk gandum lokal yang dihasilkan.
Ada juga yang menjadi permasalahan dalam pembudidayaan gandum di Indonesia, yaitu hama pada tanaman gandum. Hama pada tanaman gandum sebagai berikut:
1. Aphids (kutu daun) 
Aphids adalah hama berbadan lunak dan transparan menyerang dengan cara menghisap dan menyebabkan daun berwarna kekuningan dan mati prematur.
a. Klasifikasi dari kutu daun:
Kingdom : Animalia 
Phylum : Arthropoda
Kelas : Insekta
Ordo : Hemiptera 
Famili : Aphididae
Genus : Aphis
Spesies : Aphis gossypii
b. Bioekologi
Secara umum kutu berukuran antara 1-6 mm, tubuh lunak, berbentuk seperti buah pear, pergerakan rendah dan biasanya hidup secara berkoloni (bererombol). Perkembangan optimal terjadi pada saat tanaman bertunas. Satu generasi berlangsung selama 6-8 hari pada suhu 25ºC dan 3 minggu pada suhu 15ºC.Secara visual, bentuk dan ukuran spesies-spesies kutu daun ini serupa. 
c. Gejala Serangan dan Morfologi Kutu daun (A. gossypii)
Gejala serangan aphid hampir mirip dengan serangan tungau, akibat cairan daun yang dihisapnya, menyebabkan daun menjadi melengkung ke atas, keriting (kadang memelintir ke samping), dan belang-belang. Daun seringkali menjadi layu, menguning, dan akhirnya rontok. Berbeda dengan tungau, kutu aphid memiliki kemampuan berkembang biak sangat cepat, karena selain dapat memperbanyak diri dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan. Secara umum, serangan aphid menimbulkan sejumlah dampak berikut pada tanaman:
daun melengkung ke atas, keriput, atau memelintir 
daun berbintik-bintik
daun menguning, layu, dan rontok
pertumbuhan terhambat, tanaman menjadi kerdil 
tunas dan percabangan tidak berkembang
tanaman gagal berbunga, sehingga produktivitas/hasil panen sangat rendah
d. Pengendalian:
Rotasi atau Pergiliran Tanaman Pergiliran tanaman dengan menanam tanaman selain gandum di arela pertanaman gandum dapat diaplikasikanuntuk mengendalikan serangan.
Varietas resisten Penanaman varietas tahan gandum telah banyak dilakukan dan terbukti efektif dalam mengendalikan.

2. Walang Sangit 
Walang sangit menyerang jaringan batang dan biji yang sedangtumbuh dengan cara merusak. Bila walang sangit memakan bijiselama masak susu maka biji akan rusak, bila menyerang padaperkembangan lanjut akan menyebabkan biji kisut. Bila memakan titik tumbuh menyebabkan tanaman menjadi steril.
a. Klassifikasi 
Ordo : Hemiptera
Famili : Alydidae
Genus : Leptocorisa 
Spesies : Leptocorisa acuta Thunberg
b. Bioekologi
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi pada fase pemasakan. Serangga apabila diganggu akan mempertahankan diri dengan mengeluarkan bau. Selain sebagai mekanisme pertahanan diri, bau yang dikeluarkan juga digunakan untuk menarik walang sangit lain dari spesies yang sama. Fase pertumbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan walang sangit adalah dari keluarnya malai sampai matang susu karena mengisap buah padi sehingga buahnya kosong. Telur walang sangit berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan dalam barisan di permukaan atas daun padi. Jumlah telur pada setiap kelompok kira-kira 10-20 butir. Setiap walang sangit betina dapat bertelur lebih dari 100 butir telur dan telur akan menetas setelah 6-7 hari. Nimfa mengalami 5 instar selama 17-27 hari. Walang sangit yang dewasa berbentuk langsing dan panjangnya sekitar 16-18 mm. Bagian perut berwarna hijau atau krem dan pada punggungnya berwarna coklat kehijau-hijauan. Daur hidup rata-rata mencapai sekitar 5 minggu, lebih kurang 23-34 hari. Bila keadaan kehidupan ideal, daur hidupnya dapat mencapai 115 hari. Ambang ekonomi walang sangit adalah lebih dari 1 ekor walang sangit per dua rumpun pada masa keluar malai sampai fase pembungaan. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi
c. Gejala dan kerugian yang ditimbulkan
Baik nimfa maupun walang sangit dewasa mengisap bulir pada yang masih pada tingkatan masak susu sehingga malai padi menjadi hampa atau berkualitas rendah seperti berkerut, berwarna coklat dan tidak enak. Sebelum butiran padi terbentuk, walang sangit mengisap tunas-tunas muda dan daun muda yang empuk dan berair. Pada daun terdapat bercak bekas isapan dan bulir padi berbintik-bintik hitam. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan walang sangit dapat mencapai antara 10-40%. 
d. Pengendalian
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Bertanam serempak agar makanan tidak tersedia terus-menerus sehingga dapat memutus siklus hidupnya. 
Peningkatan kebersihan dengan Kendalikan gulma di sawah dan di sekitar pertanaman.
Mengumpulkan dan memusnahkan telur sehingga mengurangi jumlah hama ini.
Melepas musuh alami seperti jangkrik, laba-laba, parasitoid Chrysona spp., capung.
Ratakan sawah dan pupuk secara merata agar pertumbuhan tanaman seragam.
Tangkap walang sangit dengan menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan
Umpan walang sangit dengan menggunakan ikan yang sudah busuk, daging yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam. h. Rotasi tanaman agar dapat memutus siklus hidup dari walang sangit. 
Penyemprotan dengan insektisida. Aplikasi insektisida dilakukan apabila serangan sudah mencapai ambang ekonomi. 
3. Ulat Gerayak
Ulat Gerayak dan ulat penggerek batang menyebabkankerusakan berat pada areal yang cukup luas. Gejala serangan rusaknya pinggir daun sampai ke bagian tengah daun atau ujungtanaman, larva hama ini dapat merusak bagian leher tanamanbahkan beberapa spesies memakan bagian akar atau bagiandalam akar. Ulat Gerayak dan ulat penggerek batang menyebabkan kerusakan berat pada areal yang cukup luas.
Gejala serangan rusaknya pinggir daun sampai ke bagian tengah daun atau ujung tanaman, larva hama ini dapat merusak bagian leher tanaman bahkan beberapa spesies memakan bagian akar atau bagian dalam akar. Hama ini terdiri dari banyak spesies. Ulat grayak biasanya menyerang secara mendadak pada malam hari. Tanaman yang terserang akan menjadi rusak, terutama daunnya habis dimakan ulat. Ledakan populasi kerap terjadi karena adanya perubahan iklim, yaitu periode kering diikuti dengan curah hujan dan kelembapan tinggi. Selain itu, kondisi lingkungan tidak menguntungkan bagi perkembangan populasi predator dan parasit dari hama ini.
4. Sundep
Sundep dapat mematikan tanaman, gejala yang ditunjukanpucuk tanaman berwarna putih, bila pangkal tanaman dibelahakan di dapati ulat. Biasanya tanaman yang terserang 10 - 15% dan serangan ini jarang menyebabkan kerusakan pada arealyang luas.
Adapun penyakit yang menyerang tanaman gandum sebagai berikut:
1. Penyakit Karat (Rust) dibagi 3 yaitu : 
Karat jalur atau karat kuning disebabkan patogen Puccinia Striiformis. 
Karat daun atau karat coklat (Leafor brown rust) di sebabkan patogen Puccinia rencondita f.sp tritici.
Karat Batang atau karat hitam disebabkan patogen Puccinia gramini f.sp tritici.
Klassifikasi jamur pada karat batang
Kingdom : Fungi 
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes 
Ordo : Uredinales 
Family : Uredinaceae
Genus : Puccinia 
Species : Puccinia recondita 
Pengendalian dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:
Menanam varietas tahan. 
Mengatur kelembaban. 
Eradikasi tanaman yang terinfeksi karat daun dan gulma. 
Sanitasi kebun.
Penggunaan fungisida dengan bahan aktif benomil. 
2. Penyakit Bercak Daun (leaf and glume blotch)
Penyakit bercacak daun disebabkan Septoria tritici, Septoria nodorum, Septoria avenal f. Sp. trificea.
3. Penyakit Busuk Akar, Hawar Kecambah dan Bercak Daun disebabkan Drechslera (Helminthosporium) sativa dan Drechslera tritici repentis. 
4. Penyakit Busuk Pangkal Batang
Penyakit ini disebabkan Fusarium culmorum dan Fusarium graminearum. Gambar penyakit busuk akar Penyakit lain yang dijumpai pada tanaman gandum adalah blight daun disebabkan Alternaria triticina, penyakit eyespot disebabkan Pseudo cercosporella herpotrichoides, penyakit busuk hitam akar yang disebabkan Gaeumannomyces graminis, penyakit tepung disebabkan Erysiphe graminis F. sp. tritici, penyakit kudis, dan penyakit kerdil kuning.


II.10 Peluang Budidaya Tanaman Gandum di Indonesia

Konsumsi pangan berbasis tepung terigu semakin berkembang, seperti mie, roti, kue dan lain sebagainya. Dampak dari perubahan pola konsumsi dari masyarakat antara lain adalah meningkatnya permintaan terhadap produk olahan gandum. Selain untuk pangan, gandum juga digunakan sebagai bahan baku obat – obatan, kosmetik. Sedangkan jerami gandum untuk pakan dan media tumbuh jamur konsumsi.
Upaya peningkatan produktivitas dapat dilakukan melalui beberapa penelitian. Di daratan tinggi (>800 mdpl) tanaman gandum diusahakan pada akhir musim hujan. Gandum yang ditanam pada akhir musim hujan dimungkinkan untuk dipanen pada musim kemarau, sehingga indeks panen dapat ditingkatkan tanpa menggeser kedudukan tanaman sayuran. Di dataran rendah, gandum dikembangkan dengan mempertimbangkan kondisi iklim mikro yang sesuai untuk pertumbuhan.
Progam pemuliaan gandum di Indonesia diarahkan pada perakitan varietas unggul tropis yang mampu beradaptasi di dataran rendah. Seleksi galur dan evaluasi keragaman genetik memberi peluang bagi perbaikan karakter dan pemilihan genotipe unggul. Untuk meningkatkan produktivitas gandum diperlukan varietas/ galur yang secara genetik berdaya hasil tinggi yang didukung antara lain oleh faktor genetik dan lingkungan. Slah satu kriteria keberhasilan progam pemuliaan gandum di Indonesia adalah kemampuan untuk merakit varietas unggul yang adaptif pada lokasi dengan ketinggian kurang dari 400 mdpl.








BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Dalam budidaya gandum diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti bahan tanam (benih yang digunakan hendaknya lebih bermutu), cara pengolahan tanah (dicangkul, digemburkan, diangin – anginkan). Pembuatan bedengan (panjang bedengan menyesuaikan dengan kondisi lahan), penanaman (secara manual maupun dengan mesin pemanen), waktu tanam (pada awal musim kemarau dan di akhir musim penghujanan), cara bertanam (dibuat alur/ larikan pada bedengan, benih dicampur terlebih dahulu dengan dithane, dimasukkan dalam alur sedalam 3,5cm dengan cara seretan, ditaburi furadan ditempat biji dalam alur, ditutup dengan tanah halus), pengairan (pada waktu tanaman berumur 3 – 0 HST, pemupukan kedua dan tanaman berumur 45 – 65 HST), pengendalian gulma (penyiangan dilakukan 2 – 3 kali tergantung banyaknya populasi gulma), pemanenan (menggunakan mesin perontok dalam skala bedar maupun dengan secara manual) dan pasca panen (langsung diolah maupun disimpan).
Penanganan pascapanen tanaman gandum meliputi pemanenan, perontokan, pembersihan, pengeringan, penggilingan, penyosohan dan penyimpanan. Dalam proses penyimpanan ada beberapa aspek yang harus diperhatikan untuk mempertahankan kualitas biji gandum. Dan juga ada beberapa usaha perawatan biji gandum agar kualitasnya tetap baik yaitu fumigasi dan penyemprotan, sanitasi dan manajemen pergudangan, dan peningkatan kualitas bahan yang disimpan.

III.2  Saran

Karena di Indonesia penanaman gandum masih dalam percobaan maka perawatannya harus lebih teliti lagi agar panen gandum yang didapat maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Komentar

  1. Ingin Cari Modal Usaha Dengan Bermodalkan 15Ribu? EDENPOKER Solusinya!

    kapan lagi bisa menikmati JACKPOT Royal Flush 20Juta di EDENPOKER!!! Buruan Daftarkan IDnya di EDENPOKER guys, Berapapun anda menang pasti di bayar full tanpa potongan dan dapatkan hadiah menarik lainnya yang hanya ada disini!


    Untuk anda yang sedang mencari "Situs Judi Terpercaya & TANPA BOT/Lag" di aplikasi handphone Anda maupun komputer, JANGAN TAKUT, Karena EDENPOKER Memiliki "Server Terkuat" di antara semua Situs Agen Judi Yang ada.

    Hanya Di Edenpoker :

    - Minimal Deposit IDR 15.000,-
    - Minimal Withdraw IDR 15.000,-
    - Bonus New Member 10.000 / 20.000
    - Bonus NEXT Deposit 5%
    - Bonus Rollingan 0,3% - 0,5%
    - Bonus Referral 10% (Seumur Hidup)

    whatsApp : +855 17 640 528
    LiveChat : edenpoker8.com

    POKER UANG ASLI
    POKER ONLINE TERBAIK
    JUDI POKER INDONESIA

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal tanaman teh

Penyerbukan Tanaman