Budidaya Nanas



BUDIDAYA NANAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki wilayah dataran tinggi dan rendah sehingga dapat menghasilkan berbagai jenis buah tropika. Dengan kondisi iklim demikian, buah nanas merupakan salah satu jenis buah tropika yang dapat dikembangkan dengan baik di Indonesia.
Nanas (Ananas comosus L. Merr.) adalah salah satu komoditas buah unggulan di Indonesia. Hal ini mengacu pada besarnya produksi nanas yang menempati posisi ketiga setelah pisang dan mangga. Nanas mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Buah ini disukai karena memiliki cita rasa yang khas baik untuk dimakan segar sebagai pencuci mulut maupun olahan.
Nanas juga merupakan buah yang serbaguna dari buah hingga daunnya dapat dimanfaatkan. Buahnya dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, dapat dipakai sebagai bahan pengepuk daging, sebagai pembersih barang logam, sedangkan daunnya dapat dijadikan benang, kain, jaring dan tali. Limbah buahnya dapat dijadikan makanan seperti nata depina dan dapat dijadikan pakan ternak dan kompos. Buah nanas terutama dapat diolah menjadi berbagai macam produk, antara lain: selai/jam, manisan buah, saos, keripik, dodol, sirup dan jelly.
Saat ini, olahan buah nanas masih belum optimal karena kurangnya bahan baku sehingga diperlukannya peningkatan produksi buah nanas. Bukan hanya karena rendahnya produksi, tetapi tidak tercapainya standar mutu/kualitas nanas juga sangat mempengaruhi. Untuk memperoleh buah nanas yang berkualitas baik terutama dalam rasa dapat dilakukan dengan pembungaan tunas mahkota. Hal ini juga dapat mempercepat pembungaan pada buah nanas.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa saja botani tanaman nanas?
2.      Apa saja syarat tumbuh tanaman nanas?
3.      Bagaimana cara merangsang pembungaan pada tanaman nanas?
4.      Kapan waktu yang tepat untuk merangsang pembungaan pada tanaman nanas?
5.      Bagaimana cara membuang tunas tanaman nanas?
6.      Kapan waktu yang tepat untuk membuang tunas tanaman nanas?

1.3  Tujuan
1.      Mengetahui botani tanaman nanas.
2.      Mengetahui syarat tumbuh tanaman nanas.
3.      Mengetahui cara dan waktu untuk merangsang pembungaan ada tanaman nanas.
4.      Mengetahui cara dan waktu untuk membuang tunas tanaman nanas.




BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Botani Tanaman Nanas
2.1.1.    Klasifikasi Tanaman Nanas
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Kelas               : Angiospermae
Ordo                : Farinosae (Bromeliales)
Famili              : Bromiliaceae
Genus              : Ananas
Spesies            : Ananas comosus (L.) Merr.
Kerabat dekat spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.
2.1.2.    Morfologi Tanaman Nanas
Tanaman nanas berbentuk semak dan termasuk golongan perennial (tahunan). Susunan tubuh terdiri dari bagian utama yang meliputi: akar, batang, daun, bunga dan buah.
1.      Akar
Sistem perakaran tanaman nanas sebagian tumbuh di dalam tanah dan sebagian lagi menyebar di permukaan tanah. Dengan demikian akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah dan akar samping, dengan sistem perakaran yang dangkal dan terbatas. Kedalaman perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di tanah jarang mencapai kedalaman 30 cm. Akar-akar melekat pada pangkal batang dan termasuk berakar serabut (monokotiledon).
Akar tumbuh dari buku batang, kemudian masuk ke dalam ruang antara batang dengan daun. Bentuk akar menjadi lebih pipih dan melingkar (membelit batang) karena akar dalam keadaan terjepit. Akar-akar cabang tumbuh setelah akar adventif dapat keluar dari ruangan antara batang dan daun.
2.      Batang
Batang pendek dan tertutup oleh daun-daun dan akarnya. Batang berbentuk gada panjang berkisar antara 20-30 cm, diameter batang bagian bawah berkisar antara 2-3,5 cm, di bagian atas antara 5,5- 6,5 cm, dan bagian puncak mengecil. Batang beruas-ruas pendek yang terlihat bila daun-daun dilepas. Panjang ruas bervariasi antara 1-10 mm, ruas yang lebih panjang terletak di bagian tengah.
3.      Daun
Daun nanas tidak bertangkai, liat dan tidak mempunyai daun utama. Bentuk daun seperti talang dan memanjang seperti pedang. Ujung daun memanjang dan runcing sehingga dapat menyalurkan air embun dan gerimis lalu menampung di pangkal daun.
Daun tumbuh memanjang sekitar 130-150 cm, lebar antara 3-5 cm atau lebih, pinggir daun ada yang berduri dan ada tanpa duri, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau cokelat kemerah-merahan. Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-putihan atau keperak-perakan. Jumlah daun tiap batang (tanaman) bervariasi antara 70-80 helai yang letaknya seperti spiral, yakni mengelilingi batang mulai dari bawah ke atas arah kanan dan kiri.
4.      Bunga
Nanas mempunyai rangkaian bunga majemuk pada ujung batangnya. Bunga nanas tersusun dalam tangkai yang berukuran relative panjang antara 7-15 cm atau lebih. Bunga bersifat hermaprodit berjumlah 100-200, masing-masing berkedudukan di ketiak daun pelindung yang melekat saling berhimpitan (berdempetan). Bunga membuka setiap hari, berjumlah sekitar 5-10 kuntum. Pertumbuhan bunga dinilai dari bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari tanam sampai berbentuk bunga sekitar 6-16 bulan. Sifat pembungaan nanas termasuk menyerbuk silang. Tanpa melalui penyerbukan silang, buah nanas tidak menghasilkan biji (partenocarpi).
5.      Buah
Buah nanas merupakan buah majemuk yang terbentuk dari gabungan 100-200 bunga. Buah majemuk umumnya membentuk sebuah “gada” besar bulat panjang atau bulat telur. Bekas putik buah menjadi “mata” buah nanas seperti yang dikenal selama ini. Ukuran, bentuk, rasa dan warna buah sangat beragam tergantung varietasnya. Buah dapat dipanen sekitar 5-6 bulan setelah berbunga.
2.1.3.    Jenis-Jenis Tanaman nanas
Berdasarkan habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas, yaitu: Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi (daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas ataupun kultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayenne dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerto Rico, Meksiko dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazil. Dewasa ini ragam varietas/kultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor, Subang dan Palembang.
2.1.4.    Perilaku Tumbuh Tanaman nanas
1.      Arsitektur Tajuk Tanaman Nanas
Tajuk tanaman nanas terbentuk dari daun-daun yang panjang dan tipis yang tersusun secara spiral pada batang yang pendek dan membentuk sebuah roset. Terbentuk dari 70-80 daun dan terdapat kuncup di dalam aksil dari masing-masingnya ada beberapa kuncup yang tumbuh menjadi tunas atau pucuk, selainnya dorman.
Bentuk tajuk bervariasi dan tergantung dari posisi batang dan usia. Hal ini penting untuk petani, begitu pula para peneliti, untuk mengetahui perbedaan bentuk tajuk. Daun-daun yang membentuk tajuk ini dapat dibedakan sebagai berikut (Py dan Tisseau, 1965):
a.       Daun luar, telah berkembang secara sempurna ketika tunas ditanam; mempunyai ‘leher’, zona pertumbuhan terbatas, dekat dengan pangkal dan menempati posisi horizontal secara praktis.
b.      Daun yang sedang berkembang; lehernya terletak lebih tinggi dan diatasnya kita bisa lihat beberapa duri (ini, terkadang, terjadi setelah penghentian setiap pertumbuhan).
c.       Daun tertua berkembang setelah tanam; tidak ada leher yang dapat diamati.
d.      Daun muda, namun sudah berkembang secara penuh, berada pada sudut sekitar 45o; daun ini umumnya diambil untuk analisis dan pengukuran. Beratnya (yang dapat mencapai 100 g) lebih mempengaruhi hasil.
e.       Daun yang dalam perkembangan penuh, belum cukup hijau.
f.       Daun yang berada di dalam roset; kecil dan berwarna terang.
2.      Aktivitas Fotosintesis
Tanaman nanas termasuk dalam golongan tanaman fotosintesis CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tanaman yang termasuk golongan ini lebih adaptif di daerah kering dan panas. Tanaman ini mengambil CO2 pada malam hari dan menggunakannya untuk fotosintesis pada siang harinya. Meski tidak mengeluarkan oksigen di malam hari, namun dengan memakan CO2 yang beredar di lingkungan sekitarnya, tanaman ini sudah membantu membersihkan udara, jadi cocok untuk ditaruh di tempat tidur.
Tanaman pada kelompok CAM ini penambatan CO2 seperti pada tanaman C4, tetapi dilakukan pada malam hari dan dibentuklah senyawa dengan gugud 4-C. Pada siang hari berikutnya, pada saat stomata dalam keadaan tertutup terjadi dekarboksilase senyawa C4 tersebut dan penambatan kembali CO2 melalui kegiatan RUDP karboksilase. Jadi tanaman CAM mempunyai beberarapa persamaan dengan kelompok C4 yaitu adanya dua tingkat sistem penambatan CO2.
3.      Fruiting Habit
Waktu antara penanaman dan pembentukan bunga bervariasi antara 6 dan 16 bulan, dan tergantung pada kultivar, ukuran propagul, waktu penanaman, iklim dan tanah. Bunga, yang berjumlah 100 hingga 200, adalah hermaprodit dan mengeluarkan nektar. 5-10 bunga membuka setiap hari, dari pangkal ke atas, selama 10-20 hari. Serbuk sari dan bakal biji keduanya fungsional, namun tidak bisa menghasilkan biji kecuali dengan penyerbukan silang. Burung kolibri merupakan agen penyerbukan yang utama dan oleh karena itu importasi mereka ke Hawaii dilarang. Lebah mendatangi bunga, namun tidak dapat melakukan penyerbukan. Buah yang ketegangannya kompatibel dapat berisi hingga 3000 biji yang keras (Pickergill, 1976).
Senyawa buah dibentuk dari gabungan antara buah-buah kecil (yang belum matang) yang bersifat partenokarpi dengan daun pelindung dan poros tengah dari pembungaan; proses ini membutuhkan waktu 5-6 bulan untuk menjadi matang. Pada bagian atas buah terdapat mahkota daun, yang terus tumbuh sampai buah matang dan bisa digunakan untuk propagasi (perbanyakan). Demikian juga bagian-bagian yang ada di bawah buah (slips) dapat digunakan untuk perbanyakan. Beberapa bagian-bagian (slips) tersebut adalah mahkota yang sebenarnya dari buah-buah kecil, yang terkadang terlihat. Sebuah slip dapat dikenali dari liukan atau lengkungan pada bagian bawah.
2.2  Syarat Tumbuh Tanaman Nanas
1.      Iklim
      Daerah penyebaran nanas di dunia ialah antara 300 LU dan 300 LS khatulistiwa. Tanaman nanas memerlukan beberapa persyarataniklim yang harus dipenuhi agar dapat tumbuh baik. Faktor iklim ini mencakup curah hujan, ketinggian, kelembapan, suhu, dan cahaya matahari (Lisdiana dan Soemadi, 1997).
      Daerah-daerah dengan curah hujan tahunan antara 600-2540 mm merupakan daerah yang cocok untuk ditanami nanas. Curah hujan optimum untuk pertumbuhan nanas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Pada daerah kering nanas masih dapat tumbuh karena struktur dan bentuk daunnya yang dapat mengurangi kehilangan air embun dan gerimis kearah pangkal daun. Selain itu terdapatnya trikoma serta lapisan hipodermis dapat mengurangi kehilangan air melalui stomata. Walaupun demikian daerah kering tanahnya tidak boleh lebih dari 150 cm dibawah permukaan tanah (lisdiana dan Soemadi, 1997).
      Daerah dengan curah hujan tinggi memiliki kelembapan udara dan keawanan tinggi, demikian pula halnya dengan kelembapan tanah. Kelembapan tanah yang berlebihan pada awal pembungaan dapat menghemat pertumbuhan buah dan menghasilkan daun yang berlebihan. Sedangkan kelembapan yang berlebihan pada saat pembungaan akan menurunkan mutu dan menghasilkan buah berempulur besar (Lisdiana dan Soemadi, 1997).
      Nanas tumbuh pada daerah dataran rendah dengan ketinggian 100-200 meter diatas permukaan laut. Di daerah dataran tinggi tanaman ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1200 m dpl. Nanas yang ditanam di daerah dataran tinggi baik pertumbuhannya dan rasa buahnya menjadi asam (lisdiana dan Soemadi, 1997).
      Tananam nanas dapat tumbuh pada kisaran suhu antara 23-320 C, dengan suhu optimum antara 29-320 C. Tanaman yang tumbuh pada suhu yang lebih rendah memiliki daun yang lebih kecil dan berwarna hijau pucat laju pertumbuhan menjadi lambat (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Faktor lain dari iklim yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman nanas adalah cahaya matahari. Tanaman tumbuh baik pada daerah yang memiliki intensitas cahaya matahari 50 % dapat menekan pertumbuhamn tanaman dan pengurangan cahaya matahari sebanyak 20 % mengakibatkan penurunan hasil sebesar 10 % (Lisdiana dan Soemadi, 1997).
2.      Tanah
      Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, jenis tanah yang paling ideal untuk berkebun nanas adalah tanah yang mengandung pasir, keadaanya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik. Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan lahan adalah tanahnya tidak mudah becek (menggenang), aerasinya baik dan kandungan kapurnya rendah. Tanah yang banyak mengandung kapur dapat menyebabkan tanaman nenas tumbuh kerdil dan klorosis. Sebaliknya tanah yang masam (pH 4,5 atau lebih rendah) sering terjadi penurunan unsur fospfor, kalium, belerang, kalsium, magnesium dan molibdenum dengan cepat  (Rukmana, 1996).
      Tanaman yang paling cocok untuk tanaman nanas adalah tanah dengan drainase yang baik serta mengandung humus. Hal ini karena nenas memiliki perakaran yang sedikit, dangkal dan peka terhadap penggenangan. Penggenangan dapat menghambat pertukaran akibat laju transpirasi nanas rendah (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Tanah tersebut adalah tanah yang banyak mengandung pasir dan cukup bahan organik. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah berpasir di Australia, tanah pasir kwarsa di Africa Selatan, tanah liat kemerahan di Hawai, dan tanah gambut di Malaysia. Di Indonesia, nanas banyak diusahakan ditanah liat berpasir dikaki gunung salak, Bogor. Di Sumatera Selatan nenas ditanam pada jenis tanah liat kemerahan dan tanah gambut (Lisdiana dan Soemadi, 1997).      
      Pada lahan kurang subur nanas juga dapat tumbuh baik asalkan kebutuhan zat haranya dapat dipenuhi dari pupuk buatan. Tanah berpasir yang bahan organiknya tinggi merupakan media yang paling disenangi. Pada tanah yang datar dan agak liat, diperlukan adanya saluran pembuangan air yang baik dan lancar. Meskipun senang pada lahan basah, tanaman nanas tidak tahan terhadap air yang tergenang dan air yang berlebihan. Dengan demikian sebaiknya penanaman dilakukan pada tanah yang agak miring.
      Pada lahan yang memenuhi persyaratan untuk pertumbuhannya, tanaman nenas akan berkembang dengan baik. Kondisi ini dapat dilihat dari keadaan fisik daun yang tampak segar dan berwarna hijau serta perumbuhan buah nanas yang sempurna. Terjadinya perubahan warna daun akan menjadi pertanda bahwa ada suatu hal yang merintangi atau menghambat hidupnya (Handoko, 1992).
2.3   Merangsang Pembungaan Tanaman Nanas
Tanaman nanas yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang sehat akan memiliki daun sempurna melebihi 35 helai pada umur sekitar 12 bulan setelah tanam. Pada masa ini tanaman telah siap untuk memasuki tahap generatif. Dalam kondisi alami rampak bunga atau saat keluarnya bunga nanas biasanya tidak seraga. Oleh karena itu dilakukan kegiatan merangsang pembungaan nanas supaya bunga keluar serempak.
Kegiatan merangsang pembungaan tanaman nanas biasa dilakukan dengan pemberian kalsium karbit atau yang lebih dikenal dengan karbit saja. selain itu dapat juga digunakan hormon etilen. Pengkarbitan sebaiknya tidak dilakukan pada siang hari atau dibawah terik matahari karena tidak efektif. Tindakan pemberian karbit memerlukan bantuan air atau embun yang terdapat pada tanaman sehingga dapat bereaksi mengeluarkan gas etilen yang dapat merangsang pembungaan nanas. Waktu yang tepat untuk melakukan pengkarbitan yaitu tengah malam atau pagi hari sebelum matahari terbit dimana embun masih terdapat di tanaman.
Ada dua cara pengkarbitan yang umum dilakukan yaitu dengan biji atau bubuk karbit serta dengan larutan karbit.
1.      Penggunaan biji atau bubuk karbit
Batu karbit dihancurkan sehingga membentuk butiran-butiran kecil seberat kira-kira 1-2 mg. Sekitar 0,5 g karbit lalu dimasukkan kebagian tengah (hati) tanaman neneas yang berembun. Selain tidak dianjurkan penggunaannya saat siang hari atau saat matahari terik, aplikasi biji karbit juga tidak dianjurkan apabila kondisi cuaca pada malam hari berangin, sehingga sulit untuk menempatkan biji karbit tepat pada bagian hati nenas.
2.      Penggunaan larutan karbit
Biji atau bubuk karbit dilarutkan dengan air sehingga membentuk larutan. Konsentrasi larutan karbit yang digunakan 0,5 sampai 1 %. Pembuatan larutan jangan dengan cara diaduk. Biarkan karbit larut dengan sendirinya dalam air. Larutan sebaiknya dibuat pada wadah yang terbuat dari plastik atau kayu supaya penguapan gas etilen diperlambat larutan ini siap digunakan apabila gelembung udara yang terbentuk hampir habis. Larutan yang sudah siap harus secepatnya digunakan. Bagian hati setiap tanaman disirami dengan 50 cc larutan karbit. Untuk mempermudah dan mempercepat pemberiaan larutan bisa digunakan cerek plastik. Pada nanas bali pemberiaan 50 cc larutan karbit dengan konsentrasi 0,6 sampai 0,8 % pertanaman menghasilkan rampak bunga (lebih dari 88% tanaman sudah berbunga) 7 minggu setelah aplikasi.
Penggunaan hormon tumbuhan ethrel juga dapat merangsang pembuangan tanaman nanas. Pada nanas bali penggunaan 50 cc larutan ethrel dengan konsentrasi 600 sampai 1000 ppm (part per million) menghasilkan rampak bunga yang lebih cepat dibanding aplikasi dengan larutan karbit, yaitu sekitar 5 minggu setelah aplikasi. Namun demikian, buah yang dihasilkan relatif lebih kecil dibandingkan dengan aplikasi larutan karbit.

2.4  Pembuangan Tunas Tanaman Nanas
Didaerah tropis, nenas dapat menyebar dengan cepat karena toleransinya  terhadap kekeringan sangat tinggi. Walaupun sudah berminggu-minggu dalam  perjalanan tetapi tunas (carang) dan mahkotanya masih dapt digunakan sebagai bahan bibit (Ochse, et al, 1970). Pada tanaman nanas dikenal tiga macam tunas yaitu : tangkai bunga (slip), tunas yang muncul dari ketiak daun dibatang (shoot), dan tunas tersebut dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman atau bila di tanam, slip atau shoot yang telah dewasa tidak akan bertambah panjang dan yang bertambah panjang adalah daun yang masih muda (Soediyanto, 1977).
Tanaman nanas yang berasal dari tunas batang akan berbuah setelah berumur 2 tahun, nanas pada umumnya akan berbuah baik sekali setelah umurnya mencapainya 5 tahun (Daryanto, 1992). Untuk meningkatkan produksi nanas maka tunas mahkota yang tidak terpakai untuk bibit lebih baik dibuang. Pembuangan mahkota ini dapat mempercepat pertumbuhan dan pembentukan buah.
Waktu pembuangan tunas berbeda untuk setiap tujuan produksi.  Buah nanas yang digunakan untuk pengalengan dilakukan pembuangan tunas pada hari ke-10 setelah bunga rontok. Sedangkan untuk menghasilkan buah meja yang berkualitas baik, waktu pembuangan tunas mahkotanya dilakukan 30 - 40 hari setelah bunga rontok  (saat panjang mahkota setengah dari panjang buah). Bagian tengah mahkota dicongkel dengan pisau atau bambu yang runcing dan tajam. Alternatif lain dapat juga dengan cara mematahkan mahkotanya (Haryanto, 1996).
Bila tanaman menghasilkan tunas yang banyak sebaiknya dilakukan pula perpanjangan tunas. Tinggalkan 3-5 tunas sehat saja pertanaman penjarangan tunas ini hendaknya dilakukan pada cuaca cerah, tidak pada hari hujan, itu dilakukan untuk menghindari pembusukan bagian yang terluka. Tindakan penjarangan tunas, selain dapat mempercepat pertumbuhan juga dapat merangsang terbentuknya tunas hisap. Tunas hisap ini sangat cocok digunakan sebagai tanaman induk pada tanaman kedua (Haryanto dan Hendarto, 1996).
Setelah dipanen, tanaman mesti diperhatikan untuk menjamin kelanjutan panen berikutnya. Untuk keperluan itu, tunas-tunas akar diambil kecuali satu tunas akar yang terbaik damn terbesar. Tunas yang satu ditinggalkan untuk menggantikan tanaman induk yang telah dipanen buahnya. Tunas ini dirawat dan dipelihara seperti layaknya memelihara tanaman baru. Dengan demikian tunas akan tumbuh dan dapat menghasilkan buah pada periode panen berikutnya. Setelah dipanen kembali tanaman induk dibuangi tunas-tunas akarnya dan menyisakan satu tunas yang terbaik. Hal seperti ini dapat berlangsung hingga 4-5 tahun. Setelah melewati masa tersebut, tanaman harus dibongkar dan diganti dengan bibit yang baru karena hasil tanaman lama sudah tidakl baik lagi (Haryanto dan Hendarto, 1996)






BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
           Pembuangan tunas mahkota dapat mempercepat pertumbuhan dan pembentukan buah. Waktu pembuangan tunas berbeda untuk setiap tujuan produksi, untuk produksi buah kalengan, pembuangan tunas dilakukan pada hari ke-10 setelah bunga rontok sedangkan untuk menghasilkan buah meja yang berkualitas pembuangan tunas dilakukan pada 30 - 40 hari setelah bunga rontok.
           Merangsang pembungaan tanaman nanas dilakukan dengan pemberian kalsium karbit dan hormon etilen.
3.2  Saran
           Setelah melakukan pembuangan tunas mahkota sebaiknya pada tanaman dibuat naungan sehingga tanaman tidak terkana sinar matahari langsung. Jika buah nenas terkena sinar matahari langsung dapat mengakibatkan pelukan buah.
















DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek dan Budidaya. UI Press, Jakarta.
Daryanto. 1992. Bercocok Tanam Buah-buahan. Aneka Ilmu, Semarang 
Handoko, S.B. 1992. Prospek Pengembangan Nanas di Indonesia. Sinat Tani Jawa Barat.
Haryanto, E dan Hendarto, B. 1996. Nanas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lisdiana dan Soemadi, W. 1997. Budi Daya Nanas Pengolahan dan Pemasaran.  Aneka Ilmu, Semarang.
Ochse, et al. 1970. Tropical and Sub Tropical Agricultura. Mc Millan Coy, New York.
Rukmana, R. 1995. Nenas Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Soediyanto. 1997. Anggur dan Nanas. Bumi Restu, Jakarta.
Hadiati, S. 2004. Nenas Komersial Berdaun Tanpa Duri. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26 (2): 13-14.
Hadiati, S., I. Sukmayadi, Edison, Kartono dan H. Handayani. 2004. Seleksi dan Karakterisasi Nenas Rendah Oksalat. Laporan Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanaman Buah. Solok. Belum dipublikasi.
Hadiati, S., S. Yuliati dan Jumjunidang. 2011. Evaluasi pertumbuhan dan hasil beberapa kandidat varietas nenas rendah oksalat dan manis tanpa duri. Jurnal Hortikultura 21 (4): 315-323, 2011. Diakses dari http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/ jhort/article/view/888/733 pada 9 Mei 2015.
Hartmann, H. T., D. E. Kester, F. T. Davies dan R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation: Principles and Practices, 6th ed. New York: Prentice Hall.
Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Maulidi, dan Elly Mustamir. 2012. Upaya peningkatan hasil tanaman nenas di lahan gambut. Jurnal Perkebunan dan Lahan Tropika, Vol. 2, No. 2, Desember 2012. Diakses dari http:// jurnal.untan.ac.id/index.php/perkebunan/article/view/3505/3544 pada 9 Mei 2015.
Pusat Kajian Buah Tropika. 2005. Pengembangan Buah-Buahan Unggulan Indonesia Komoditas Nenas. Laporan Akhir Riset Unggulan Strategis Nasional. Bogor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal tanaman teh

Budidaya Tanaman Gandum

Penyerbukan Tanaman