Budidaya Kentang
BUDIDAYA KENTANG
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian
besar masyarakatnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Saat ini sektor
pertanian sangat prospektif untuk dikembangkan, karena didukung oleh sumber
daya alam dan sumber daya manusia yang melimpah, serta adanya penerapan
teknologi dan pemasaran dalam mendukung pengembangan usaha pertanian. Salah
satu sektor pertanian yang memegang peranan penting dan perlu dikembangkan
adalah hortikultura khususnya tanaman sayuran yaitu kentang.
Kentang (Solanum
tuberrasum L.) merupakan komoditas
sayuran yang memiliki peran penting dalam
menunjang ketahanan pangan maupun sebagai usaha dalam bidang pertanian
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kentang
merupakan tanaman dikotil yang bersifat semusim karena hanya satu kali
berproduksi setelah itu mati, berumur pendek antara 90-180 hari dan
berbentuk semak/herba. Batangnya yang berada di atas permukaan tanah ada yang
berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua. Akan tetapi, warna batang ini
juga dipengaruhi oleh umur tanaman dan keadaan lingkungan. Kentang banyak mengandung karbohidrat yang
sangat bermanfaat bagi tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan
kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat mensubstitusi bahan pangan lain
yang berasal dari beras, jagung dan gandum. Selain itu, kentang juga banyak
mengandung vitamin B, vitamin C, dan sejumlah vitamin A.
Produktivitas kentang di Indonesia masih
tergolong rendah bila dibandingkan dengan produktivitas kentang di
negara-negara maju. Rendahnya produktivitas kentang di Indonesia disebabkan
oleh: Rendahnya mutu benih yang digunakan oleh petani; Pengetahuan kultur
teknis kentang masih kurang; Menanam kentang secara terus-menerus; Kehilangan
hasil akibat serangan hama dan penyakit; Umur panen yang kurang tepat;
Penyimpanan yang kurang baik; Permodalan petani yang terbatas. Peningkatan
produktivitas kentang ini diperlukan untuk menghasilkan kentang yang
berkualitas untuk digunakan selanjutnya baik itu sebagai konsumsi langsung
ataupun olahan lainnya. Umbi kentang yang telah dipanen sering kali mengalami
kerusakan akibat pengangkutan hasil produk dari lapangan atau penanganan pasca
panen yang kurang tepat sehingga tidak sedikit hasil panen terbuang sia-sia.
Padahal hasil panen menentukan hasil olahan pula.
I.2
Rumusan Masalah
1.
Apa saja
botani tanaman kentang?
2.
Apa saja
syarat tumbuh tanaman kentang?
3.
Bagaimana
proses budidaya tanaman kentang?
4.
Apa saja
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) kentang?
5.
Bagaimana
proses panen dan pasca panen tanaman kentang?
I.3
Tujuan
1.
Mengetahui botani tanamn kentang.
2.
Mengetahui syarat pertumbuhan
tanaman kentang.
3.
Mengetahui proses budidaya tanaman
kentang.
4.
Mengetahui apa saja Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) kentang.
5.
Mengetahui proses panen dan pasca
panen tanaman kentang.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Botani
Tanaman Kentang
II.1.1
Biologi Tanaman Kentang
Tanaman kentang adalah salah satu tanaman
budidaya tetraploid (2n = 4x = 40). Tanaman ini berasal dari daerah subtropis
di Eropa yang masuk ke Indonesia pada saat bangsa Eropa memasuki Indonesia di
sekitar abad ke 17 atau 18. Penjelajah Spanyol dan Portugis
pertama kali membawa ke Eropa dan mengembangbiakkan tanaman ini pada abad XVI.
Dengan cepat menu baru ini tersebar di seluruh bagian Eropa. Dalam sejarah
migrasi orang Eropa ke Amerika, tanaman ini pernah menjadi pemicu utama
perpindahan bangsa Irlandia ke Amerika pada abad ke-19, di kala terjadi wabah
penyakit umbi di daratan Irlandia yang diakibatkan oleh jenis jamur yang
disebut ergot. Kentang
(Solanum tuberosum L) termasuk jenis tanaman sayuran semusim, berumur pendek
dan berbentuk perdu/semak. Kentang termasuk tanaman semusim karena hanya satu
kali berproduksi, setelah itu mati. Umur tanaman kentang antara 90-180 hari.
Dalam dunia tumbuhan, kentang diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Subdivisi :
Angiospermae
Kelas :
Dicotyledonae
Famili :
Solanaceae
Genus :
Solanum
Species :
Solanun tuberosum L.
Dari tanaman ini dikenal pula spesies-spesies
lain yang merupakan spesies liar, di antaranya Solanum andigenum L, Solanum
anglgenum L, Solanum demissum L dan lain-lain. Varitas kentang yang banyak
ditanam di Indonesia adalah kentang kuning varitas Granola, Atlantis, Cipanas
dan Segunung .
II.1.2
Morfologi Tanaman Kentang
1.
Daun
Tanaman kentang umumnya berdaun rimbun dan letak
daun berselang-seling mengelilingi tanaman. Daun berbentuk oval sampai oval
agak bulat dengan ujung meruncing dan tulang-tulang daun menyirip seperti duri
ikan. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu. Ukuran daun sedang
dengan tangkai tidak panjang.
2.
Batang
Batang tanaman kentang berbentuk segi empat atau
segi lima, tergantung pada varietasnya. Batang tanaman tidak berkayu, namun
agak keras apabila dipijat. Warna batang umumnya hijau tua dengan pigmen ungu.
Batang tanaman bercabang-cabang dan setiap cabang ditumbuhi oleh daun-daun yang
rimbun. Permukaan batang halus, pada ruas batang tempat tumbuhnya cabang
mengalami penebalan. Diameter batang kecil dengan panjang mancapai 1,2 meter.
3.
Akar
Tanaman kentang memiliki sistem perakaran
tunggang dan serabut. Akar tunggang dapat menebus tanah sampai kedalaman 45 cm,
sedangkan akar serabutnya umumnya tumbuh menyebar (menjalar) ke samping dan
menembus tanah dangkal. Akar tanaman berwarna keputih-putihan, dan halus
berukuran sangat kecil. Di antara akar-akar tersebut ada yang akan berubah
bentuk dan fungsinya menjadi bakal umbi (stolon), yang selanjutnya akan menjadi
umbi kentang.
4.
Bunga
Tanaman kentang ada yang berbunga dan ada yang
tidak, tergantung pada varietasnya. Warna bunga bervariasi, yakni kuning atau
ungu. Kentang varietas dasiree berbunga ungu. Pada varietas cipanas, segunung
dan cosima, bunga atau benang sari berwarna kuning, putiknya putih. Pada
tanaman kentang yang berbunga, bunga tumbuh dari ketiak daun teratas. Jumlah
tandan bunga juga bervariasi sedikit sampai banyak. Kentang varietas cosima
memiliki tandan bunga sampai 11 buah, sedangkan varietas cipanas 7 buah. Bunga
kentang berjenis kelamin dua. Bunga kentang yang telah mengalami penyerbukan akan
menghasilkan buah dan biji-biji.
5.
Umbi
Ukuran, bentuk, dan warna umbi kentang
bermacam-macam, tergantung pada varietasnya. Ukuran umbi bervariasi besar dan
kecil. Bentuk umbi ada yang bulat, oval, agak bulat (bulat lonjong), dan bulat
panjang. Umbi kentang dapat berwarna kuning, putih, dan merah.
II.1.3
Kandungan Gizi Kentang
Kentang mengandung vitamin dan mineral, serta
bermacam-macam phytochemical, seperti karotenoid dan polifenol. Kentang ukuran
sedang 150 g (5.3 oz) kentang dengan kulit memberikan 27 mg vitamin C (45% dari
Nilai Harian), 620 mg potasium (18% ), 0,2 mg vitamin B6 (10% ) dan melacak
jumlah thiamin, riboflavin, folat, niacin, magnesium, fosfor, besi, dan seng.
Isi serat kentang dengan kulit (2 g) adalah setara dengan banyak roti gandum,
pasta, dan sereal.
Dalam hal gizi, kentang terkenal karena
kandungan karbohidratnya (sekitar 26 gram dalam kentang medium). Bentuk dominan
dari karbohidrat ini adalah pati. Sebagian kecil tapi signifikan pati ini
adalah tahan terhadap pencernaan oleh enzim dalam lambung dan usus kecil,
sehingga mencapai usus besar dasarnya utuh.
Nilai Kandungan gizi Kentang per 100 g (3.5 oz)
Kandungan gizi
|
Nilai Rata-rata(%)
|
Energi
|
321 kJ (77 kcal)
|
Karbohidrat
|
19 g
|
Pati
|
15 g
|
Diet serat
|
2.2 g
|
Lemak
|
0.1 g
|
Protein
|
2 g
|
Air
|
75 g
|
Thiamine (B1 Vit.)
|
0.08 mg (6%)
|
Riboflavine (B2 Vit.)
|
0.03 mg (2%)
|
Niacin (B3 Vit.)
|
1.1 mg (7%)
|
B6 Vit.
|
0.25 mg(19%)
|
Vitamin C
|
20 mg (33%)
|
Kalsium
|
12 mg (1%)
|
Besi
|
1.8 mg (14%)
|
Magnesium
|
23 mg (6%)
|
Fosfor
|
57 mg (8%)
|
Kalium
|
421 mg (9%)
|
Sodium
|
6 mg
|
II.2Budidaya
Tanaman Kentang
II.2.1
Syarat Tumbuh Tanaman Kentang
Menurut Bambang cahyono, 1996 menyatakan
Tanaman kentang akan tumbuh baik dan dapat memberikan hasil yang tinggi (jumlah
ton/ha) apabila ditanam di tempat yang keadaan lingkungannya sesuai dengan
syarat tumbuhnya. Pembudidayaan yang dilakukan tanpa memperhatikan keadaan
ekologi yang sesuai merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan
panen.
Dalam budidaya tanaman kentang, keadaan
lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman adalah keadaan tanah dan
keadaan iklim. Keadaan tanah yang perlu mendapat perhatian adalah letak
geografis tanah, keadaan topografi tanah, keadaan sifat fisika-kimia tanah dan
biologis tanah. Sedangkan keadaan iklimnya adalah meliputi keadaan suhu dan
kelembaban udara, keadaan curah hujan, penyinaran cahaya matahari dan angin.
Adapun kesesuaian dari masing-masing keadaan lingkungan tersebut dapat
diterangkan sebagai berikut dibawah ini:
1.
Letak Geografis Tanah/Ketinggian Tempat.
Tanaman kentang umumnya dapat tumbuh baik bila
ditanam di dataran tinggi (1.500 – 3.000 m dpl). Namun sebagai pengecualian,
tanaman kentang ada yang tumbuh baik pada ketinggian 500 m dpl. seperti di
daerah Maja, dan tumbuh pada ketinggian 800 m dpl, seperti di daerah
Temanggung, Kedu. Keadaan ketinggian tempat juga berhubungan erat dengan keadaan
iklim setempat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti keadaan
suhu udara, keadaan curah hujan, keadaan kelembaban udara, dan keadaan
penyinaran cahaya matahari.
Semakin tinggi letak geografis tanah, maka
keadaan suhu udara akan semakin turun dengan laju penurunan sebesar 0,5˚C
setiap kenaikan 100 meter dari permukaan laut. Sedangkan intensitas cahaya
matahari dan kelembaban udaranya semakin tinggi. Demikian pula keadaan curah
hujan akan semakin tinggi (Bambang cahyono, 1996).
2.
Keadaan Topografi Tanah.
Keadaan topografi tanah atau derajat
kemiringannya juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap budidaya tanaman
kentang, terutama berpengaruh terhadap besarnya biaya eksploitasi atau biaya
pembukaan tanahnya. Biaya yang diperlukan untuk pembukaan tanah pada daerah
yang topografinya miring akan lebih besar dibanding dengan pembukaan tanah
ataupun penanaman yang dilakukan pada daerah yang keadaan topografinya datar.
Sebab, pada daerah yang topografinya miring maka untuk pembudidayaannya harus
dibuat teras-teras dan tanggul-tanggul agar tidak terjadi erosi yang dapat
menghanyutkan unsur-unsur hara dan merusak tanaman akibat longsornya tanah.
Maka, pembukaan pada tanah yang miring diperlukan biaya tambahan untuk
pembuatan teras-teras dan tanggul-tanggul tersebut.
Untuk menghemat biaya eksploitasi atau pembukaan
tanah, maka sebaiknya dipilih lokasi yang keadaan topografi tanahnya datar.
Dengan demikian tidak perlu membuat teras-teras ataupun tanggul-tanggul. Akan
tetapi apabila keadaannya memaksa harus menggunakan tanah yang miring,
hendaknya harus memperhitungkan derajat kemiringan tanahnya. Untuk
pembudidayaan tanaman ditanah yang miring, derajat kemiringan tanah harus
dibawah 30%. Sebab, derajat kemiringan tanah diatas 30% sudah merupakan faktor
penghambat untuk budidaya tanaman sehingga sudah tidak menguntungkan lagi
(Bambang cahyono, 1996).
3.
Keadaan Fisika, Kimia, dan Biologis Tanah
Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada segala
jenis tanah, akan tetapi pertumbuhan yang paling baik dan subur adalah pada
tanah vulkanis dengan kandungan pasir sedikit. Pada tanah yang demikian itu
tanaman akan menghasilkan kualitas kentang yang baik. Sedangkan struktur tanah
yang sesuai adalah yang berstruktur gembur, tanah banyak mengandung bahan
organik atau humus, subur, tanah mudah mengikat air (porous), dan memiliki
drainase yang baik. Keadaan tanah yang padat dan tidak porous dapat menghambat
pertumbuhan umbi, sehingga umbi yang akan dihasilkan kecil-kecil. Disamping
itu, juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Sifat fisika tanah yang baik akan berpengaruh
baik terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen, karena sifat fisika tanah
berpengaruh nyata terhadap peredaran oksigen dan ketersediaan oksigen di dalam
tanah yang sangat diperlukan untuk pernafasan akar dan jasad-jasad renik tanah
dalam membantu menguraikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi
tanaman: sifat fisika tanah yang baik juga dapat meningkatkan pembuangan air
(drainase) sehingga dapat mencegah penggenangan air. Pada struktur tanah yang
gembur dapat memudahkan akar tanaman menembus tanah sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan perakaran, pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan
umbi.
Dengan sifat fisika tanah yang baik dapat
mencegah erosi, yang berarti dapat mencegah pula hilangnya unsur-unsur hara
tanah. Keadaan kimia tanah atau keasaman yang sesuai untuk pertumbuhannya
adalah tanah yang memiliki derajat keasaman (pH) sekitar 5 – 6,5. Jika tanah
yang akan ditanami keasamannya tinggi, yaitu nilai pHnya rendah maka keasaman
tanah perlu diturunkan dengan menaikan nilai pH tanah melalui pengapuran.
Sedangkan apabila nilai pHnya tinggi diatas 6,5 maka perlu diturunkan dengan
memberikan belerang pada tanah.
Derajat keasaman tanah berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman, terutama pada tahap awal pertumbuhan dan terhadap
perkembangan umbi setelah umbi terbentuk. Keadaan derajat keasaman juga
berpengaruh terhadap ketersediaan zat-zat hara, dan aktivitas jasad renik tanah
dalam penguraian bahan organik. Pada keadaan tanah yang sangat asam (nilai pH
kurang dari 4) atau sangat basa (nilai pH lebih dari 9) sudah merupakan racun
bagi tanaman.
Keadaan biologis tanah atau keberadaan organisme
tanah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah karena berfungsi sebagai
pengurai bahan-bahan organik tanah menjadi bahan yang tersedia bagi tanaman.
Keberadaan organisme tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan sifat fisika tanah
dan keasaman tanah (Bambang cahyono, 1996).
4.
Keadaan Suhu dan Kelembaban.
Keadaan suhu udara yang sesuai untuk pertumbuhan
tanaman adalah berkisar antara 15˚C – 20˚C dengan kelembaban udara antara 80% –
90%. Suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat menyebabkan
pembentukan umbi berkurang sehingga menurunkan produksi, hal ini disebabkan
karena aktivitas metabolisme tanaman menurun. Demikian pula kelembaban udara
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan karena penyakit,
terutama yang disebabkan oleh cendawan (Bambang cahyono, 1996).
5.
Keadaan Curah Hujan.
Daerah dengan curah hujan 1.200 – 1500 mm/tahun
merupakan daerah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kentang. Curah hujan
yang terlalu tinggi (banyak hujan) tanaman menjadi peka terhadap serangan
penyakit busuk batang atau akar. Disamping itu, mutu umbi yang dihasilkan
jelek, yakni umbinya kecil-kecil, kulit umbi tipis dan mudah mengelupas. Dengan
demikian produksinya menjadi rendah (Bambang cahyono, 1996).
6.
Faktor Penyinaran Matahari.
Penyinaran cahaya matahari merupakan sumber
energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Lamanya penyinaran
cahaya matahari berpengaruh terhadap waktu (kapan) umbi terbentuk dan lamanya
proses perkembangan berlangsung. Kisaran lamanya penyinaran cahaya matahari
bervariasi antara 10 – 16 jam per hari, tergantung varietasnya. Namun, faktor cahaya
yang penting berpengaruh terhadap pembentukan umbi adalah intensitas cahaya.
Tanaman kentang memerlukan intensitas cahaya
yang besar. Semakin besar intensitas cahaya yang dapat ditangkap atau diterima
akan mempercepat pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Intensitas cahaya
matahari yang lemah akibat keadaan cuaca yang buruk atau karena tertutup
pepohonan disekitar tanaman dapat menyebabkan tanaman tumbuh memanjang, kurus,
lemah, dan pucat. Akibatnya proses pembentukan umbi terhambat (Bambang cahyono,
1996).
7.
Keadaan Angin.
Angin yang kencang dan berkelanjutan secara
langsung dapat merusak tanaman, seperti robohnya tanaman, patahnya
ranting-ranting dan lain-lain. Sedangkan pengaruhnya secara tidak langsung
terhadap pertumbuhan tanaman adalah angin berpengaruh terhadpa kondisi tanah,
yakni angin yang kencang dapat mempercepat penguapan air tanah sehingga
menyebabkan tanah cepat mengering dan mengeras. Keadaan ini dapat mempengaruhi
jumlah imbangan antara udara dan air di dalam tanah tidak mencukupi untuk kebutuhan
tanaman. Dengan demikian tanaman akan terganggu pertumbuhannya dan keadaan
tanah yang mengeras dapat menghambat pertumbuhan umbi (Bambang cahyono,
1996).
II.2.2
Persiapan Lahan
Berikut ini merupakan beberapa tahap dalam proses persiapan lahan untuk
budidaya tanaman kentang.
1.
Mencangkul Tanah
Tanah harus dicangkul sedalam 30-40 cm. setelah
dicangkul, tanah dibiarkan beberapa hari agar mendapat sinar matahari sehingga
peredaran udara lancer serta hama dan bakteri bisa terbunuh.
2.
Menggemburkan Tanah
Setelah dicangkul, tanah harus dilembutkan dan
digemburkan. Tanaman kentang hanya bisa tumbuh dengan baik pada tanah yang
gembur sekali. Dalam tanah yang gembur, akar kentang sebagai asal terjadinya
umbi bisa berkembang secara maksimal. Untuk menggemburkan tanah dapat digunakan
cangkul berukuran sedang atau garu.
3.
Membuat Bedengan
Bedengan perlu dibuat sebagai tempat penanaman
kentang. Bedengan bisa memudahkan petani untuk memelihara tanaman kentang.
Dengan bedengan, tanaman kentang tidak akan tergenang air jika hujan turun. Bedengan
sebaiknya dibuat membujur kea rah barat-timur. Lebarnya lebih kurang 70 cm
(untuk satu jalur tanaman) atau 140 cm (untuk dua jalur tanaman). Panjangnya
disesuaikan kondisi tanah. Tinggi bedengan lebih kurang 15 cm. parit bedengan
lebarnya lebih kurang 25 cm.
Parit-parit bedengan selain berfungsi sebagai
jalan untuk merwat tanaman, juga sebagai saluran air. Oleh karena itu,
parit-parit bedengan ini dibuat sedemikian rupa agar air dapat mengalir lancer
bila turun hujan.
4.
Membuat Saluran Air
Saluran air dibuat untuk pembuangan dan untuk
mengalirkan air. Hal ini dimaksudkan agar air tidak menggenang di parit-parit
bedengan.
Tanaman kentang sangat peka terhadap air, terlebih-lebih sejak penanaman sampai berumur dua bulan. Akar tanaman kentang yang tergenang air akan membusuk, kemudian tanaman kentang pun layu.
Tanaman kentang sangat peka terhadap air, terlebih-lebih sejak penanaman sampai berumur dua bulan. Akar tanaman kentang yang tergenang air akan membusuk, kemudian tanaman kentang pun layu.
5.
Meratakan Tanah
Proses mertakan tanah ini perlu dilakukan agar
permukaan bedengan rata atau datar dan tidak terdapat bongkahan-bongkahan tanah
lagi.
II.2.3
Pembibitan
Bibit
tanaman kentang dapat berasal dari umbi. Umbi bibit berasal dari umbi produksi
berbobot 30-50 gram. Pilih umbi yang cukup tua antara 150-180 hari, umur
tergantung varietas, tidak cacat, umbi baik, varietas unggul. Umbi disimpan di
dalam rak/peti di gudang dengan sirkulasi udara yang baik (kelembaban 80-95%).
Lama penyimpanan 6-7 bulan pada suhu rendah dan 5-6 bulan pada suhu 25° C.
Pilih umbi dengan ukuran sedang, memiliki 3-5 mata tunas. Gunakan umbi yang
akan digunakan sebagai bibit hanya sampai generasi keempat saja. Setelah
bertunas sekitar 2 cm, umbi siap ditanam.
II.2.4
Penanaman
Karena tanaman kentang tidak memerlukan
persemaian, maka setelah memilih bibit yang baik dan disimpan dengan cermat,
maka kemudian akan muncul titik-titik tumbuh. Hal ini menjadi pertanda bahwa
bibit sudah bisa ditanam. Bibit bisa langsung ditanam ditempat yang telah
dipersiapkan. Yang harus dikerjakan terlebih dahulu dalam penanaman, yaitu
membuat lubang-lubang tanaman berupa alur-alur silang. Kemudian, pada titik
pertemuan sialang itulah nantinya bibit kentang ditanam.
Agar pertumbuhan tanaman dapat sempurna, maka
jarak tanaman harus diatur sebagai berikut:
1. Jarak antara baris 50-65 cm
2. Jarak tanam di dalam baris 30-40 cm
3. Dalamnya tanaman masuk ke tanah 5-10 cm
Pada tanah berat, bibit ditanam lebih dangkal.
Demikian pula pada musim penghujan, bibit ditanam lebih dangkal agar tidak
banyak terendam air. Tetapi, sebaliknbya, pada musim kemarau bibit kentang
ditanam lebih dalam agar tidak mengalami kekeringan. Dalam proses penanaman,
tiap-tiap lubang tanaman diberi pupuk kandang sebanyak 0,5 kg. Dalam satu
hektar tanaman kentang diperlukan pupuk kandang 20-30 ton.
Letakkanlah bibit-bibit kentang di atas pupuk
kandang dengan kedalaman 7,5-12,5 cm. Usahakan agar tunas-tunasnya menghadap ke
atas. Pada sebelah kanan dan kirinya, berilah pupuk DS dan ZA sejauh kurang
lebih 5 cm dari bibit, yaitu disebelah kanan diberi pupuk DS sebanyak kira-kira
16 gram dan di sebelah kiri diberi pupuk ZA sebanyak lebih kurang 16 gram juga.
Kemudian, tutuplah lubang-lubang tanam dengan tanah. Dalam satu hektar tanaman
kentang diperlukan lebih kurang 80-900 kg DS dan ZA. Dengan lahan seluas satu
hektar diperlukan bibit kentang sebanyak 1200-1500 kg
yang berat tiap umbinya antara 30-40 gram.
Waktu tanam
yang tepat adalah diakhir musim hujan pada bulan April-Juni, jika lahan
memiliki irigasi yang baik/sumber air kentang dapat ditanam dimusim kemarau.
Jangan menanam dimusim hujan. Penanaman dilakukan dipagi/sore hari. Bibit
dimasukkan ke lubang tanam, ditimbun dengan tanah dan tekan tanah di sekitar
umbi. Bibit akan tumbuh sekitar 10-14 hst. Mulsa jerami perlu dihamparkan di
bedengan jika kentang ditanam di dataran medium.
II.2.5
Pemupukan
Lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa
alur-laur atau garitan-garitan, kemudian diberi pupuk organik (pupuk kandang
atau kompos). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dihamparkan dalam
garitan-garitan atau diberikan secara setempat diantara umbi kentang yang akan
ditanam. Pupuk kandang yang biasa dipakai adalah kotoran ayam, sapi, kerbau,
kambing, dan burung. Pemberian pupuk kandang minimal tiga hari sebelum tanam.
Bersamaan dengan pemberian pupuk kandang
tersebut sebelum penanaman bibit, pupuk buatan juga diberikan. Cara pemberian
pupuk buatan adalah diatas pupuk kandang atau diantara umbi bibit dengan jarak
5cm – 7cm di sebelah kanan dan kiri umbi kentang. Jumlah pupuk buatan untuk
tanaman kentang bervariasi, tergantung pada varietas kentang, jenis tanah,
kesuburan tanah, lokasi, dan musim. Sebagai pedoman, pemakaian pupuk buatan
untuk lahan seluas satu hektar adalah menggunakan campuran pupuk buatan yang
dilakukan 20 hari sekali sebagai berikut:
1. Pupuk Urea sebanyak 400 – 600 kg/ha
2. Pupuk ZA sebanyak 150 kg/ha
3. Pupuk SP36 sebanyak 450 kg/ha
4. Pupuk KCl sebanyak 100 kg/ha
II.2.6
Penyiraman
Tanaman kentang tidak menghendaki
kekeringan, meskipun sangat peka terhadap air yang berlebihan, terutama air
yang menggenang. Jika terlalu kering, maka suhu tanah akan menjadi panas dan
kelembabannya turun. Umbi kentang memerlukan suhu dingin dengan kelembaban yang
tinggi. Pada tanah yang suhu dan kelembabannya tidak stabil, tanaman kentang
akan menghasilkan umbi yang bentuknya tidak menarik dan
benjol-benjol. Penyiraman kentang harus diperhatikan, terutama bila tidak
turun hujan. Apalagi pada musim kemarau.
II.2.7
Pendangiran dan Penyiangan
Setelah tanaman kentang berumur kira-kira satu
bulan, maka perlu dilakukan pendangiran. Yakni, tanah disekitar tanaman perlu
digemburkan agar peredara udara menjadi lancar. Dengan demikian, pertumbuhan
tanaman menjadi lebih baik,. Rumput-rumput yang ada di sekitar tanaman juga
perlu dibersihkan agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman kentang.
Proses penggemburan juga disertai dengan
peninggian gundukan tanah atau bedengan agar umbi tanaman selalu terkubur. Umbi
kentang yang tidak tertutup tanah akan berwarna hijau dan kualitasnya rendah.
II.2.8
Pembumbunan
Setelah tanaman kentang berumur 3-4 minggu, maka
perlu dilakukan pembumbunan, yakni proses peninggian tanah. Pembumbunan akan
memberikan keuntungan bagi tanaman, antara lain:
1.
Akan merangsang pembentukan akar baru sehingga umbi kentang yang
dihasilkan bisa semakin banyak.
2.
Membantu perkembangan umbi.
3.
Memperkokoh berdirinya batang.
Tetapi, perlu diperhatikan bahwa pembumbunan
yang dilakukan tidak boleh terlalu tinggi karena bisa mengganggu pernapasan tanaman
kentang di dalam tanah.
II.2.9
Pemangkasan Bunga
Biasanya pada umur 25 – 30 hari, tanaman kentang
mulai mengeluarkan bunga. Oleh karena itu, bunga sebaiknya dipangkas
sebelum mekar (bunga masih kuncup). Kemunculan bunga bisa membuat umbi
tumbuhnya kecil-kecil, Karena terjadi persaingan dalam penggunaan zat makanan
untuk pembentukan umbi dan bunga.
II.3 Varietas
Tanaman Kentang
Dalam ilmu botani, varietas kentang dicirikan
dengan bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji, dan sifat-sifat
lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama. Bila diperbanyak secara
generatif atau vegetatif, varietas tanaman yang sama akan menghasilkan tanaman
dengan ciri-ciri yang sama, unik, stabil, dan rasa yang mantap. Varietas
kentang unggul telah banyak beredar di lapangan, berasal dari pemuliaan di
dalam negeri dan atau introduksi dari luar negeri. Beberapa varietas kentang
yang banyak diminati dan dibudidayakan oleh petani adalah sebagai berikut
(Setijo pitojo, 2004) :
1. Varietas Cipanas
Varietas
kentang Cipanas adalah hasil persilangan dari varietas Thung 1510 dan Desiree.
Tanaman kentang Cipanas berumur antara 95 – 105 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar antara 50 cm –
56 cm; batang tanaman berwarna hijau tua, memiliki penampang berbentuk segi
lima, dan bersayap lurus; daun tanaman berbentuk oval, berwarna hijau tua
dengan urat utama hijau muda, dan permukaan bawah daun berbulu; jumlah tandan
bunga antara 3 – 7 buah; putik berwarna putih dan benang sari berwarna kuning.
Potensi
hasil varietas Cipanas adalah 13 – 34 ton/ha dengan rata-rata 24,9 ton/ha. Umbi
berkulit putih, mata umbi dangkal, dan permukaan umbi rata. Daging umbi
berwarna kuning dan berkualitas sangat baik. Tanaman kentang varietas Cipanas
agak peka terhadap nematoda Meloidogyne sp., tahan terhadap busuk
daunPhytophthora infestans, dan peka terhadap layu bakteri Pseudomonas
solanacearum (Setijo pitojo, 2004).
2. Varietas Cosima
Varietas
Cosima yang banyak beredar di Indonesia adalah introduksi dari jerman Barat.
Tanaman kentang Cosima berumur antara 100 – 110 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 75 cm; batang
tanaman berwarna hijau tua, memiliki penampang berbentuk segi lima, dan
bersayap rata; daun tanaman berbentuk oval dengan ujung meruncing, berwana
hijau dengan urat utama hijau muda, dan permukaan bawah daun berkerut serta
berbulu; jumlah tandan bunga berkisar antara 5 – 11 buah; putik berwarna putih;
benang sari berjumlah lima buah dan berwarna kuning; dan buah berbentuk bulat
pipih.
Potensi
hasil kentang varietas Cosima berkisar antara 19 – 36 ton/ha, dengan hasil
rata-rata 28,5 ton/ha. Kulit umbi berwarna kuning muda dan daging umbi kuning
tua. Umbi kentang varietas Cosima memiliki kualitas sedang. Tanaman kentang
varietas Cosima cukup tahan terhadap nematoda Meloidogyne sp., tahan
terhadap busuk daun Phytophthora infestans, dan agak peka terhadap layu
bakteriPseudomonas solanacearum (Setijo pitojo, 2004).
3. Varietas Segunung
Varietas
Segunung adalah hasil persilangan antara varietas Thung 151 C dan Desiree.
Tanaman kentang Segunung berumur 100 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 70 cm; batang
berwana hijau muda berpigmen ungu, memiliki penampang berbentuk segi empat, dan
bersayap bergerigi; daun dan urat utama daun berwarna hijau muda, berbentuk
oval agak bulat dengan ujung runcing, dan permukaan bawah daun berkerut serta
berbulu; jumlah tandan bunga delapan buah, putik berwarna putih, dan benang
sari berwarna kuning.
Potensi
hasil kentang varietas Segunung mencapai 25 ton/ha. Umbi berkulit kuning,
halus, dan mata umbi dangkal. Daging umbi berwarna kuning dan berkualitas baik.
Varietas Segunung cukup tahan terhadap busuk daunPhytophthora
infestans dan cocok ditanam di dataran tinggi (Setijo pitojo, 2004).
4. Varietas Granola L.
Varietas
Granola L. adalah hasil introduksi dari Jerman Barat. Tanaman kentang varietas
Granola L. berumur antara 100 – 115 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik
morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman 65 cm; batang berwarna hijau,
berpenampang segi lima, dan bersayap rata; daun berwarna hijau dengan urat
utama hijau muda, berbentuk oval, dan permukaan daun bagian bawah berkerut; jumlah
tandan bunga berkisar antara 2 – 5 buah, putik berwarna putih; dan memiliki 5
buah benang sari berwarna kuning.
Potensi
hasil rata-rata 26,5 ton/ha. Umbi berbentuk oval, berkulit kuning sampai putih,
dan bermata dangkal. Daging umbi berwarna kuning. Varietas Granola L. tahan
terhadap PVA dan PVY, namun agak peka terhadap layu bakteriPseudomonas
solanacearum dan busuk daun Phytophthora infestans (Setijo
pitojo, 2004).
5. Varietas Atlantik Malang
Varietas
Atlantik Malang merupakan introduksi dari Wisconsin, Amerika.Tanaman kentang
varietas Atlantik Malang berumur 100 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 50 cm; batang
berwarna hijau dan berpenampang agak bulat; daun dan urat utama daun berwarna
hijau; permukaan bawah daun bergelombang; jumlah tandan bunga antara 1 – 2
buah; putik berwarna hijau; dan benang sari yang berwarna kuning.
Potensi
hasil varietas Atlantik Malang berkisar antara 8 – 20 ton/ha. Kulit dan daging
umbi berwarna putih, serta mata umbi dalam. Varietas Atlantik Malang tahan
terhadap nematoda (Setijo pitojo, 2004).
6. Varietas Merbabu-17
Varietas
Merbabu-17 adalah hasil persilangan antara IP 81001-1 dan MF-1. Tanaman kentang
varietas Merbabu-17 berumur antara 90 – 120 hari. Tanaman ini memiliki karakteristik
morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman lebih dari 100 cm; batang tanaman
berwarna hijau; daun tanaman berwarna hijau tua; dan bunga berwarna putih
keunguan.
Potensi
hasil varietas Merbabu-17 mencapai 24 ton/ha. Umbi berbentuk oblong, memiliki
kulit berwarna kuning berbintik-bintik, bermata dangkal, dan daging umbi
berwarna kuning. Varietas Merbabu-17 bersifat agak tahan terhadap hama
penggorok daun L. huidobrensis dan tahan terhadap busuk
daun Phytophthora infestans (Setijo pitojo, 2004).
II.4 Organisme
Pengganggu Tanaman (OPT) Kentang
II.4.1
Hama
Hama yang sering menyerang tanaman kentang
adalah :
1.
Kutu Daun (Aphididae)
Kutu daun atau aphid adalah hama dari keluarga
Aphididae yang berukuran kecil (1 – 2mm) dan umumnya menyerang daun
dengan cara mengisap cairan daun. Salah satu jenis kutu daun yang
dikenal secara umum adalah kutu aphis (Aphis gossypii), kutu daun persik atau
tobaco aphids (Myzus persicae) dan kutu bereng, wereng (Thrips).
Aphis gossypii dan Myzus
persicae bisa dikatakan serupa tapi tak
sama. Aphisgossypii berwarna hijau, kehitam-hitaman, sampai
kuning kecoklat-coklatan. Sedangkan Myzus persicae sayapnya
berwarna kehitam-hitaman, permukaan tubuhnya hijau, kuning sampai merah
kecoklat-coklatan. Keduanya mengisap cairan daun atau bagian daun yang
masih muda. Daun yang diserang akan berkeriput berkerut-kerut karena
cairannya dihisap. Tanaman tumbuh kerdil, warna daunnya
kekuning-kuningan, daun menggulung, kemudian layu,dan akhirnya tanaman tidak
hanya terhambat pertumbuhannya melainkan bisa juga mati.
Pada suhu di atas 25 ºC, umur kutu dewasa
menjadi pendek. Pada suhu udara diatas 28 ºC reproduksi akan
terganggu. Bila kelembaban udaranya secara konstan relatif tinggi, akan
mempengaruhi pertumbuhan kutu muda. Sebab yang diinginkannya adalah
kondisi yang sebaliknya yaitu kelembaban yang rendah. Yang paling ditakuti
petani adalah hama tersebut dianggap sebagai penular (vektor) penyakit PLVR
(Potato Leaf Roll Virus), terutama saat umbi kentang disimpan di gudang.
Kutu Trips atau gurem bergerak lincah.
Ukurannya sangat kecil (1 mm) sehingga sulit dilihat mata. Daun yang
diserang berkeriput, berbintik-bintik kuning, kaku, menebal. Sedangkan
bagian bawah daun yang diserang berwarna keperak-perakan. Serangan pada tanaman
yang sudah tua, daun tampak menggulung dan tanaman tumbuh kerdil. Selain
menyerang daun, thrips ditemukan juga menyerang tunas baru tumbuh dari umbi
kentang (bibit kentang), (Rukmana, R. 1997).
Untuk mengendalikan hama ini, langkah langkah
yang dapat dilakukan adalah:
a.
Membersihkan lingkungan sekitar dari tumbuhan liar (gulma) dan membakar
bagian tanaman yang diserang.
b.
Menanam tanaman perangkap yang tumbuhnya lebih tinggi dari tanaman
kentang, ditanam di pinggiran lahan. Jenis tanaman perangkap antara lain
tanaman jagung, bunga matahari, atau tanaman yang bunganya cenderung kuning
atau kekuning-kuningan.
c.
Pada serangan yang demikian hebat, setiap
daun dapat ditemukan aphis sebanyak 7 ekor.
d.
Penyemprotan pestisida (insektisida) yang sesuai untuk aphis dapat
dilakukan jika diperlukan.
2.
Ulat Penggulung daun ( Phthorimaea operculella)
Ulat ini termasuk kedalam Ordo Lepidoptera.
Famili Gelechiides. Lepidoptera berasal dari kata Yunani yaitu
Lepidopteros. Lepidos artinya sisik, pteros artinya sayap. Serangga
dewasa tidak menjadi hama, yang menjadi hama adalah Larvanya, larva berbentuk
ulat. Serangan ulat ini dimulai Serangan dengan perubahan warna daun dari
hijau menjadi merah tua. Kemudian muncul jalinan seperti benang yang didalamnya
berisi ulat kecil berwarna kelabu. Kadang-kadang daun menggulung dan berisi
larva. Menggulungnya daun karena permukaan daun sebelah atas rusak.
Serangan ini tidak hanya terjadi dilapangan,
tetapi juga di tempat penyimpanan atau gudang. Umbi yang diserang ditandai
dengana adanya kotoran disekitar mata tunas. Ulat ini juga juga dikenal dengan
nama taromi, selisip, atau selundup atau PTM (Potato Tuber Mouth)
itu, diduga juga sebagai hama yang mengundang datangnya serangan jamur penyebab
penyakit Fusarium. Daur hidup hama ini cukup lama. Di daerah seperti Bogor
(kurang dari 1.000 m dpl) hama tersebut bisa hidup sampai 25 hari. Namun,
didataran 1.200 m dpl bisa hidup sampai 40 hari. Pastinya,Phthorimaea
operculella tergolong hama berbahaya karena bisa merusak hasil panen, baik
yang lapangan maupun yang disimpan di gudang.
Pada stadia dewasa, hama berupa kupu-kupu
berwarna keabu-abuan. Kupu-kupu tersebut aktif di malam hari dan tidak aktif
pada siang hari. Ia bersembunyi di tempat yang sulit dipantau (bagian
bawah tanaman) Telurnya kecil sekali , bisa ditemui di bawah daun atau di atas
umbi. Peletakan telur di atas umbi, bila umbi tidak tertutup tanah seluruhnya.
Makanya umbi yang disimpan digudang kerap dijadikan sasaran.
Setelah telur menetas, keluar ulat yang kemudian
merusak daun dan umbi dengan cara melubanginya. Setelah ulat berubah menjadi
pupa, kononnya akan terlihat seperti ditutupi butiran tanah. Bila di gudang,
pupa akan berada di luar umbi atau di atas rak.
Pemberantasan secara mekanis dapat dengan
memangkas daun ataupun umbi yang telah terinfeksi dan yang telah tertempeli
telur dan nimfanya. Sedangkan penyemprotan secara kimia dengan penyemprotan
pestisida. Upaya pengendalian hama yang dilakukan, antara lain:
a.
Hindari penanaman kentang pada musim kemarau.
b.
Hindari terjadinya keretakan tanah karena lewat retakan ini larva akan
masuk ke dalam tanah dan tanah akan merusak umbi.
c.
Seiring melakukan pembumbunan untuk mencegah larva masuk ke dalam tanah.
d.
Umbi yang disimpan di gudang harus diseleksi betul. Untuk itu, guna
mengetahui mata umbi yang baik dan mana yang tidak, biarkan umbi selama dua
minggu terhampar dilantai (yang sudah dibersihkan juga). Bila umbi tetap
bersih, berarti bebas hama tersebut. Tapi bila dua minggu kemudian ternyata
permukaan umbi mulai kotor, berarti telur hama tersebut mulai menetas.
Sebaiknya umbi ini langsung dibuang saja.
e.
Bila diperlukan gunakan insektisida yang dianjurkan. Dapat menggunakan
insektisida biologi antara lain Bacillus thuringiensis atau
baculovirus.
3.
Ulat
grayak (Spodoptera litura)
Gejala: ulat
menyerang daun dengan memakan bagian epidermis dan jaringan hingga habis
daunnya.
Pengendalian:
(1) mekanis dengan memangkas daun yang telah ditempeli telur; (2) kimia dengan
Azordin, Diazinon 60 EC, Sumithion 50 EC.
4.
Orong-orong
(Gryllotalpa Sp)
Gejala:
menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman
menjadi peka terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian:
menggunakan tepung Sevin 85 S yang dicampur dengan pupuk kandang.
5.
Hama
penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael)
Gejala: pada
daun yang berwarna merah tua dan terlihat adanya jalinan seperti benang yang
berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila
dibelah, akan terlihat adanya lubang-lubang karena sebagian umbi telah dimakan.
Pengendalian:
secara kimia menggunakan Selecron 500 EC, Ekalux 25 EC, Orthene &5 SP,
Lammnate L.
6.
Hama trip
( Thrips tabaci )
Gejala: pada
daun terdapat bercak-bercak berwarna putih, selanjutnya berubah menjadi abu-abu
perak dan kemudian mengering. Serangan dimulai dari ujung-ujung daun yang masih
muda.
Pengendalian:
(1) secara mekanis dengan cara memangkas bagian daun yang terserang; (2) secara
kimia menggunakan Basudin 60 EC, Mitac 200 EC, Diazenon, Bayrusil 25 EC atau
Dicarzol 25 SP.
II.4.2
Penyakit
Berikut ini merupakan
berbagai macam penyakit yang menyerang tanaman kentang:
1.
Penyakit Hawar Daun
Phytophthora infestans termasuk kedalam
kelas Oomycetes, Ordo Peronosporalesyang menyebabkan penyakit hawar daun
kentang dan busuk kentang. Organisme yang semula dianggap sebagai anggota fungi
/ jamur ini ternyata merupakan protista dan menjadi penyebab kelaparan besar
pada tahun 1845 di Irlandia dan pada tahun 1846 di Dataran Tinggi Skotlandia,
dan menyebabkan emigrasi besar-besaran ke Amerika Serikat.
Miselium P. infestans yang terdiri dari
benang-benag hifa yang tidak bersekat dan mengandung banyak inti yang diploid
(Brasier & Sansome, 1975), tumbuh diantara sel-sel tanaman inang. Makanan
diperoleh dari dalam sel yang diserap oleh kaki miselium. Sporangiofora
bercabang-cabang dengan sifat percabangan simpodial dan
pertumbuhannya indeterminate. Pada ujung sporangiofora terbentuk
sporangia, dan ini terjadi sebelum cabang baru yang mendesaknya ke samping
tumbuh. Sporangiofora muncul kepermukaaan jaringan melalui stomata.
Sporangium berbentuk bulat telur atau menyerupai buah jeruk
limau, berpapila, berukuran 27 – 30 x 15 – 20 mikron. Pada
temperatur diatas 20 ºC sporangium berkecambah langsung membentuk buluh
kecambah sedang dibawah temperatur tersebut zoospora. Jadi sporangium
dapat berfungsi sebagai konidium maupun sebagai zoosporangium, tergantung pada
temperatur lingkungannya. Di gudang penyimpanan, penyakit berkembang dan bila
umbi ditanam tuna-tunas yang tumbuh menunjukan gejala penyakit.
Menurut Sato (1979) infeksi umbi di lapang
terjadi pada tanah yang bersuhu 18 ºC atau lebih rendah. Di dalam
tanah , sporangium tidak dapat bertahan lama. Pada 20 ºC sporangium masih
tetap hidup selama 5 minggu, sedang pada suhu 30 ºC hanya 7 hari (Suhardi,
1982). Pada umumnya penyakit busuk daun kentang dijumpai setelah tanaman
berumur 5 – 6 minggu. Mula-mula serangan penyakit ini hanya dijumpai ada
daun-daun bawah, kemudian merambat ke atas, ke daun-daun yang lebih muda.
Gejala pertama ialah terdapat bercak
kebasah-basahan dengan tepian yang tidak teratur pada tepi daun atau
tengahnya. Bercak kemudian melebar dan terbentuklah daerah nekrotik yang
berwarna coklat. Melingkari daerah nekrotik ini terdapat bagian yang
berwarna hijau kelabu yang menghasilkan sporangium berwarna putih.
Penyakit dapat terjadi pada tangkai anak daun , warna coklat, melingkar, agak
mengendap, dan dapat menimbulkan defoliasi. Pada ujung batang, penyakit berupa
nekrotik yang cepat berkembang pada jaringan tanaman yang masih muda.
Apabila kelembaban udara rendah bercak-bercak nekrotik cepat mengering dan
jaringan sakit menjadi mengkerut, melengkung, atau memutar. Kulit umbi
kentang yang berpenyakit melekuk dan agak berair. Bila dibelah, daging
umbi berwarna coklat.
Pengendalian terhadap penyakit lodoh
antara lain dengan sanitasi lahan pertanaman. Lantas menanam bibit yang
sehat dan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit tersebut. Selanjutnya,
menanam tanaman pagar seperti jagung atau yang lain sebagai penghalang
penyebaran spora dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain. Tanaman
penghalang ini juga sebagai pencegah serangan serangga yang mungkin menjadi
vektor penyebar penyakit tersebut.
2.
Penyakit Kudis
Penyakit kudis disebabkan
oleh streptomycetes scabies (Thaxt) Waks & Henrici, yaitu
merupakan termasuk ke dalam kelas Thallobacteria. Streptomyces spp.
merupakan genus paling besar dari ordo Actinomycetales yang termasuk
gram positif (Tyo, 2008). Genus ini kebanyakan dapat ditemukan di tanah dan
tumbuhan yang membusuk. Streptomyces spp. memiliki bau khas yang
dihasilkan dari metabolisme dan geosmin yang menguap (Agrios, 2005).
Streptomyces spp. merupakan bakteri
penghuni tanah yang membentuk miselium bercabang-cabang dengan ukuran antara
0,5-2,0 µm dan membentuk rantai spora pada ujung hifa udara dengan diameter
0,5-2,0 µm. Streptomyces spp. bersifat aerobik, oksidatif, dan
sedikit asam yang diakumulasi dalam medium (Goto, 1992). Infeksi berlangsung
melalui sel-sel umbi- umbi muda, terutama bila keadaan tanah kering (Adam &
Lapwood, 1978). Dilaporkan oleh Lewis (1970) bahwa bila tanah
dipertahankan pada potensial air 80 joule per kg pada kedalaman 25 cm selama
masa pertumbuhan kentang, maka banyak terjadi infeksi kudis. Disamping
menyerang kentang, S.scabies menyerang Turnip, bit dan
radish (Hodgson et al., 1974). Kudis biasanya tidak terjadi pada pH
dibawah 5, tetapi pada pH 6 atau lebih dapat meningkatkan serangan.
Gejala penyakit ini tidak tampak pada bagian di
atas permukaan tanah. Kulit permukaan umbi terdapat borok-borok kudis
yang menonjol keluar dan biasanya berdiameter 5 – 8 mm. Mula-mula gejala
hanya bercak kecil berupa pecahan seperti bintang, kemudian berkembang meluas
dan berwarna gelap. Scab banyak berjangkit pada musim kering dengan
temperatur optimum 25 ˚C – 30 ˚C.
Pengendalian penyakit ini yaitu menanam umbi
yang sehat dan merotasi dengan leguminosae 3 – 5 tahun. Pencelupan umbi
ke dalam formalin 0,05 persen selama satu jam akan mencegah penularan penyakit
melalui umbi. Gunakan pupuk yang agak asam seperti amonium sulfat.
Pertanaman diairi secukupnya dan teratur pada masa awal pertumbuhan (Lapwood et
al., 1973).
3.
Layu bakteri.
Penyakit ini masuk ke dalam tanaman melalui
akar yang terluka. Bagian yang terserang adalah umbinya. Kulit
umbi berbecak cokelat. Gejala itu menjalar hingga batang. Kalau
bagian batangnya dipotong dan kemudian ditekan, dari bekas potongan akan
mengeluarkan cairan yang warnanya seperti susu. Akibat selanjutnya terjadi
kelayuan pada seluruh daun tanaman, yang dimulai dari bagian pucuk.. Kemudian
berwarna cokelat, dan biasanya hanya dalam tempo beberapa hari, tanaman akan
mati.
Serangan layu bakteri terbanyak pada
musim hujan atau pada udara lembab. Penularan penyakit dilapangan terjadi
dalam tanah, mungkin lewat rembesan air atau percampuran dengan tanah yang
sudah terinfeksi. Sedangkan penularan digudang dapat disebabkan karena
tercemarnya gudang oleh umbi yang sudah terjangkiti penyakit ini.
Penyakit layu bakteri dikenal sebagai layu
bakteri ralstonia akibat
bakteriPseudomonas (Ralstonia) solanacearum. Gejala umum
serangan, beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu; daun tua dan daun bagian
bawah menguning, atau tanaman layu sebagian atau keseluruhan dengan bagian daun
yang menguning lalu mati. Gejala ini seperti tanaman yang kekurangan
air. Bila tanaman dicabut tanaman masih kokoh karena sistem perakarannya
tidak terganggu.
Bila umbi yang terinfeksi, ketika dilakukan
pemanenan, akan tampak ”lengketan tanah” yang menempel pada ujung stolon atau
bagian mata umbi atau bagian ujung umbi. Lengketan tanah ini akibat
lendir yang keluar dari bagian yang terinfeksi. Bila umbi dibelah , maka
akan tampak disklorasi atau warna cokelat disekeliling vaskulernya (melingkar)
dan berlendir berwarna putih susu atau keabu-abuan. Layu bakteri tersebut
menular melalui tanah (soil borne patogen) atau melalui peralatan pertanian.
Sedangkan suhu tinggi dan kelembaban tinggi sangat menguntungkan bagi
bakteri. Suhu optimum bagi perkembangan bakteri 27 – 37 ˚C dan suhu yang
menghambat pertumbuhannya 8 – 10 ˚C.
Pengendalian penyakit ini meliputi pemakaian
umbi yang sehat, melakukan rotasi dengan tanaman bukan tanaman inang minimal 4
tahun, mengeringkan tanah pada musim kemarau, mengurangi pelukaan karena
mekanis maupun karena nematoda, penyemprotan tanaman dengan Agrimisin 15/1.5
WP, serta menerapkan tindakan eradikasi dan sanitasi.
4.
Penyakit Layu Fusarium
Penyebab layu ini disebabkan oleh
jamur Fusarium solani (Mart) Sacc, yaitu jamur yang dapat bertahan di
dalam tanah sebagai saprob atau dalam bentuk klamidospora. Dalam bentuk
klasmidospora patogen dapat bertahan paling tidak selama 5 tahun di dalam tanah
bera (Booth & Waterston). Jamur ini menghasilkan mikrokonidia bening,
silindris, berukuran 9 - 16 x 2 – 4 mikron. Makrokonidia berbentuk
silindris atau seperti perahu bersekat-sekat dan berukuran 40 – 100 x 5 – 7,5
mikron.
Menurut Hodsgon, dkk., (1974), penyebab penyakit
ini bertahan dalam tanah atau umbi yang terinfeksi di gudang. Bila
umbi yang terinfeksi ditanam, jamur akanmenginfeksi akar dan
menjalar melalui tanaman ke umbi. Penyakit ini pada umumnya timbul di daerah
yang beriklim kering seperti di Jawa Timur. Serangan penyakit ini sering
bersama-sama dengan penyakit kanker batang (Suhardi dkk., 1976).
Gejala penyakit tersebut diawali
dengan pertumbuhan tanaman yang tampak tidak normal, daun-daun
berwarna hijau suram. Dimulai dari daun-daun bawah kelayuan berkembang ke
atas. Daun-daun yang layu kemudian menguning dan akhirnya
mengering. Daun-daun pucuk tetap hijau. Bila batang kentang disayat,
tampak kayunya berwarna coklat. Kadang-kadang pencoklatan juga
dijumpai pada pembuluh tangkai daun. Pada tanah yang basah dan dingin,
bagian batang di bawah permukaan tanah dapat menjadi busuk, tanaman layu dan
mati (Hodgson dkk., 1974). Umbi-umbi yang terserang melekuk pada ujung
stolon dan terjadi pencoklatan pembuluh sampai ke kedalaman yang beragam.
Bila mencapai mata umbi, maka tidak akan membentuk tunas (French, 1972).
Pengendalian penyakit layu fusarium
dilakukan sejak awal yaitu, sanitasi lahan dan menanam bibit yang sehat.
Ketika panen jangan sampai umbi terluka dan sebelum disimpan umbi direndam
dengan fungisida dulu (umbi untuk benih atau bibit). Ketika panen, umbi
betul-betul berasal dari tanaman yang jaringannya sudah mati. Kemudian,
umbi jangan disimpan dalam gudang yang lembab. Sistem pertukaran udara
atau ventilasi gudang harus baik. Jangan sering menggeser-geser umbi
digudang sampai umbi siap tanam.
Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah :
a.
Melakukan pergiliran tanaman yang bukan tanaman terung-terungan.
b.
Gudang penyimpanan harus dibersihkan dari hama penyakit sebelum
digunakan.
c.
Bila diperlukan bisa gunakan pestisida yang dianjurkan.
2.11.Panen.
2.11.1 Ciri dan Umur Panen.
Umur panen pada tanaman kentang berkisar antara
90-180 hari, tergantung varietas tanaman. Pada varietas kentang genjah, umur
panennya 90-120 hari; varietas medium 120-150 hari; dan varietas dalam 150-180
hari.
Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen
apabila daunnya telah berwarna kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan
penyakit; batang tanaman telah berwarna kekuningan dan agak mengering. Selain
itu tanaman yang siap panen kulit umbi akan lekat sekali dengan daging umbi,
kulit tidak cepat mengelupas bila digosok dengan jari.
2.11.2. Cara
Panen.
Waktu memanen sangat dianjurkan dilakukan pada
waktu sore hari/pagi hari dan dilakukan pada saat hari cerah. Cara memanen yang
baik adalah sebagai berikut: cangkul tanah disekitar umbi kemudian angkat umbi
dengan hati hati dengan menggunakan garpu tanah. Setelah itu kumpulkan umbi
ditempat yang teduh. Hindari kerusakan mekanis waktu panen.
2.12.Pasca panen.
a. Penyortiran
dan Penggolongan.
Umbi yang baik dan sehat dipisahkan dengan umbi
yang cacat dan terkena penyakit. Kegiatan ini akan mencegah penularan penyakit
kepada umbi yang sehat. Kentang di sortir berdasarkan ukuran umbi (tergantung
varitas).
b. Penyimpanan.
Simpan umbi kentang dalam rak-rak yang tersusun
rapi, sebaiknya ruangan tempat penyimpanan dibersihkan dan disterilisasi dahulu
agar terbebas dari bakteri. Simpan di tempat yang tertutup dan berventilasi.
c. Pengemasan
dan Pengangkutan.
Alat pengemas harus bersih dan terbuat dari
bahan yang ringan. Pengemas harus berventilasi dan di bagian dasar dan tepi
diberi bahan yang mengurangi benturan selama pengangkutan.
d. Pembersihan.
Petani konvensional hampir tidak pernah
membersihkan umbi. Untuk memasarkan kentang di pasar swalayan/ke luar negeri,
kentang harus dibersihkan terlebih dulu. Bersihkan umbi dari segala kotoran
yang menempel dengan lap. Lakukan perlahan-lahan jangan sampai menimbulkan
lecet-lecet. Selain itu umbi dapat dibersihkan dengan cara dicuci di air
mengalir yang tidak terlalu deras kemudian dikeringanginkan. Umbi yang bersih
akan memperpanjang keawetan umbi selain itu juga akan menarik konsumen.
2.13. Standar
Produksi.
2.13.1. Klasifikasi dan Standar Mutu.
Menurut ukuran berat, kentang segar digolongkan
dalam.
a. Kecil:
50 gram kebawah.
b. Sedang:
51-100 gram.
c. Besar:
101-300 gram.
d. Sangat
besar: 301 gram ke atas.
Menurut jenis mutunya kentang segar digolongkan
dalam 2 jenis mutu, yaitu mutu I dan mutu II:
a. Keseragaman
warna dan bentuk: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
b. Keseragaman
ukuran: mutu I=seragam; mutu II=seragam.
c. Kerataan
permukaan kentang: mutu I=rata; mutu II=tidak disyaratkan.
d. Kadar
kotor (bobot/bobot): mutu I=maksimum 2,5%; mutu II=maksimum 2,5%.
e. Kentang
cacat (bobot/bobot): mutu I=maksimum 5%; mutu II=maksimum 10%.
f. Ketuaan
kentang: mutu I=tua; mutu II=cukup tua.
Untuk mendapatkan hasil kentang yang sesuai
dengan standar maka dilakukan pengujian yang meliputi:
a. Penentuan
keseragaman ukuran kentang.
Timbang seluruh cuplikan, kemudian timbang tiap
butir dalam cuplikan. Pisahkan butir-butir yang beratnya diatas/dibawah ukuran
berat yang telah ditentukan dan timbanglah semuanya. Bila presentase berat
butir yang diatas/dibawah ukuran berat masing-masing sama/kurang dari 5% maka
contoh dianggap seragam.
b. Penentuan
kerataan permukaan kentang.
Timbang seluruh cuplikan dan ukur benjolan yang
terdapat pada tiap butir dalam cuplikan. Pisahkan butir-butir cuplikan yang mempunyai
benjolan lebih dari 1 cm sama/kurang dari 10% jumlah cuplikan maka cuplikan
dianggap mempunyai permukaan rata.
c. Penentuan
kadar kotoran.
Timbanglah sampai mendekati 0,1 gram sebanyak
lebih kurang 500 gram cuplikan dalam wadah yang telah ditera sebelumnya dan
tuanglah kedalalam sebuah bak kayu yang disediakan khusus untuk itu. Pilihlah
kotoran-kotoran dan timbanglah berat masing-masing.
d. Penentuan
cacat pada kentang segar.
Timbang seluruh cuplikan dan tentukan
butir-butir kentang yang cacat. Pisahkan butir-butir yang cacat dan timbanglah
semuanya. Bila presentase berat butir-butir yang cacat sama/kurang dari 50%,
maka cuplikan dianggap Mutu I dan bila sama/kurang dari 10% maka cuplikan
dianggap Mutu II.
e. Penentuan
ketuaan pada kentang segar
Timbanglah seluruh cuplikan dan tentukan butir
contoh yang tua/cukup tua. Pisahkan butir yang tua/cukup tua dan timbanglah
semuanya. Bila presentase berat butir contoh yang kulitnya mengelupas beratnya
lebih dari ¼ bagian permukaannya sama/kurang dari 5%, maka cuplikan dianggap
tua dan bila sama/kurang dari 10%, maka cuplikan dianggap cukup tua.
2.13.2. Pengemasan
Kentang disajikan dalam bentuk utuh dan segar.
Dikemas dengan keranjang/bahan lain dengan berat netto maksimum 80 kg dan ditutup
dengan anyaman bambu kemudian diikat dengan tali rotan/bahan lain. Isi kemasan
tidak melebihi permukaan.
Di dalam keranjang atau kemasan diberi label
yang bertuliskan :
a. Nama
barang.
b. Jenis
mutu.
c. Nama/kode
perusahaan/eksportir.
d. Berat
netto.
e. Produksi
Indonesia.
f. Negara/tempat
tujuan.
III. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapat dalam pembuatan
makalah ini adalah :
1. Teknis
budidaya tanaman kentang adalah meninjau syarat pertumbuhan tanaman kentang
dari aspek letak strategis, keadaan topografi tanah, dan keadaan suhu dan
kelembaban, keadaan curah hujan, keadaan angin, faktor sinar matahari.
2. Proses
persiapan lahan yaitu mencangkul tanah, menggemburkan tanah, membuat bedengan,
membuat saluran air dan meratakan tanah.
3. Dengan
lahan seluas satu hektar diperlukan bibit kentang sebanyak 1200-1500 kg
yang berat tiap umbinya antara 30-40 gram.
Setelah lebih kurang 10-12 hari kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas tanah.
Setelah lebih kurang 10-12 hari kemudian, maka bibit kentang mulai tumbuh rata di atas tanah.
4. Cara
pemberian pupuk buatan adalah diatas pupuk kandang atau diantara umbi bibit
dengan jarak 5cm – 7cm di sebelah kanan dan kiri umbi kentang. Jumlah pupuk
buatan untuk tanaman kentang bervariasi, tergantung pada varietas kentang,
jenis tanah, kesuburan tanah, lokasi, dan musim.
5. Penyiraman
kentang harus diperhatikan, terutama bila tidak turun hujan. Apalagi pada musim
kemarau.
6. Proses
pendangiran dan penyiangan dilakukan agar pertumbuhan tanaman kentang menjadi
lebih baik.
7. Pembumbunan
yang dilakukan tidak boleh terlalu tinggi karena bisa mengganggu pernapasan
tanaman kentang di dalam tanah.
8. Biasanya
pada umur 25 – 30 hari, tanaman kentang mulai mengeluarkan bunga. Oleh karena
itu, bunga sebaiknya dipangkas sebelum mekar.
9. Dalam ilmu
botani, varietas kentang dicirikan dengan bentuk tanaman, pertumbuhan, daun,
bunga, buah, biji, dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang
sama.
10. Umur panen pada tanaman kentang
berkisar antara 90-180 hari, tergantung varietas tanaman.
11. Proses pasca panen terdiri dari
penyortiran dan penggolongan, penyimpanan, pengemasan dan pengangkutan serta
pembersihan.
Komentar
Posting Komentar