Budidaya Nanas
BUDIDAYA NANAS
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki wilayah dataran
tinggi dan rendah sehingga dapat menghasilkan berbagai jenis buah tropika.
Dengan kondisi iklim demikian, buah nanas merupakan salah satu jenis buah
tropika yang dapat dikembangkan dengan baik di Indonesia.
Nanas (Ananas comosus L. Merr.) adalah salah satu komoditas buah
unggulan di Indonesia. Hal ini mengacu pada besarnya produksi nanas yang
menempati posisi ketiga setelah pisang dan mangga. Nanas mempunyai potensi
untuk dikembangkan sebagai komoditi ekspor. Buah ini disukai karena memiliki
cita rasa yang khas baik untuk dimakan segar sebagai pencuci mulut maupun
olahan.
Nanas
juga merupakan buah yang serbaguna dari buah hingga daunnya dapat dimanfaatkan.
Buahnya dapat dikonsumsi dalam bentuk segar, dapat dipakai sebagai bahan
pengepuk daging, sebagai pembersih barang logam, sedangkan daunnya dapat
dijadikan benang, kain, jaring dan tali. Limbah buahnya dapat dijadikan makanan
seperti nata depina dan dapat dijadikan pakan ternak dan kompos. Buah nanas
terutama dapat diolah menjadi berbagai macam produk, antara lain: selai/jam,
manisan buah, saos, keripik, dodol, sirup dan jelly.
Saat ini, olahan buah nanas masih belum
optimal karena kurangnya bahan baku sehingga diperlukannya peningkatan produksi
buah nanas. Bukan hanya karena rendahnya produksi, tetapi tidak tercapainya
standar mutu/kualitas nanas juga sangat mempengaruhi. Untuk memperoleh buah
nanas yang berkualitas baik terutama dalam rasa dapat dilakukan dengan
pembungaan tunas mahkota. Hal ini juga dapat mempercepat pembungaan pada buah
nanas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
saja botani tanaman nanas?
2. Apa
saja syarat tumbuh tanaman nanas?
3. Bagaimana
cara merangsang pembungaan pada tanaman nanas?
4. Kapan
waktu yang tepat untuk merangsang pembungaan pada tanaman nanas?
5. Bagaimana
cara membuang tunas tanaman nanas?
6. Kapan
waktu yang tepat untuk membuang tunas tanaman nanas?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
botani tanaman nanas.
2. Mengetahui
syarat tumbuh tanaman nanas.
3. Mengetahui
cara dan waktu untuk merangsang pembungaan ada tanaman nanas.
4. Mengetahui
cara dan waktu untuk membuang tunas tanaman nanas.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Botani
Tanaman Nanas
2.1.1. Klasifikasi
Tanaman Nanas
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Kelas :
Angiospermae
Ordo :
Farinosae (Bromeliales)
Famili :
Bromiliaceae
Genus :
Ananas
Spesies :
Ananas comosus (L.) Merr.
Kerabat dekat
spesies nanas cukup banyak, terutama nanas liar yang biasa dijadikan tanaman
hias, misalnya A. braceteatus (Lindl)
Schultes, A. fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith dan A. ananassoides (Bak) L.B. Smith.
2.1.2. Morfologi
Tanaman Nanas
Tanaman nanas
berbentuk semak dan termasuk golongan perennial
(tahunan). Susunan tubuh terdiri dari bagian utama yang meliputi: akar,
batang, daun, bunga dan buah.
1.
Akar
Sistem perakaran
tanaman nanas sebagian tumbuh di dalam tanah dan sebagian lagi menyebar di
permukaan tanah. Dengan demikian akar nanas dapat dibedakan menjadi akar tanah
dan akar samping, dengan sistem perakaran yang dangkal dan terbatas. Kedalaman
perakaran pada media tumbuh yang baik tidak lebih dari 50 cm, sedangkan di
tanah jarang mencapai kedalaman 30 cm. Akar-akar melekat pada pangkal batang
dan termasuk berakar serabut (monokotiledon).
Akar tumbuh dari
buku batang, kemudian masuk ke dalam ruang antara batang dengan daun. Bentuk
akar menjadi lebih pipih dan melingkar (membelit batang) karena akar dalam
keadaan terjepit. Akar-akar cabang tumbuh setelah akar adventif dapat keluar
dari ruangan antara batang dan daun.
2.
Batang
Batang pendek dan tertutup oleh
daun-daun dan akarnya. Batang
berbentuk gada panjang berkisar antara 20-30 cm, diameter batang bagian bawah
berkisar antara 2-3,5 cm, di bagian atas antara 5,5- 6,5 cm, dan bagian
puncak mengecil. Batang
beruas-ruas pendek yang terlihat bila daun-daun dilepas. Panjang ruas
bervariasi antara 1-10 mm, ruas yang lebih panjang terletak di
bagian tengah.
3.
Daun
Daun nanas tidak bertangkai, liat
dan tidak mempunyai daun
utama.
Bentuk daun seperti talang dan memanjang seperti pedang. Ujung daun memanjang
dan runcing sehingga dapat menyalurkan air embun dan gerimis lalu
menampung di pangkal daun.
Daun tumbuh memanjang sekitar
130-150 cm, lebar antara 3-5 cm atau
lebih,
pinggir daun ada yang berduri dan ada tanpa duri, permukaan daun sebelah atas halus mengkilap
berwarna hijau tua atau merah tua bergaris atau cokelat kemerah-merahan.
Sedangkan permukaan daun bagian bawah berwarna keputih-putihan atau
keperak-perakan. Jumlah
daun tiap batang (tanaman) bervariasi antara 70-80 helai yang letaknya seperti
spiral, yakni mengelilingi batang mulai dari bawah ke atas arah kanan dan kiri.
4.
Bunga
Nanas mempunyai rangkaian bunga
majemuk pada ujung batangnya. Bunga nanas tersusun dalam tangkai yang berukuran
relative panjang antara 7-15 cm atau lebih.
Bunga bersifat hermaprodit berjumlah 100-200, masing-masing berkedudukan di ketiak
daun pelindung yang melekat saling
berhimpitan (berdempetan). Bunga membuka setiap hari,
berjumlah sekitar 5-10 kuntum. Pertumbuhan bunga dinilai dari
bagian dasar menuju bagian atas memakan waktu 10-20 hari. Waktu dari tanam
sampai berbentuk bunga sekitar 6-16 bulan. Sifat pembungaan nanas
termasuk menyerbuk silang. Tanpa
melalui
penyerbukan silang, buah nanas tidak menghasilkan biji (partenocarpi).
5.
Buah
Buah nanas merupakan buah majemuk
yang terbentuk dari gabungan
100-200 bunga. Buah majemuk umumnya membentuk sebuah “gada” besar
bulat panjang atau bulat telur. Bekas putik buah menjadi “mata” buah
nanas seperti yang dikenal selama ini. Ukuran, bentuk, rasa dan warna buah sangat beragam tergantung varietasnya. Buah
dapat dipanen sekitar 5-6 bulan setelah berbunga.
2.1.3. Jenis-Jenis
Tanaman nanas
Berdasarkan
habitus tanaman, terutama bentuk daun dan buah dikenal 4 jenis golongan nanas,
yaitu: Cayenne (daun halus, tidak berduri, buah besar), Queen (daun pendek
berduri tajam, buah lonjong mirip kerucut), Spanyol/Spanish (daun panjang
kecil, berduri halus sampai kasar, buah bulat dengan mata datar) dan Abacaxi
(daun panjang berduri kasar, buah silindris atau seperti piramida). Varietas
ataupun kultivar nanas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayenne
dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerto Rico,
Meksiko dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazil. Dewasa ini
ragam varietas/kultivar nanas yang dikategorikan unggul adalah nanas Bogor,
Subang dan Palembang.
2.1.4. Perilaku
Tumbuh Tanaman nanas
1.
Arsitektur Tajuk
Tanaman Nanas
Tajuk tanaman
nanas terbentuk dari daun-daun yang panjang dan tipis yang tersusun secara
spiral pada batang yang pendek dan membentuk sebuah roset. Terbentuk dari 70-80
daun dan terdapat kuncup di dalam aksil dari masing-masingnya ada beberapa
kuncup yang tumbuh menjadi tunas atau pucuk, selainnya dorman.
Bentuk tajuk
bervariasi dan tergantung dari posisi batang dan usia. Hal ini penting untuk
petani, begitu pula para peneliti, untuk mengetahui perbedaan bentuk tajuk.
Daun-daun yang membentuk tajuk ini dapat dibedakan sebagai berikut (Py dan
Tisseau, 1965):
a.
Daun luar, telah
berkembang secara sempurna ketika tunas ditanam; mempunyai ‘leher’, zona
pertumbuhan terbatas, dekat dengan pangkal dan menempati posisi horizontal
secara praktis.
b.
Daun yang sedang
berkembang; lehernya terletak lebih tinggi dan diatasnya kita bisa lihat
beberapa duri (ini, terkadang, terjadi setelah penghentian setiap pertumbuhan).
c.
Daun tertua
berkembang setelah tanam; tidak ada leher yang dapat diamati.
d.
Daun muda, namun
sudah berkembang secara penuh, berada pada sudut sekitar 45o; daun
ini umumnya diambil untuk analisis dan pengukuran. Beratnya (yang dapat mencapai
100 g) lebih mempengaruhi hasil.
e.
Daun yang dalam
perkembangan penuh, belum cukup hijau.
f.
Daun yang berada
di dalam roset; kecil dan berwarna terang.
2.
Aktivitas
Fotosintesis
Tanaman nanas
termasuk dalam golongan tanaman fotosintesis CAM (Crassulacean Acid Metabolism). Tanaman yang termasuk golongan ini
lebih adaptif di daerah kering dan panas. Tanaman ini mengambil CO2
pada malam hari dan menggunakannya untuk fotosintesis pada siang harinya. Meski
tidak mengeluarkan oksigen di malam hari, namun dengan memakan CO2
yang beredar di lingkungan sekitarnya, tanaman ini sudah membantu membersihkan
udara, jadi cocok untuk ditaruh di tempat tidur.
Tanaman pada
kelompok CAM ini penambatan CO2 seperti pada tanaman C4, tetapi
dilakukan pada malam hari dan dibentuklah senyawa dengan gugud 4-C. Pada siang
hari berikutnya, pada saat stomata dalam keadaan tertutup terjadi
dekarboksilase senyawa C4 tersebut dan penambatan kembali CO2
melalui kegiatan RUDP karboksilase. Jadi tanaman CAM mempunyai beberarapa
persamaan dengan kelompok C4 yaitu adanya dua tingkat sistem penambatan CO2.
3.
Fruiting Habit
Waktu antara
penanaman dan pembentukan bunga bervariasi antara 6 dan 16 bulan, dan
tergantung pada kultivar, ukuran propagul, waktu penanaman, iklim dan tanah.
Bunga, yang berjumlah 100 hingga 200, adalah hermaprodit dan mengeluarkan
nektar. 5-10 bunga membuka setiap hari, dari pangkal ke atas, selama 10-20
hari. Serbuk sari dan bakal biji keduanya fungsional, namun tidak bisa
menghasilkan biji kecuali dengan penyerbukan silang. Burung kolibri merupakan
agen penyerbukan yang utama dan oleh karena itu importasi mereka ke Hawaii
dilarang. Lebah mendatangi bunga, namun tidak dapat melakukan penyerbukan. Buah
yang ketegangannya kompatibel dapat berisi hingga 3000 biji yang keras (Pickergill,
1976).
Senyawa buah
dibentuk dari gabungan antara buah-buah kecil (yang belum matang) yang bersifat
partenokarpi dengan daun pelindung dan poros tengah dari pembungaan; proses ini
membutuhkan waktu 5-6 bulan untuk menjadi matang. Pada bagian atas buah
terdapat mahkota daun, yang terus tumbuh sampai buah matang dan bisa digunakan
untuk propagasi (perbanyakan). Demikian juga bagian-bagian yang ada di bawah
buah (slips) dapat digunakan untuk
perbanyakan. Beberapa bagian-bagian (slips)
tersebut adalah mahkota yang sebenarnya dari buah-buah kecil, yang terkadang
terlihat. Sebuah slip dapat dikenali
dari liukan atau lengkungan pada bagian bawah.
2.2 Syarat
Tumbuh Tanaman Nanas
1.
Iklim
Daerah penyebaran nanas di dunia ialah antara 300 LU dan 300 LS
khatulistiwa. Tanaman nanas memerlukan beberapa persyarataniklim yang harus
dipenuhi agar dapat tumbuh baik. Faktor iklim ini mencakup curah hujan,
ketinggian, kelembapan, suhu, dan cahaya matahari (Lisdiana dan Soemadi, 1997).
Daerah-daerah dengan curah hujan tahunan antara 600-2540 mm
merupakan daerah yang cocok untuk ditanami nanas. Curah hujan optimum untuk pertumbuhan
nanas sekitar 1000-1500 mm/tahun. Pada daerah kering nanas masih dapat tumbuh
karena struktur dan bentuk daunnya yang dapat mengurangi kehilangan air embun
dan gerimis kearah pangkal daun. Selain itu terdapatnya trikoma serta lapisan
hipodermis dapat mengurangi kehilangan air melalui stomata. Walaupun demikian
daerah kering tanahnya tidak boleh lebih dari 150 cm dibawah permukaan tanah
(lisdiana dan Soemadi, 1997).
Daerah dengan curah hujan tinggi memiliki kelembapan udara dan
keawanan tinggi, demikian pula halnya dengan kelembapan tanah. Kelembapan tanah
yang berlebihan pada awal pembungaan dapat menghemat pertumbuhan buah dan
menghasilkan daun yang berlebihan. Sedangkan kelembapan yang berlebihan pada
saat pembungaan akan menurunkan mutu dan menghasilkan buah berempulur besar
(Lisdiana dan Soemadi, 1997).
Nanas tumbuh pada daerah dataran rendah dengan ketinggian
100-200 meter diatas permukaan laut. Di daerah dataran tinggi tanaman ini masih
dapat tumbuh sampai ketinggian 1200 m dpl. Nanas yang ditanam di daerah dataran
tinggi baik pertumbuhannya dan rasa buahnya menjadi asam (lisdiana dan Soemadi,
1997).
Tananam nanas dapat tumbuh pada kisaran suhu antara 23-320 C,
dengan suhu optimum antara 29-320 C. Tanaman yang tumbuh pada suhu yang lebih
rendah memiliki daun yang lebih kecil dan berwarna hijau pucat laju pertumbuhan
menjadi lambat (Lisdiana dan Soemadi, 1997). Faktor lain dari iklim yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman nanas adalah cahaya matahari. Tanaman tumbuh baik
pada daerah yang memiliki intensitas cahaya matahari 50 % dapat menekan
pertumbuhamn tanaman dan pengurangan cahaya matahari sebanyak 20 %
mengakibatkan penurunan hasil sebesar 10 % (Lisdiana dan Soemadi, 1997).
2.
Tanah
Hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok
untuk tanaman nanas. Meskipun demikian, jenis tanah yang paling ideal untuk
berkebun nanas adalah tanah yang mengandung pasir, keadaanya subur, gembur,
banyak mengandung bahan organik. Hal yang penting diperhatikan dalam pemilihan
lahan adalah tanahnya tidak mudah becek (menggenang), aerasinya baik dan
kandungan kapurnya rendah. Tanah yang banyak mengandung kapur dapat menyebabkan
tanaman nenas tumbuh kerdil dan klorosis. Sebaliknya tanah yang masam (pH 4,5
atau lebih rendah) sering terjadi penurunan unsur fospfor, kalium, belerang,
kalsium, magnesium dan molibdenum dengan cepat
(Rukmana, 1996).
Tanaman yang paling cocok untuk tanaman nanas adalah tanah
dengan drainase yang baik serta mengandung humus. Hal ini karena nenas memiliki
perakaran yang sedikit, dangkal dan peka terhadap penggenangan. Penggenangan
dapat menghambat pertukaran akibat laju transpirasi nanas rendah (Lisdiana dan
Soemadi, 1997). Tanah tersebut adalah tanah yang banyak mengandung pasir dan
cukup bahan organik. Tanaman ini tumbuh baik pada tanah berpasir di Australia,
tanah pasir kwarsa di Africa Selatan, tanah liat kemerahan di Hawai, dan tanah
gambut di Malaysia. Di Indonesia, nanas banyak diusahakan ditanah liat berpasir
dikaki gunung salak, Bogor. Di Sumatera Selatan nenas ditanam pada jenis tanah
liat kemerahan dan tanah gambut (Lisdiana dan Soemadi, 1997).
Pada lahan kurang subur nanas juga dapat tumbuh baik asalkan kebutuhan
zat haranya dapat dipenuhi dari pupuk buatan. Tanah berpasir yang bahan
organiknya tinggi merupakan media yang paling disenangi. Pada tanah yang datar
dan agak liat, diperlukan adanya saluran pembuangan air yang baik dan lancar.
Meskipun senang pada lahan basah, tanaman nanas tidak tahan terhadap air yang
tergenang dan air yang berlebihan. Dengan demikian sebaiknya penanaman dilakukan
pada tanah yang agak miring.
Pada lahan yang memenuhi persyaratan untuk pertumbuhannya,
tanaman nenas akan berkembang dengan baik. Kondisi ini dapat dilihat dari
keadaan fisik daun yang tampak segar dan berwarna hijau serta perumbuhan buah
nanas yang sempurna. Terjadinya perubahan warna daun akan menjadi pertanda
bahwa ada suatu hal yang merintangi atau menghambat hidupnya (Handoko, 1992).
2.3 Merangsang Pembungaan Tanaman Nanas
Tanaman nanas yang mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang
sehat akan memiliki daun sempurna melebihi 35 helai pada umur sekitar 12 bulan
setelah tanam. Pada masa ini tanaman telah siap untuk memasuki tahap generatif.
Dalam kondisi alami rampak bunga atau saat keluarnya bunga nanas biasanya tidak
seraga. Oleh karena itu dilakukan kegiatan merangsang pembungaan nanas supaya
bunga keluar serempak.
Kegiatan merangsang pembungaan tanaman nanas
biasa dilakukan dengan pemberian kalsium karbit atau yang lebih dikenal dengan
karbit saja. selain itu dapat juga digunakan hormon etilen. Pengkarbitan
sebaiknya tidak dilakukan pada siang hari atau dibawah terik matahari karena
tidak efektif. Tindakan pemberian karbit memerlukan bantuan air atau embun yang
terdapat pada tanaman sehingga dapat bereaksi mengeluarkan gas etilen yang
dapat merangsang pembungaan nanas. Waktu yang tepat untuk melakukan
pengkarbitan yaitu tengah malam atau pagi hari sebelum matahari terbit dimana
embun masih terdapat di tanaman.
Ada dua cara pengkarbitan yang umum dilakukan yaitu dengan biji
atau bubuk karbit serta dengan larutan karbit.
1.
Penggunaan biji atau bubuk karbit
Batu karbit dihancurkan sehingga membentuk butiran-butiran kecil
seberat kira-kira 1-2 mg. Sekitar 0,5 g karbit lalu dimasukkan kebagian tengah
(hati) tanaman neneas yang berembun. Selain tidak dianjurkan penggunaannya saat
siang hari atau saat matahari terik, aplikasi biji karbit juga tidak dianjurkan
apabila kondisi cuaca pada malam hari berangin, sehingga sulit untuk
menempatkan biji karbit tepat pada bagian hati nenas.
2.
Penggunaan larutan karbit
Biji atau bubuk karbit dilarutkan dengan air sehingga membentuk
larutan. Konsentrasi larutan karbit yang digunakan 0,5 sampai 1 %. Pembuatan
larutan jangan dengan cara diaduk. Biarkan karbit larut dengan sendirinya dalam
air. Larutan sebaiknya dibuat pada wadah yang terbuat dari plastik atau kayu
supaya penguapan gas etilen diperlambat larutan ini siap digunakan apabila
gelembung udara yang terbentuk hampir habis. Larutan yang sudah siap harus
secepatnya digunakan. Bagian hati setiap tanaman disirami dengan 50 cc larutan
karbit. Untuk mempermudah dan mempercepat pemberiaan larutan bisa digunakan
cerek plastik. Pada nanas bali pemberiaan 50 cc larutan karbit dengan
konsentrasi 0,6 sampai 0,8 % pertanaman menghasilkan rampak bunga (lebih dari
88% tanaman sudah berbunga) 7 minggu setelah aplikasi.
Penggunaan hormon tumbuhan ethrel juga dapat merangsang pembuangan
tanaman nanas. Pada nanas bali penggunaan 50 cc larutan ethrel dengan
konsentrasi 600 sampai 1000 ppm (part per million) menghasilkan rampak bunga
yang lebih cepat dibanding aplikasi dengan larutan karbit, yaitu sekitar 5
minggu setelah aplikasi. Namun demikian, buah yang dihasilkan relatif lebih
kecil dibandingkan dengan aplikasi larutan karbit.
2.4 Pembuangan
Tunas Tanaman Nanas
Didaerah tropis, nenas dapat menyebar dengan cepat karena
toleransinya terhadap kekeringan
sangat tinggi. Walaupun sudah berminggu-minggu dalam perjalanan tetapi tunas (carang) dan mahkotanya
masih dapt digunakan sebagai bahan bibit (Ochse, et al, 1970). Pada tanaman
nanas dikenal tiga macam tunas yaitu : tangkai bunga (slip), tunas yang muncul
dari ketiak daun dibatang (shoot), dan tunas tersebut dapat digunakan untuk
perbanyakan tanaman atau bila di tanam, slip atau shoot yang telah dewasa tidak
akan bertambah panjang dan yang bertambah panjang adalah daun yang masih muda (Soediyanto,
1977).
Tanaman nanas yang berasal dari tunas batang akan berbuah setelah
berumur 2 tahun, nanas pada umumnya akan berbuah baik sekali setelah umurnya
mencapainya 5 tahun (Daryanto, 1992). Untuk meningkatkan produksi nanas maka
tunas mahkota yang tidak terpakai untuk bibit lebih baik dibuang. Pembuangan
mahkota ini dapat mempercepat pertumbuhan dan pembentukan buah.
Waktu pembuangan tunas berbeda untuk setiap tujuan produksi. Buah nanas yang digunakan untuk pengalengan
dilakukan pembuangan tunas pada hari ke-10 setelah bunga rontok. Sedangkan
untuk menghasilkan buah meja yang berkualitas baik, waktu pembuangan tunas
mahkotanya dilakukan 30 - 40 hari setelah bunga rontok (saat panjang mahkota setengah dari panjang
buah). Bagian tengah mahkota dicongkel dengan pisau atau bambu yang runcing dan
tajam. Alternatif lain dapat juga dengan cara mematahkan mahkotanya (Haryanto,
1996).
Bila tanaman menghasilkan tunas yang banyak sebaiknya dilakukan
pula perpanjangan tunas. Tinggalkan 3-5 tunas sehat saja pertanaman penjarangan
tunas ini hendaknya dilakukan pada cuaca cerah, tidak pada hari hujan, itu
dilakukan untuk menghindari pembusukan bagian yang terluka. Tindakan
penjarangan tunas, selain dapat mempercepat pertumbuhan juga dapat merangsang
terbentuknya tunas hisap. Tunas hisap ini sangat cocok digunakan sebagai
tanaman induk pada tanaman kedua (Haryanto dan Hendarto, 1996).
Setelah dipanen, tanaman mesti diperhatikan untuk menjamin
kelanjutan panen berikutnya. Untuk keperluan itu, tunas-tunas akar diambil
kecuali satu tunas akar yang terbaik damn terbesar. Tunas yang satu
ditinggalkan untuk menggantikan tanaman induk yang telah dipanen buahnya. Tunas
ini dirawat dan dipelihara seperti layaknya memelihara tanaman baru. Dengan
demikian tunas akan tumbuh dan dapat menghasilkan buah pada periode panen
berikutnya. Setelah dipanen kembali tanaman induk dibuangi tunas-tunas akarnya
dan menyisakan satu tunas yang terbaik. Hal seperti ini
dapat berlangsung hingga 4-5 tahun. Setelah melewati masa tersebut, tanaman
harus dibongkar dan diganti dengan bibit yang baru karena hasil tanaman lama
sudah tidakl baik lagi (Haryanto dan Hendarto, 1996)
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pembuangan tunas mahkota dapat mempercepat pertumbuhan dan
pembentukan buah. Waktu pembuangan tunas berbeda untuk setiap tujuan produksi,
untuk produksi buah kalengan, pembuangan tunas dilakukan pada hari ke-10
setelah bunga rontok sedangkan untuk menghasilkan buah meja yang berkualitas
pembuangan tunas dilakukan pada 30 - 40 hari setelah bunga rontok.
Merangsang pembungaan tanaman nanas dilakukan dengan
pemberian kalsium karbit dan hormon etilen.
3.2
Saran
Setelah melakukan pembuangan tunas mahkota sebaiknya pada
tanaman dibuat naungan sehingga tanaman tidak terkana sinar matahari langsung.
Jika buah nenas terkena sinar matahari langsung dapat mengakibatkan pelukan
buah.
DAFTAR PUSTAKA
Ashari, S. 1995.
Hortikultura Aspek dan Budidaya. UI Press, Jakarta.
Daryanto. 1992. Bercocok
Tanam Buah-buahan. Aneka Ilmu, Semarang
Handoko, S.B. 1992.
Prospek Pengembangan Nanas di Indonesia. Sinat Tani Jawa Barat.
Haryanto, E dan
Hendarto, B. 1996. Nanas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Lisdiana dan Soemadi, W.
1997. Budi Daya Nanas Pengolahan dan Pemasaran.
Aneka Ilmu, Semarang.
Ochse, et al. 1970.
Tropical and Sub Tropical Agricultura. Mc Millan Coy, New York.
Rukmana, R. 1995. Nenas
Budidaya dan Pasca Panen. Kanisius, Yogyakarta.
Soediyanto. 1997. Anggur
dan Nanas. Bumi Restu, Jakarta.
Hadiati,
S. 2004. Nenas Komersial Berdaun Tanpa
Duri. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26 (2): 13-14.
Hadiati,
S., I. Sukmayadi, Edison, Kartono dan H. Handayani. 2004. Seleksi dan Karakterisasi Nenas Rendah Oksalat. Laporan Hasil
Penelitian Balai Penelitian Tanaman Buah. Solok. Belum dipublikasi.
Hadiati,
S., S. Yuliati dan Jumjunidang. 2011. Evaluasi
pertumbuhan dan hasil beberapa kandidat varietas nenas rendah oksalat dan manis
tanpa duri. Jurnal Hortikultura 21 (4): 315-323, 2011. Diakses dari http://www.ejurnal.litbang.pertanian.go.id/index.php/
jhort/article/view/888/733 pada 9 Mei 2015.
Hartmann,
H. T., D. E. Kester, F. T. Davies dan R. L. Geneve. 1997. Plant Propagation: Principles and Practices, 6th ed. New
York: Prentice Hall.
Lakitan,
Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi
Tumbuhan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Maulidi,
dan Elly Mustamir. 2012. Upaya
peningkatan hasil tanaman nenas di lahan gambut. Jurnal Perkebunan dan
Lahan Tropika, Vol. 2, No. 2, Desember 2012. Diakses dari http://
jurnal.untan.ac.id/index.php/perkebunan/article/view/3505/3544 pada 9 Mei
2015.
Pusat
Kajian Buah Tropika. 2005. Pengembangan
Buah-Buahan Unggulan Indonesia Komoditas Nenas. Laporan Akhir Riset
Unggulan Strategis Nasional. Bogor.
Komentar
Posting Komentar