Mengenal tanaman teh
MENGENAL TANAMAN TEH
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Tanaman
perkebunan merupakan penghasil devisa dari sektor non migas yang penting bagi
Indonesia. Pada saat ini pengembangannya terus dilakukan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap komoditi minyak dan gas bumi. Menurut data Pusat
Statistik pada tahun 1994 76,0% penerimaan devisa negara berasal dari sektor
non migas. Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan ekspor non migas
adalah dengan mengembangkan industri yang berbasis pada bahan baku hasil
pertanian. Upaya untuk meningkatkan ekspor non migas ini sangat penting bagi
pemasukan devisa negara, selain itu juga untuk meningkatkan pendapatan
masyarakat dan memperluas kesempatan kerja.
Teh
merupakan salah satu sektor non migas yang dikembangkan di Indonesia, karena
teh merupakan komoditi hasil pertanian penghasil devisa terbesar kelima dari
subsektor perkebunan setelah karet,
kelapa, kopi dan cokelat. Teh tanpa merek atau generik adalah komoditi yang
paling banyak di ekspor oleh Indonesia. Pada tahun 1993, nilai ekspor komoditi
teh sebesar US$ 155 696 000. Disamping sebagai sumber devisa, teh merupakan
salah satu contoh komoditi perkebunan yang pengusahaanya dapat memenuhi dua
pasal Tri Dharma Perkebunan lainnya yaitu memelihara atau menambah lapangan
pekerjaan bagi warga negara Indonesia, dan memelihara kekayaan alam berupa
pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dan tanamannya.
Teh
atau yang mempunyai nama latin Camellia sinensis (L) merupakan jenis tanaman
yang tumbuh baik di dataran tinggi. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan dari
tanaman teh adalah bagian daunya. Senyawa utama yang dikandung daun teh adalah
katekin, yaitu suatu zat mirip tanin terkondensasi disebut juga polifenol
karena banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Teh mengandung
alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang
menyegarkan. Selain memiliki rasa yang menyegarkan, kandungan teh pun mempunyai
banyak manfaat bagi kesehatan. Manfaat teh antara lain adalah sebagai
antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan
tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam
darah, melancarkan sirkulasi darah.
Pengolahan
teh dikelompokkan menjadi empat, yaitu teh putih (white tea), teh hijau (green
tea), teh hitam (black tea/red tea), dan teh oolong. Proses
pengolahan dan analisa mutu merupakan hal penting untuk menentukan tingkat kualitas teh. Kualitas teh
dapat ditentukan dari daun teh yang dipetik, semakin muda daun teh maka mutu
yang dihasilkan akan semakin baik, begitu sebaliknya. Perbedaan umur daun teh
ini juga menentukan kandungan senyawa polifenol pada daun teh, yang akan
berpengaruh juga pada rasa, aroma, dan warna. Identifikasi dan pengendalian
mutu teh sebagai bahan utama suatu produk
merupakan syarat mutlak agar dihasilkan produk yang berkualitas baik.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1.
SEJARAH TEH
Tanaman teh merupakan tanaman
subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban manusia. Penanaman
botani tanaman ini memiliki sejarah sendiri.
Dalam buku Species Plantarum, menamakan tanaman ini sebagai Thea sinensis. Kemudian, selama
bertahun-tahun, diperkenalkan dua nama ilmiah oleh para ahli botani, yaitu Camellia thea di India dan Sri Lanka dan
Cohen Stuart dari Indonesia menggunakan nama Camellia theiufera. Tetapi sekarang terdapat ke-seragaman nama
ilmiah untuk tanaman ini yaitu Camellia
sinensis (L) yang di-perkenalkan oleh O. Kuntze (Eden, 1956). Tanaman teh
termasuk marga (genus) Camelia dari
famili Theaceae.
Menurut
Graham (1984), tanaman teh (Camellia
sinensis)diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Sub Kelas : Dialypetalae
Ordo : Clusiales
Familia : Theaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis
Tanaman
teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684. Untuk mengetahui daerah
asal dan penyebaran teh, serta perkembangan teh di Indonesia. Daerah asal dan penyebaran tanaman teh berasal dari
daerah subtropis yang terletak pada 25° — 35° Lintang Utara dan 95° — 105°
Bujur Timur, terutama terpusat pada kawasan antara 29° Lintang Utara dan 98°
Bujur Timur. Daerah ini berada pada wilayah miring berbentuk kipas, terletak di
antara pegunungan-pegunungan Naga, Manipuri, dan Lushai di sepanjang perbatasan
Assam-Burma di ujung barat, membentang melalui wilayah Cina sampai propinsi
Chekiang di ujung timur, dan kearah selatan melalui pegunungan-pegunungan di Birma (sekarang Myanmar), Thailand, terus ke Vietnam.
Orang
Cina sejak 2737 tahun sebelum Masehi telah menggunakan teh sebagai minuman,
tetapi di Jepang, teh barn pertama kali ditanam tahun 800 Masehi. Kebiasaan
menggunakan teh dalam upacara-upacara tradisional di kedua negara ini masih
dilaksanakan hingga saat ini. Pada abad ke-6 Masehi, orang-orang Cina telah
memperdagangkan teh dengan Turki, tetapi komoditi ini barn masuk ke Eropa pada
awal abad ke-17. Sejarah masuk dan menyebarnya komoditi teh berlangsung sebagai
berikut. Tahun 1610, pedagang-pedagang Belanda mengambil komoditi teh dari Cina
bagian selatan. Tahun 1660, orang Inggris, terutama penduduk kota London, mulai
mengenal minuman teh. Sejak orang Belanda membawa masuk teh ke Eropa, dengan
cepat penduduk benua ini menyukai minuman teh tersebut. Tahun 1773, penduduk
benua Amerika mulai pula mengenal teh. Kemudian dengan pesat komoditi ini
menjadi bahan perdagangan yang penting, terutama di wilayah Amerika bagian
utara.
Di
Afrika, penanaman teh dimulai tahun 1850 dan di Rusia, tahun 1913.
Tanaman teh secara komersial ditanam di beberapa negara yang beriklim panas dan lembap atau bermusim panas yang lembap, dengan musim dingin yang tidak terlalu dingin dan kering yang membentang mulai dari Georgia (bekas Uni Soviet) pada 43° Lintang Utara sampai ke Corrientes pada 27° Lintang Selatan di Argentina. Perkembangan teh di Indonesia sebelum Indonesia merdeka tanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn mengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda yang berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Camphuys, di Jakarta.
Tanaman teh secara komersial ditanam di beberapa negara yang beriklim panas dan lembap atau bermusim panas yang lembap, dengan musim dingin yang tidak terlalu dingin dan kering yang membentang mulai dari Georgia (bekas Uni Soviet) pada 43° Lintang Utara sampai ke Corrientes pada 27° Lintang Selatan di Argentina. Perkembangan teh di Indonesia sebelum Indonesia merdeka tanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn mengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda yang berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Camphuys, di Jakarta.
Tahun
1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanam di Kebun Raya Bogor,
dan pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut. Berhasilnya
penanaman dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung
(Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson,
seorang ahli teh. untuk membuka landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada
tahun 1828, di kedua daerah tersebut terdapat ± 180 hektar tanaman teh dengan
produksi sekitar 8.000 kg teh kering.
Tahun 1835, Indonesia untuk pertama kalinya mengekspor teh kering ke Amsterdam. Tahun 1866, semua perusahaan perkebunan yang semula dimiliki pemerintah dijual kepada perusahaan perkebunan swasta.
Tahun 1835, Indonesia untuk pertama kalinya mengekspor teh kering ke Amsterdam. Tahun 1866, semua perusahaan perkebunan yang semula dimiliki pemerintah dijual kepada perusahaan perkebunan swasta.
Tahun
1870 Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) mulai berlaku. Berdasarkan
undang-undang ini, pengusaha swasta dapat menyewa tanah negara yang cukup luas
untuk jangka waktu yang cukup panjang yaitu 75 tahun. Kesempatan ini mendorong
para pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya pada usaha perkebunan, termasuk
perkebunan teh. Tahun 1877, diperkenalkan jenis teh baru yaitu teh Assam dari
Sri Lanka (Ceylon) yang ditanam pertama kali oleh Kerkhoven di Kebun Gambung,
Jawa Barat. Dengan masuknya jenis teh ini, yang kemudian terbukti tumbuh dengan
baik, secara berangsur tanaman teh Cina diganti dengan teh Assam, dan sejak itu
pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910,
mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara. Demikian
pula di Jawa berdiri perkebunan-perkebunan teh, terutama di Jawa Barat yang
keadaan iklim dan tanahnya lebih cocok bagi tanaman teh.
Industri
teh di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan situasi
pasar dunia maupun keadaan di Indonesia sendiri. Pada tahun 1941. luas
perkebunan teh di Indonesia adalah sekitar 200.000 ha yang terdiri dari
perusahaan perkebunan besar seluas 125.000 ha dan perkebunan teh rakyat 75.000
ha, dengan jumlah total perkebunan sebanyak 299 buah. Pada masa pendudukan
Jepang (1942-1945), banyak areal kebun teh yang dikonversikan ke tanaman
pangan. Tidak sedikit pula kebun-kebun teh yang terlantar dan mengalami
kerusakan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. kebun-kebun teh yang
umumnya masih diusahakan oleh perusahaan milik Belanda, menghadapi berbagai
kendala dalam pengusahaannya.
Setelah
Indonesia merdeka. Pada tahun 1958, dilakukan pengambilalihan perkebunan teh
milik perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris oleh pemerintah Indonesia.
Selanjutnya, secara bertahap dilaksanakan usaha rehabilitasi terhadap
perkebunan teh yang telah menjadi milik negara tersebut. Selama Pembangunan
Lima Tahun, luas areal maupun produksi terus meningkat. Pada tahun 1976,
tercatat luas areal 97.725 ha dengan produksi 72.144 ton dan tahun 1984,
tercapai luas areal 115.879 ha dengan produksi 127.287 ton. Data tahun 1990
menunjukkan luas perkebunan teh di Indonesia sebesar 129.500 ha, yang terdiri
dari perkebunan milik negara (PT Perkebunan Negara) 49.800 ha, perkebunan besar
swasta 27.700 ha, dan perkebunan rakyat 52.000 ha.
Perkebunan-perkebunan
tersebut tersebar di pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu.
Sumatera Selatan. Kemudian dibuka pula perkebunan teh di Kalimantan dan
Sulawesi. Sebagai gambaran keadaan komoditi teh di Indonesia, luas areal,
produksi, dan ekspor teh Indonesia pada PelitaI—VI. Dalam perkembangannya
sebagai produsen teh, dewasa ini secara nasional perusahaan perkebunan teh di
Indonesia tergabung dalam Asosiasi Teh Indonesia, dan secara internasional,
Indonesia telah menjadi anggota berbagai organisasi teh internasional, seperti:
United States Tea Council (Amerika Serikat), United Kingdom Tea Council
(Inggris), Australian Tea Council (Australia), International Tea Promotion di
Geneva, dan Interna¬tional Tea Committee di Inggris.
Untuk
lebih memperkenalkan teh Indonesia kepada para konsumen, Indonesia telah
memanfaatkan kegiatan-kegiatan promosi di luar negeri dan berusaha mencari daerah
pasaran baru. Negara-negara Timur Tengah, terutama negara-negara kawasan Teluk
Persia dan Arab Saudi dewasa ini telah menjadi daerah pasaran baru bagi teh
Indonesia. Untuk menunjang tujuan jangka panjang, sebagai negara pengekspor
teh, Indonesia telah melaksanakan tindakan-tindakan perbaikan, baik dalam
pengelolaan budi daya, panen dan pascapanen, prosesing (diversifikasi hasil dan
peningkatan kualitas), sistem pemasaran, maupun usaha-usaha penelitian. Usaha
ini sangat menunjang perkembangan komoditi teh.
Iklim
untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000
mm/tahun. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh
adalah 13-25oC.Kelembaban kurang dari 70%. Untuk media tanamnya
jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan Latosol. Namun
teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol,
dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah,
berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar
antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia
dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl, da-taran
sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl. Per-bedaan
ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada
100 m dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Setyamidjadja, 2000).
2.2.
PRODUKSI
(BUDIDAYA) TEH
Syarat Tumbuh
1.
Iklim
-
Curah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000
mm/tahun.
-
Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh
tidak tahan kekeringan.
-
Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 oC.
-
Kelembaban udara kurang dari 70%.
2.
Media Tanam
-
Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol,
Regosol dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik
(Ultisol), Gley Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan
atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.
-
Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
-
Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia
dibagi menjadi 2 daerh yaitu: (1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran
sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl.
Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
3.
Ketinggian Tempat
Tanaman teh
di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah pertanaman ini umumnya
terletak pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan laut. Ada
kaitan erat antara tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu makin rendah
elevasi, suhu udara makin tinggi. Untuk mengatasi hal ini, pertanaman teh di
daerah rendah memerlukan bantuan pohon pelindung yang dapat mengurangi
intensitas sinar matahari, sehingga dapat sedikit menurunkan suhu.
Di
Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400 meter sampai
1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), sehingga daerah pertanaman teh dapat
dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian tempat yaitu:
Daerah dataran rendah : 400 sampai 800 m (dpl), dengan suhu
mencapai 23oC-24oC.
Daerah dataran sedang : 800 sampai 1200 m (dpl), dengan suhu
mencapai 21oC-22oC.
Daerah dataran tinggi : di atas 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai
18oC-19oC.
Perkebunan
teh yang terletak pada ketinggian di atas 1500 meter dpl, sering mengalami
kerusakan karena terjadinya embun beku (night frost) pada bulan
terkering di musim kemarau. Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan
perbedaan suhu, mempengaruhi sifat pertumbuhan perdu teh, karena perbedaan
sifat pertumbuhan tersebut, maka terdapat perbedaan mutu dari teh jadi. Teh
produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi
dataran rendah (Setyamidjaja, 2000).
Pembibitan
Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi
produksi, sebaiknya tanaman diperbanyak dengan stek daun.
a.
Persyaratan benih
Diambil dari kebun biji, berupa biji
jatuhan, tidak terserang kepik biji dan besar. Biji disimpan di dalam kaleng
yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38% dan segera disemaikan setelah
dipungut.
b.
Perkecambahan dalam badengan:
·
Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak papan 1
x 2 m.
·
Taburkan benih di atas hamparan pasir.
·
Hamparkan kembali pasir di atas benih.
·
Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat
tumpukan pasir-benih sebanyak 3 tumpuk.
·
Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.
·
Naungi bedengan dengan daun kering.
·
Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah
ditanamkan pada bedengan atau polibag.
c.
Penanaman bibit
-
Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus
gembur dan subur, jarak tanam kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah
dibenamkan, ditimbun tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih) dan
ditutupi dengan potongan daun guatemala, atau alang-alang. Bedengan dinaungi
dengan naungan individu.
-
Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan
cara penanaman yang sama. Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di
dalam bedengan yang dinaungi.
-
Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane
M-45 0,2% dan insektisida Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak
kekeringan, pemupukan 2-3 bulan setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15
cc/10 liter.
-
Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12
bulan, bibit di bedengan dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan
2-3 tahun (stump)
d.
Pembibitan Stek Daun
Stek ditanam
di dalam polibag berisi media tanah. Polibag ini disusun di dalam bedengan yang
terletak di dalam naungan pembibitan.
-
Bahan tanaman
a.
Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah
pangkas, mulai berkayu dan berwarna coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak
lurus (vertikal).
b.
Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk
(Multiplication plant, MP).
c.
Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke
arah luar dan memiliki 1 helai daun.
d.
Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres
diambil dari batas pangkal ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga
dari peko (pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif).
e.
Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25
gram/liter selama 1-2 menit.
-
Media stek
a.
Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5,
bebas nematoda dan sisa akar/tanaman.
b.
Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan
tanah atas (top soil) untuk mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm;
1/4-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) untuk mengisi bagian atas
polibag. Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.
c.
Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400
gram/m3 tanah. Dithane dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.
d.
Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan
dengan tawa sebanyak 1/2-1 kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.
e.
Pemupukan dasar Hanya diberikan pada tanah lapisan
atas: SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 500 gram/m3 tanah.
f.
Pengisian tanah ke polybag.
g.
Penanaman stek
h.
Pembuatan naungan pembibitan. Ukuran naungan
pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5 m dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan
terbuat dari bilik dan bagian atasnya ditutup jarang dengan wide. Pasang reng
bambu di bagian atas bangunan ini dan tutup dengan rerumputan sehingga cahaya
matahari yang masuk sekitar 25% pada 3-4 bulan pertama. Lebar bedengan
90-100 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan.
Rangka sungkup terbuat plastik dengan tinggi lengkungan 60-70 cm.
-
Pemeliharaan Pembibitan
a.
Pengaturan intensitas matahari
b.
0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.
c.
4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.
d.
6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.
e.
7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.
f.
> 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka.
g.
Penyiraman dilakukan bila perlu.
h.
Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan
dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20
gram/liter, 1-2 minggu sekali. Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup
segera bila ada serangan, menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis
0,1-0,2%. Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.
Pengolahan Media Tanam
Persiapan
·
Persiapan lahan
Lahan baru
merupakan konversi dari hutan, semak atau lahan pertanian lain, maka perlu
dilakukan survey dan pemetaan tanah yang datanya akan menunjang pembuatan peta
kebun dan perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.
-
Pembongkaran pohon dan tanggul. Pohon dibongkar sampai
akarnya dengan menggunakan takel berkekuatan 3-5 ton, atau dimatikan dulu
dengan arborisida sebelum dibongkar.
-
Pembersihan lahan (babad) di musim kemarau. Dilakukan
setelah pembongkaran selesai, sampah dibuang ke tempat yang tidak ditanami teh
dan jangan dibakar.
-
Pembersihan gulma (nyasap) di musim kemarau.
Tanah diolah dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan gulma.
-
Pengolahan tanah
a. Tanah
dicangkul sedalam 60 cm sampai gembur dan biarkan 2-3 minggu.
b. Olah kembali
sedalam 40 cm.
c. Lakukan
pengukuran dan pematokan sehingga terbentuk petakan 20 x 20 m.
-
Pembuatan jalan dengan lebar jalan kebun cukup 1 meter.
-
Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.
Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh
tanaman teh tua yang populasinya masih cukup banyak 30-50%.
a.
Pembongkaran pohon pelindung, pohon dibongkar bersama
akarnya.
b.
Pembongkaran tanaman teh tua. Untuk lahan yang landai
dapat dilakukan dengan pencabutan dengan tekel, tetapi jika kemiringan > 30%
perdu dimatikan dengan bahan kimia arborisida
c.
Sanitasi lahan. Untuk menghindari penyakit cendawan
akar yang berasal dari tanaman tua dilakukan penanaman rumput Guatemala selama
2 tahun atau Fumigasi dengan metil bromil sebanyak 0,25 kg/10 m2
lahan. Tutup lahan dengan lembaran plastik dan alirkan fumigan, biarkan 2
minggu. Lahan dikeringanginkan 2 minggu.
d.
Pengolahan tanah. Untuk lahan yang perdu tehnya
dicabut, lahan diolah dengan cara seperti 3.2.1., tetapi jika digunakan
arborisda untuk mematikan perdu, tanah tidak perlu diolah cukup diratakan.
Teknik Penanaman
Penentuan
Pola Tanam
Sebelum
dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai.
-
Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon;
penanaman baris tunggal lurus
-
15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon;
penanaman baris tunggal lurus
-
> 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888
pohon; penanaman sesuai kontur
-
Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah
18.500 pohon; penanaman baris berganda
Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat 1 sampai 2 minggu sebelum
penanaman. Lubang tanam dibuat tepat di tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran
lubang tanam adalah:
Untuk bibit
asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm
Untuk bibit
stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm.
Pembuatan lubang tanam ini dilakukan setelah turun
hujan yang pertama (awal musim hujan). Dengan dibiarkan terbuka selama beberapa
minggu, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, karena
selama itu lubang terkena sinar matahari secara langsung (Setyamidjaja, 2000).
Penanaman
1.
Pemberian pupuk dasar
Penyediaan unsur-unsur hara terutama
fosfat bagi tanaman yang baru ditanam, pada lubang perlu diberikan pupuk dasar.
Pemupukan dasar yang dianjurkan terdiri atas 12,5 g Urea + 5 g TSP + 5 g KCl
per lubang tanam. apabila pH tanah di atas 6, ke dalam lubang diberikan
belerang murni (belerang cirrus) sebanyak 10 g – 15 g tiap lubang.
2.
Cara menanam
a.
Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya ditanam
pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam,
persis di tengah-tengah lubang dengan leher akar tepat d permukaan tanah.
Lubang ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak boleh miring, dan
tanah disekitar lubang tanam diratakan.
b.
Menanam bibit asal setek
Mula-mula
kantong plastik disobek dibagian bawahnya, kemudian bagian samping juga disobek
dari atas ke bawah sampai bertemu dengan sobekan pada bagian bawah. Ujung
kantong plastik bagian bawah yang telah sobek ditarik ke atas sehingga bagian
bawah kantong plastik terbuka. Bibit dipegang dengan tangan kiri, disangga
dengan belahan bamboo, kemudian dimasukkan ke lubang, sementara tangan kanan
menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan menggunakan
kored.
Setelah
tanah penuh menutup bagian akar bibit, belahan bamboo dan kantong plastik
ditarik dengan hati-hati ke luar dari lubang tanam. plastik disimpan pada ujung
ajir yang berbeda di sebelahnya. Kemudian tanah disekitar bibit dipadatkan
dengan cara diinjak. Selesai menanam, tanah sekitar dibuang diratakan agar
tidak Nampak cekung atau cembung (Setyamidjaja, 2000).
Tanaman
pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh ditanam di dataran
rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria sp.dan Tephrosis sp. yang
ditanam di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman dilakukan dengan biji
setelah teh ditanam. Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara
sudah tidak bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1
tahun sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A. procera, A.
chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida
maculata, Acacia decurens.
Pemeliharaan
1.
Pemupukan
Untuk
memenuhi kebutuhan tanaman akan hara, pemupukan pada budidaya teh organik
menggunakan pupuk organik dapat berupa:
-
Sampah pangkasan;
-
Sisa tumbuhan dan hewan dari lahan yang sama atau
lahan yang lain;
-
Kompos atau bokasi;
-
Sampah organik rumah tangga, kota dan pasar; limbah
sampah organik pabrik;
-
Limbah sampah peternakan; dan
-
Tanaman khusus penghasil bahan organik (pupuk hijau,
pohon pelindung dan lain-lain).
Selain itu pupuk hijau berguna untuk mempertahankan
dan meningkatkan bahan organik tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan
nitrogen. Pupuk hijau merupakan bentuk khusus daur ulang organik, yaitu :
-
Pupuk hijau dapat dikumpulkan dari
daun, cabang, ranting dan rumput yang diangkut ke lapangan untuk disebarkan
sebagai mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.
-
Pupuk hijau dapat juga ditanam di
lapangan dan dibenam selama bera atau sebelum penanaman tanaman utama.
-
Pupuk hijau dapat ditanam secara
tumpang sari (intercrop) sebagai mulsa hidup untuk tanaman utama.
-
Pupuk hijau dapat ditanam sebagai alley
cropping, pohon atau perdu pupuk hijau ditanam sebagai pagar berjarak
beberapa meter dan di antaranya (alley) dapat ditanami tanaman utama.
2.
Pembentukan Bidang Petik
a.
Cara Pemenggalan (centering)
Cara ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam dalam
bekong.
Pelaksanaan centering adalah sebagai berikut :
-
Setelah bibit ditanam dilapang dan
telah menunjukkan pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur 4-6 bulan, batang utama
di centering setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar
daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada daun maka centering
dilakukan lebih tinggi lagi.
-
Kemudian setelah cabang baru
tumbuh setinggi 50-60 cm, yaitu kira-kira 6-9 bulan setelah centering
dan terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering)
pada ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.
-
Tiga sampai enam bulan kemudian,
jika percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian 60-70 cm, dilakukan pemangkasan
selektif bagi cabang (selective cut cross) dibiarkan selama 3-6 bulan,
kemudian dijendang (tipping) pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm dari
bidang pangkas.
b.
Cara Perundukan (bending)
Bending adalah
suatu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan batang utama dan
cabang-cabang sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman agar merangsang
pertumbuhan tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending adalah
sebagai berikut :
-
Setelah bibit dipindahkan ke lapangan
dan menunjukkan pertumbuhan (4-6 bulan), batang utama dilengkungkan
(dirundukkan) dengan membentuk sudut 450 dari permukaan tanah. Untuk
melengkungkan batang atau cabang dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan
lain-lain.
-
Kira-kira 6 bulan setelah bending
I, tunas-tunas sekunder telah mencapai panjang 40-50 cm dan dilakukan bending
II dengan arah menyebar ke segala arah. Pada umumnya tunas sekunder mempunyai
kecepatan tumbuh yang berbeda-beda, sehingga bending dilakukan 2-3 kali
sampai cabang menutup ke segala arah.
-
Cabang yang tumbuh kuat ke atas
setelah bending II dipotong setinggi 30 cm.
-
Tunas-tunas yang tumbuh setelah bending
II (kecuali yang tumbuh kuat ke atas) dibiarkan sampai mencapai ketinggian
60-70 cm (6-9 bulan setelah bending II), kemudian di cut cross/dipangkas
setinggi 45 cm.
3.
Pemangkasan
Pemangkasan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
a.
Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl),
tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun
serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul).
b.
Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl),
tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun
(pangkasan bersih), serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan
jambul) terutama pada tanaman muda yang berumur kurang dari 10 tahun. Tinggi
pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang
lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi
terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan.
Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan.
Setelah pemangkasan perlu diikuti dengan perlakuan gosok lumut dan pengolahan
tanah dengan cara garpu rengat.
4.
Pengendalian hama dan penyakit
a.
Hama
1. Helopeltis
antonii
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan
ranting muda. Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering.
Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan
dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator
Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.
2. Ulat jengkal (Hyposidra
talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)
Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang
daun muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun
yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma,
pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35 WP, Lannate L.
3. Ulat penggulung daun (Homona aoffearia)
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan
tua. Daun tergulung dan terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh
hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC.
4. Ulat penggulung pucuk (Cydia leucostoma)
Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk
teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles
dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S.
5. Ulat api (Setora
nitens, Parasa lepida, Thosea)
Ulat berbulu
menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara
mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate
L.
6. Tungau jingga
(Brevipalpus phoenicis)
Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh
tua di bagian permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau
membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun
mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis, pengendalian gulma,
pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460 EC,
Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.
b.
Penyakit
1.
Cacar teh
Penyebab: jamur Exobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda.
Gejala: bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium
lanjut pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong.
Pengendalian: mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah,
pemetikan dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1,
Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.
2.
Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk
berbercak coklat dimulai dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati.
Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam fungisida. Jika persemaian terserang
semprotkan benomyl 0,2%.
3.
Mati ujung pada bidang petik
Penyebab: jamur Pestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024.
Gejala: bekas petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk
baru tidak terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak
terlalu berat, fungisida yang mengandung tembaga.
4.
Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui
kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman
menguning, layu, mati. Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit,
menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil
bromida atau Vapam.
5.
Penyakit akar merah bata
Penyebab: jamur Proria hypolatertia. Di dataran tinggi 1.000-1.500
meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar
merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit akar merah anggur.
6.
Penyakit akar hitam
Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R.
bunodes di daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan
tanaman mati, terdapat benang hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar
terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama
dengan penyakit akar umumnya.
Pemetikan adalah pemungutan hasil
pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi
pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi
secara berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh
umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan
tanaman. Umumnya tanaman teh mulai dipetik daunnya
secara terus menerus setelah umur 5 tahun dan dapat memberi hasil daun teh
cukup besar selama kurang lebih 40 tahun. Di Indonesia perkebunan teh banyak
ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan
Sumatera Selatan. Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman yang dipetik
setiap selang 7 hari .
Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang
lebih lama yaitu 55 hari sekali. Di
samping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi
oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan.
Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau
lebih tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan
pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis
pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan, pengaturan
tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.
Beberapa
istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan
rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
-
Peko adalah kuncu tunas aktif berbentuk
runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis dengan
huruf p.
-
Burung adalah tunas tidak aktif
berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis
dengan huruf b.
-
Kepel adalah dua daun awal yang keluar
dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran apabila
daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong, licin,
tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli diikuti
oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel licin.
Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang
bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf k.
-
Daun biasa/normal adalah daun yang
tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta
sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan
seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.
-
Daun muda adalah daun yang baru
terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis
dengan huruf m mengikuti angka (1m,
2m, 3m).
-
Daun tua adalah daun yang berwarna hijau
gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis
dengan huruf t mengikuti angka (1t,
2t, 3t).
-
Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi
syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.
Macam
dan rumus petikan adalah sebagai berikut:
ü Petikan
imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).
ü Petikan
pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p + 1m).
ü Petikan
halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung
dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).
ü Petikan
medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun muda dan
pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b +
1m, b + 2m, b + 3m).
ü Petikan
kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung
dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
ü Petikan
kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).
Jenis
pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas terdiri dari:
ü Pemetikan
jendangan
Pemetikan
jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman
dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan
lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi
yang tinggi.
ü Pemetikan
produksi
Pemetikan
produksi dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan
tertentu sampai tanaman dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan
menjelang tanaman dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua
pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang
ditinggalkan (Kartawijaya, 1978).
2.3.
PENGOLAHAN HASIL PRODUKSI TEH
Pengolahan
daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara
terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang
dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan
disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok
yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan
enzim-enzim.
Pengolahan teh adalah
metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) yang
melibatkan beberapa tahapan, termasuk di antaranya pengeringan hingga
penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan yang
dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan
oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh dan
pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting untuk
menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun memengaruhi
citarasa juga turut berperan meski cukup kecil.
Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan
wujud yang berbeda-beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki
sekumpulan metode yang serupa dengan sedikit variasi:
1. Pemetikan
Daun teh, yakni satu kuntum dan dua
pucuk, dipetik dari semak Camellia sinensis dua kali setahun pada permulaan musim semi dan musim panas atau
penghujung musim semi. Pemetikan pada musim gugur atau musim dingin jarang
dilakukan, meskipun bisa saja ketika musim memungkinkan. Pemetikan dilakukan
dengan tangan ketika kualitas teh menjadi prioritas, atau ketika biaya tenaga
pekerja bukan persoalan. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan cara
menggenggam sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau
penjepitan, karena jika yang terakhir dilakukan akan menurunkan mutu daun.
Pemetikan juga dapat dilakukan dengan mesin, meski akan lebih banyak daun yang
rusak dan sebagian terbuang. Adalah juga sulit panen teh dengan mesin di lereng
gunung di mana teh sering ditanam.
2. Pelayuan
Dilakukan untuk menghilangkan
terbuangnya air dari daun dan memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh
dapat dijemur atau ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi
kelembaban. Daun kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat
pelayuan.
3. Pememaran
Untuk mengajukan dan mempercepat
oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan memberinya sedikit tumbukan pada
keranjang atau dengan digelindingkan dengan roda berat. Ini juga menghasilkan
sedikit jus, yang membantu oksidasi da memperbaiki citarasa teh.
4. Oksidasi
Untuk teh yang memerlukan oksidasi,
daun dibiarkan semula di ruangan tertutup di mana segera mereka menjadi lebih
gelap. DI dalam tahap ini klorofil pada daun dipecah
secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan dialihbentukkan. Di industri teh,
proses ini disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena
proses oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu
oleh mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya
penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk fermentasi). Penghasil teh
dapat memilih ketika oksidasi harus dihentikan. Untuk teh oolong oksidasi harus terjadi 5-40%, pada teh oolong yang
lebih cerah 60-70%, dan pada teh hitam 100%.
5. Penghilangan-warna-hijau
Istilah lainnya shāqīng (殺青) dilakukan untuk menghentikan oksidasi daun teh
pada jenjang yang diharapkan. Tahapan ini dipunahkan dengan pemanasan sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh.
Tradisionalnya, daun teh digongseng atau dikukus, tetapi seiring majunya
teknologi, tahapan ini dilakukan dengan pemanggangan di dalam drum yang
diputar. Untuk teh hitam, tahap ini dilakukan bersama pengeringan.
6. Penguningan
Khusus untuk teh kuning,
dilanjutkan dengan pemanasan ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah
menguning.
7. Pembentukan
Tahap berikutnya adalah penggulungan
untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya dilakukan dengan
menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang kemudian ditekan-tekan
oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. Tindakan penggulungan ini juga
menyebabkan beberapa pati dan jus dari dalam daun keluar, ini akan memperkaya
rasa teh. Lajur teh dapat dibentuk menjadi bentuk lain, misalnya membentuk pola
keriting, membentuk pelet, atau digulung serupa bola dan bentuk lain yang diharapkan.
8. Pengeringan
Pengeringan dilakukan sebagai
"tahap akhir" menjelang penjualan. Ini dapat dilakukan dengan banyak
cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur, menghembuskan udara panas, atau
memanggangnya. Namun, pemanggangan adalah yang paling lazim. Pemeliharaan yang
saksama mestilah dilakukan supaya pucuk daun teh tidak terlampau kering, atau
bahkan hangus.
9. Pemeliharaan
Meski tidak selalu dilakukan,
beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra, fermentasi tahap kedua, atau
pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya. Juga, teh yang diberi perisa
dipabrikasi dengan menyemprotkan aroma dan rasa atau dengan menyimpannya di
lingkungan perisa.
Tanpa
pengawasan suhu dan kelembaban yang saksama selama pengolahan dan pabrikasi,
jamur mungkin saja tumbuh di atas teh. Jamur jenis ini menyebabkan fermentasi
yang nyata yang akan mencemari teh dengan zat racun dan kadang-kadang senyawa
pemicu kanker dan merusak rasa, yang pada akhirnya teh tidak lagi layak untuk
dikonsumsi.
Pengolahan spesifik jenis
Teh secara
tradisional dikelompokkan berdasarkan derajat periode "fermentasi"
daun.
Proses oksidasi dihentikan setelah sedikit oksidasi
dengan penerapan panasa, apakah itu dengan pengukusan, atau dengan penggongsengan, metode
tradisional Cina. Daun teh dapat dikeringkan sebagai daun terpisah atau
digulungkan membentuk pelet kecil untuk menghasilkan Teh bubuk. Proses ini memakan waktu dan
biasanya dilakukan pekoe untuk mutu terbaik. Teh diolah sehari atau dua hari
setelah panen.
Teh oolong (Wulong)
Teh yang diberi perlakuan oksidasi kedua, seperti teh pu-erh, teh liu'an, dan teh liubao, semuanya disebut teh sekunder atau
teh pascafermentasi. Di dalam bahasa Cina mereka dikelompokkan sebagai Teh
gelap atau teh hitam. Ini tidak boleh dikaburkan dengan istilah
Indonesia teh hitam, yang di dalam bahasa Cina disebut teh merah.
Pu-erh, juga disebut Póu léi (Polee) di dalam bahasa Kanton adalah
jenis teh sekunder yang paling lazim di pasaran.
Proses pengolahannya sama seperti teh hijau, dan teh
yang bermutu tinggi ini pertama disajikan pada masa Imperium Tiongkok.
Juga disebut teh musim dingin, kukicha terbuat
dari twig dan daun tua dipetik dari tanaman teh pada masa
istirahatnya dan dipanggang di atas api. Kukicha merakyat sebagai makanan
kesehatan di Jepang dan termasuk dalam menu diet makrobiotik.
Analisa
Mutu Produk Teh
·
Analisa Teh Kering
Teh kering diambil dari setiap percobaan. Kemudian
dilakukan analisis kimiawi untuk setiap jenis produk yang dihasilkan, meliputi
kadar tanin, VRS, dan kadar sari. Lalu dilakukan pengamatan teh kering secara
indrawi terhadap bentuk, ukuran, dan warna daun teh kering. Kemudian dijelaskan
perbedaannya dan dideskripsikan masing-masing aroma daun teh kering yang
dihasilkan.
·
Analisa Seduhan Teh
Seduhan teh standar dibuat dari daun teh kering yang
dihasilkan. Seduhan dibuat dari daun teh yang sebanyak 5 gram dengan air
demineral panas sebanyak 150 ml dan air panas biasa. Seduhan diaduk dan
didiamkan selama 5 menit kemudian disaring dan diambil filtratnya. Lalu
ampasnya dikeringkan kembali dan ditimbang. Sedangkan perubahan bobotnya
dilaporkan (dengan dasar kadar bahan padatan saja). Kemudian diberikan kode
yang tidak diketahui oleh panelis pada masing-masing seduhan. Penilaian
dilakukan terhadap warna, aroma, dan rasa seduhan teh.
·
Penetapan Kadar Sari
10 gram contoh dimasukkan ke dalam gelas piala
ukuran 300 ml dan ditambah dengan 200 ml air kemudian ditimbang. Cairan ini
dimasak ambil diaduk-aduk dan dibiarkan mendidih selama 5 menit dan dibiarkan
dingin. Setelah dingin ditimbang kembali dan ditambahkan air sampai kembali ke
berat semula. Seduhan ini kemudian diaduk-aduk dan disaring. Filtrat dimasukkan
ke dalam petridish dan diuapkan di atas penangas air sampai kering. Pengeringan
dilanjutkan di dalam oven 100-1050C selama 1 jam, didinginkan di
dalam eksikator dan ditimbang.
·
Analisa Kadar Tanin
1 gram contoh direbus dalam gelas piala selama 30
menit dengan ditambah dengan 80 ml air destilata. Setelah disaring, dipindahkan
ke dalam labu ukur 100 ml dan dipenuhkan sampai tanda tera (filtrat 1).
·
Penetrasi cairan A
2 ml filtrat ditambah 150 ml air destilata dan 5ml
larutan indigokarmin. Kemudian ditritasi dengan KmnO4 0,1 N sambil
diaduk hingga warna berubah menjadi kuning emas pada permukaan cair tersebut,
misalnya diperlukan (a) ml.
·
Penetrasi cairan B
20 ml filtrat 1 ditambah 10 ml larutan gelati, 20 ml
larutan garam asam dan 2 gram kaolin powder. Selanjutnya dikocok dengan kuat
beberapa menit dan disaring (filtrat 2), 5 ml cairan dipipet ditambah 5 ml
larutan indigokarmin dan 150 ml air destilasi, kemudian dititrasi menggunakan
KmnO4 0,1 . misalnya pada titrasi diperlukan (b) ml.
·
Analisa Bahan Mudah Menguap yang Mudah
Direduksi
Satu gram contoh dimasukkan ke dalam labu aerasi
“VRS apparatus”, dan ditambahkan10 ml air destilasi dan 10 ml KMnO4 0,02
N ke dalam labu reaksi. Alat “VRS” ini dipasang selama 40 menit, kemudian ke
dalam tabung aerasi tersebut ditambahkan 5 ml H2SO4 6 N
dan 3 ml KI 20%. Isi labu aerasi kemudian dituangkan ke dalam Erlenmeyer, labu
aerasi dibilas dengan air suling, air bilasan juga dituangkan ke dalam
erlenmeyer. Titrasi dilakukan dengan menggunkan Na2S2O3
0,02 N dengan indikator kanji (phenolphtalein) yang ditambahkan pada isi labu
aerasi yang dituangkan ke dalam labu erlenmeyer. Titrasi dihentikan apabila
warna biru hilang, dilakukan juga titrasi blanko.
Ramuan
teh
Sebagian
besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang
membuat blend yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang
berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa
menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat
dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga
agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.
Teh
melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur
dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembaban agar harum melati
dapat menempel pada daun teh.
Komposisi
Teh
mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari
berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan
teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses
oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau
sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.[3]
a. Teh celup
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari
kertas dengan tali. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh,
tetapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup.
b. Teh saring
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari
kertas tanpa tali. Teh saring sangat populer karena praktis untuk membuat teh
dalam kuantitas banyak dan menghasilkan lebih pekat dibandingkan teh celup.
c. Teh seduh (daun teh)
Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus
dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan
sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang
tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh
sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring
daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.
d. Teh yang dipres
Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan
pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan
diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres
mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.
e. Teh stik
Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang
mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.
f. Teh instan
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas
atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tetapi tidak
diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan, atau dicampur susu bubuk.
Cara Menyeduh Teh yang Baik dan
Benar
Teh adalah minuman yang baik bagi
kecantikan dan kesehatan. Mengonsumsi teh dapat membantu menjaga daya tahan
tubuh, menghindarkan dari segala macam penyakit, menyehatkan kulit dan lain
sebagainya. Kandungan
polifenol di dalam teh dikenal sebagai zat antioksidan yang dapat melindungi
tubuh dari penuaan dini serta radikal bebas. Namun, teh yang
menyehatkan adalah yang dikonsumsi dengan cara yang benar.
Inilah cara yang benar menyeduh teh:
-
Seduh teh dengan
air panas
Pastikan agar Anda
tidak menyeduh teh dengan air mendidih. Gunakan saja air panas agar zat
antioksidan di dalam teh tidak rusak. Seperti halnya menyeduh susu, diamkan
sejenak air yang sudah dididihkan. Disarankan menyeduh teh adalah dengan suhu
60-70 derajat celcius. Mungkin warna tehnya tak sepekat biasanya, namun
antioksidannya efektif bagi tubuh.
-
Gunakan bahan
khusus
Pakailah tempat khusus berbahan tanah
liat, cangkir, gelas kaca, perak atau stainless steel untuk menyeduh teh agar
bahan aktif lainnya tidak ikut larut dalam teh.
-
No sugar or
cream
Menambahkan gula atau cream dalam teh
sebenarnya adalah kebiasaan buruk yang perlu diakhiri. Teh sebenarnya berfungsi
mengurangi kalori, sedangkan gula dan cream malah menambahkannya.
-
Jangan langsung
diminum
Sebaiknya jangan langsung diminum apabila
Anda menyeduh teh. Biarkan setidaknya selama 5 menit sehingga katekin di
dalamnya keluar.
Manfaat
dari Minum Teh :
§ Memperkuat Gigi & Mencegah
Karies pada Gigi
Unsur Flouride ( F ) yang cukup tinggi pada Teh, dapat membantu dalam mencegah tumbuhnya karies pada gigi serta dapat memperkuat gigi.
Unsur Flouride ( F ) yang cukup tinggi pada Teh, dapat membantu dalam mencegah tumbuhnya karies pada gigi serta dapat memperkuat gigi.
§ Mengurangi Resiko Keracunan Makanan
Unsur Catechin (salah satu unsur dalam Polyphenols), telah terbukti bahwa unsur tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan pertumbuhan beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan makanan (menurut penelitian dari Taiwan dan Jepang).
Unsur Catechin (salah satu unsur dalam Polyphenols), telah terbukti bahwa unsur tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan pertumbuhan beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan makanan (menurut penelitian dari Taiwan dan Jepang).
§ Memperkuat Daya Tahan Tubuh
Dengan adanya vitamin C dan vitamin E, maka Teh dapat juga membantu memperkuat daya tahan tubuh.
Dengan adanya vitamin C dan vitamin E, maka Teh dapat juga membantu memperkuat daya tahan tubuh.
§ Menyegarkan Tubuh
Teh mengandung sejenis kafein yang berbeda dengan kopi, maka Teh juga dapat merangsang sistem syaraf tubuh kita sehingga pengambilanoksigen kedalam tubuh lebih lancar.
Teh mengandung sejenis kafein yang berbeda dengan kopi, maka Teh juga dapat merangsang sistem syaraf tubuh kita sehingga pengambilanoksigen kedalam tubuh lebih lancar.
§ Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Epigallocatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari catechin, tenyata mampu bertindak sebagai inhibitor dari pada angiotensin trasferase, yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula disimpulkan bahwa dengan kemampuan catechin untuk mencegah tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal bebas, maka catechin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovascular.
Epigallocatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari catechin, tenyata mampu bertindak sebagai inhibitor dari pada angiotensin trasferase, yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula disimpulkan bahwa dengan kemampuan catechin untuk mencegah tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal bebas, maka catechin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovascular.
§ Menangkal Kolesterol
Catechin, ternyata juga telah dibuktikan bahwa dapat mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feces.
Catechin, ternyata juga telah dibuktikan bahwa dapat mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feces.
§ Mengoptimalkan Metabolisme Gula
Mangan (Mn), yang terkandung dalam Teh bisa membantu penguraian gula menjadi energi. Dengan demikian Teh bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah.
Mangan (Mn), yang terkandung dalam Teh bisa membantu penguraian gula menjadi energi. Dengan demikian Teh bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah.
§ Mencegah Pertumbuhan Kanker
Kemampuan Catechin ( salah satu unsur dalam Polyphenols ) dapat menghambat terjadinya mutasi pada sel -sel tubuh dan menetralisir radikal bebas.
Kemampuan Catechin ( salah satu unsur dalam Polyphenols ) dapat menghambat terjadinya mutasi pada sel -sel tubuh dan menetralisir radikal bebas.
§ Mencegah penyakit jantung.
Zat flavonoid dan mangan yang terkandung dalam teh dapat
mencegah serangan radikal bebas yang bisa menyebabkan serangan jantung.
§ Memperlambat penuaan
Teh mengandung senyawa polifenol dan antioksidan yang
berfungsi memperlambat penuaan dini. Kandungan antioksidan menyebabkan umur
hidup sel tubuh menjadi lebih panjang dan regenerasi sel berlangsung lebih
lancar. Membasuh teh “basi” ke bagian muka juga konon dapat membuat kulit
halus, cerah, dan menyembuhkan luka jerawat. Jika diulas ke rambut juga bisa
mencegah uban.
§ Mencegah perdarahan
Kandungan vitamin K yang cukup tinggi pada teh berfungsi dalam pembekuan darah sehingga dapat mencegah pendarahan. Jika terjatuh, luka bisa dibersihkan dengan air teh yang pekat dan hangat.
Kandungan vitamin K yang cukup tinggi pada teh berfungsi dalam pembekuan darah sehingga dapat mencegah pendarahan. Jika terjatuh, luka bisa dibersihkan dengan air teh yang pekat dan hangat.
§ Melangsingkan badan.
Kandungan serat pada teh menyebabkan sistem pencernaan dalam
tubuh berlangsung secara tidak berlarut-larut. Akibatnya, karbohidrat yang
berhasil diserap tubuh menjadi lebih sedikit yang akhirnya membantu upaya
mengurangi bobot tubuh.
§ Menurut peneliti di Hongkong, teh
hijau ternyata juga berguna untuk mencegah osteoporosis dan penyakit tulang
lainnya.
Bahaya
Dari Minum Teh :
Teh
memang dapat memberikan manfaat bagi para peminumnya, tetapi ada jugabeberapa
orang tertentu yang dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi teh terlalu banyak
karena bisa menjadi bumerang bagi kesehatannya Orang-orang tersebut adalah:
§ Pasien yang fungsi ginjalnya tidak
baik dan tak dapat menahan kencing atau inkontinensia karena teh berfungsi
melancarkan pembuangan air kemih. Banyak minum teh mengganggu fungsi ginjal,
sehingga akan semakin memberatkan penyakit pasien tersebut.
§ Wanita hamil
Wanita yang sedang hamil membutuhkan berbagi macam gizi untuk menyuplai kebutuhan metabolisme tubuhnya dan juga janin dalam kandungannya. Kalau ia terlalu banyak minum teh, maka zat tanin atau samak dalam teh dapat bersenyawa dengan zat besi dalam makanan yang dikonsumsinya menjadi semacam kompon yang tidak diserap oleh tubuh. Ini selain dapat mengakibatkan anemia dan kekurangan zat besi pada wanita hamil, juga dapat mengakibatkan janin dalam kandungan menjadi kekurangan zat besi bawaan. Sehingga setelah lahir bayi juga akan menderita anemia dan kekurangan zat besi.
Wanita yang sedang hamil membutuhkan berbagi macam gizi untuk menyuplai kebutuhan metabolisme tubuhnya dan juga janin dalam kandungannya. Kalau ia terlalu banyak minum teh, maka zat tanin atau samak dalam teh dapat bersenyawa dengan zat besi dalam makanan yang dikonsumsinya menjadi semacam kompon yang tidak diserap oleh tubuh. Ini selain dapat mengakibatkan anemia dan kekurangan zat besi pada wanita hamil, juga dapat mengakibatkan janin dalam kandungan menjadi kekurangan zat besi bawaan. Sehingga setelah lahir bayi juga akan menderita anemia dan kekurangan zat besi.
§ Wanita yang sedang menyusui
Wanita yang sedang menyusui sebaiknya tidak minum teh kental. Hal ini karena salah satu dari racun dalam teh (kafein) bisa mempengaruhi pengeluaran air susu, sehingga ASI menjadi berkurang, selain itu kafein juga bisa masuk kedalam tubuh bayi melalui air susu yang dapat mengakibatkan usus bayi menjadi kejang, sehingga bayi akan menangis tak
henti2nya.
Wanita yang sedang menyusui sebaiknya tidak minum teh kental. Hal ini karena salah satu dari racun dalam teh (kafein) bisa mempengaruhi pengeluaran air susu, sehingga ASI menjadi berkurang, selain itu kafein juga bisa masuk kedalam tubuh bayi melalui air susu yang dapat mengakibatkan usus bayi menjadi kejang, sehingga bayi akan menangis tak
henti2nya.
§ Orang yang sedang demam
Untuk orang yang sedang menderita demam, minum teh bukannya dapat menurunkan suhu badannya tetapi justru akan meningkatkan suhu panas tubuhnya. Hal ini dikarenakan theophyline yang terkandung dalam teh dapat meninggikan suhu badan, bahkan membuat fungsi obat penurun suhu badan menjadi hilang atau berkurang.
Untuk orang yang sedang menderita demam, minum teh bukannya dapat menurunkan suhu badannya tetapi justru akan meningkatkan suhu panas tubuhnya. Hal ini dikarenakan theophyline yang terkandung dalam teh dapat meninggikan suhu badan, bahkan membuat fungsi obat penurun suhu badan menjadi hilang atau berkurang.
§ Orang yang lemah saraf dan mengalami
insomnia
Para penderita penyakit ini sebaiknya tidak minum teh karena hanya akan semakin memperparah penyakitnya. Hal ini disebabkan kandungan kafein dalam teh dapat mengakibatkan bergairahnya sistem saraf dan menaikkan metabolisme dasar, sehingga akan membuat semakin sulit tidur dan merasa gelisah.
Para penderita penyakit ini sebaiknya tidak minum teh karena hanya akan semakin memperparah penyakitnya. Hal ini disebabkan kandungan kafein dalam teh dapat mengakibatkan bergairahnya sistem saraf dan menaikkan metabolisme dasar, sehingga akan membuat semakin sulit tidur dan merasa gelisah.
§ Orang yang kurang darah
Zat besi dalam makanan memasuki saluran pencernaan dalam bentuk feros hidrosida koloid. Zat besi dalam bentuk koloid ini tidak dapat diserap tubuh secara langsung. Ia harus melalui peran getah lambung barulah dapat diserap melalui tubuh. Asam tanat dalam teh sangat mudah bersenyawa dengan zat besi dan membentuk asam tanat feros larut yang merintangi penyerapan zat besi. Bila tubuh orang yang kurang darah kekurangan zat besi, hemoglobin sintetis dalam tubuh bisa berkurang, dan penyakitnya bisa bertambah parah.
Zat besi dalam makanan memasuki saluran pencernaan dalam bentuk feros hidrosida koloid. Zat besi dalam bentuk koloid ini tidak dapat diserap tubuh secara langsung. Ia harus melalui peran getah lambung barulah dapat diserap melalui tubuh. Asam tanat dalam teh sangat mudah bersenyawa dengan zat besi dan membentuk asam tanat feros larut yang merintangi penyerapan zat besi. Bila tubuh orang yang kurang darah kekurangan zat besi, hemoglobin sintetis dalam tubuh bisa berkurang, dan penyakitnya bisa bertambah parah.
§ Orang yang mengalami sembelit
Mereka pantang minum teh kental karena asam tanat dalam teh mempunyai peran astringen, yaitu melemahkan penggeliangan saluran usus. Bila mereka nekat minum teh kental maka penyakitnya akan semakin bertambah parah.
Mereka pantang minum teh kental karena asam tanat dalam teh mempunyai peran astringen, yaitu melemahkan penggeliangan saluran usus. Bila mereka nekat minum teh kental maka penyakitnya akan semakin bertambah parah.
§ Anak-anak
Minum teh tidak terlalu baik untuk anak2, hal ini dikarenakan setelah minum teh anak2 akan mudah terangsang semangatnya, nafsu makannya menurun, selaput lendir saluran pencernaan menyusut sehingga mempengaruhi pencernaan makanan dan penyerapannya.Asam tanat dalam teh juga dapat mempengaruhi penyerapan vitamin B dan zat besi dalam makanan sehingga mengakibatkan menurunnya hemoglobin dan menuyustnya volume eritrosit, yang akan berakibat mudah terserang anemia atau kurang darah.
Minum teh tidak terlalu baik untuk anak2, hal ini dikarenakan setelah minum teh anak2 akan mudah terangsang semangatnya, nafsu makannya menurun, selaput lendir saluran pencernaan menyusut sehingga mempengaruhi pencernaan makanan dan penyerapannya.Asam tanat dalam teh juga dapat mempengaruhi penyerapan vitamin B dan zat besi dalam makanan sehingga mengakibatkan menurunnya hemoglobin dan menuyustnya volume eritrosit, yang akan berakibat mudah terserang anemia atau kurang darah.
§ Orang yang mempunyai tekanan darah
tinggi dan mengidap jantung teh memang dapat membantu melindungi jantung tapi
bagi yang telah terlanjur menderita penyakit jantung merek harus menghindari
minum teh kental, karena kadar kafein dalam teh bisa merangsang orang dan
menaikkan tekanan darahnya. Bila mereka tetap minum teh maka jantungnya akan
berdetak cepat,merasa sangat gelisah bahkan mengalami arrhythmia atau tidak
adanya irama jantung.
Setelah mengetahui beberapa sebab mereka pantang minum teh tentunya akan menjadi perhatian bagi kita. Walaupun teh juga mempunyai manfaat bagi kesehatan tapi efek kesehatan teh lebih bersifat sebagai preventif(mencegah). Dan itupun akan berarti jika teh diminum secara teratur dan dengan takaran yang tepat.
Setelah mengetahui beberapa sebab mereka pantang minum teh tentunya akan menjadi perhatian bagi kita. Walaupun teh juga mempunyai manfaat bagi kesehatan tapi efek kesehatan teh lebih bersifat sebagai preventif(mencegah). Dan itupun akan berarti jika teh diminum secara teratur dan dengan takaran yang tepat.
§ Memicu mag
Orang tak boleh minum teh jika menderita mag kronis. Alih-alih sembuh justru dapat memicu sakit karena teh dapat “menggerus” dinding usus. Teh boleh diminum jika larutannya tidak pekat.
Orang tak boleh minum teh jika menderita mag kronis. Alih-alih sembuh justru dapat memicu sakit karena teh dapat “menggerus” dinding usus. Teh boleh diminum jika larutannya tidak pekat.
2.4.
PEMASARAN HASIL PRODUKSI TEH
Dari bentuk dan sifat
pengusahannya, perkebunan teh di Indonesia sebagian besar berupa Perkebunan Rakyat
(46%), sisanya berupa Perkebunan Besar Negara (30%) dan Perkebunan
Besar Swasta (24%). Perkebunan teh yang
diusahakan dalam bentuk Perkebunan Besar Negara/PTPN
misalnya, Perkebunan Teh Gunung Mas, Goalpara dan
Malabar di Jawa Barat. Sedangkan yang diusahakan dalam
bentuk Perkebunan Besar Swasta misalnya Perkebunan Teh Tambi,
Pagilaran dan Kemuning di Jawa Tengah.
Walaupun pengusahaan
teh di Indonesia semakin meluas, dari
mulai Sumatera Utara sampai ke Jawa Timur, namun perkebunan teh di
Indonesia dewasa ini berada dalam kondisi yang menurun (decline). Perkembangan
areal tanaman teh di Indonesia terus menurun sejak tahun 2002, sehingga
pada tahun 2009 hanya tersisa seluas 126 251 Ha dengan konsentrasi
terbesar di Jawa Barat, yaitu seluas 97 138
hektar (77%); diikuti Jawa Tengah (8%) dan Sumatera Utara (4%).
Agroindustri teh
di Indonesia telah dimulai sejak abad ke
18 dan komoditas teh pernah tercatat sebagai penghasil
devisa negara yang cukup penting dalam
perekonomian nasional. Akan tetapi, sejalan dengan merosotnya luas areal
tanaman, produksi teh Indonesia juga terus
mengalami penurunan. Jika pada tahun 2008 masih sebesar
137 499 ton, pada tahun 2009 turun menjadi 136 481 ton dan
pada tahun 2010 hanya 129 200 ton.
Sebagai penghasil
devisa negara, pada tahun 2008 tercatat nilai
ekspor teh olahan sebesar US $ 162,8 juta, tahun 2009 sebesar
US $ 174,4 juta, dan tahun 2010 mencapai US $ 184,9
juta atau meningkat 6% dari tahun 2009. Sebagian besar (70%)
teh Indonesia diekspor ehingga Indonesia tercatat menjadi
urutan keenam eksportir teh dunia setelah
Kenya, Sri Lanka, India dan Vietnam.
Negara tujuan ekspor teh Indonesia
adalah Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan
negara-negara Eropa.
Kondisi dan perkembangan
agroindustry teh Indonesia sendiri dalam periode 2007
– 2010, secara umum mengalami peningkatan, baik
jumlah perusahaan, produksi dan nilai produksi, kapasitas izin, utilisasi
maupun nilai investasi serta tenaga kerja yang diserap. Namun
demikian, peningkatan tersebut relative kecil sehingga tidak mampu memberikan
sumbangan berarti dalam perekonomian nasional.
Upaya untuk meningkatkan kembali
peran teh, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, mengharuskan
untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut di atas. Disamping itu,
tidak kalah pentingnya adalah menyediakan iklim usaha
yang kondusif agar pelaku usaha teh
nasional (baik PR, PTPN maupun PBS) dapat melakukan inovasi
teknologi dan diversifikasi produk.
Dengan demikian, para pelaku
usaha teh nasional akan mampu menghasilkan
produk teh dalam jumlah dan kualitas yang
sesuai dengan kebutuhan pasar, baik pasar domestik maupun
internasional.
2.5.
KELEMBAGAAN
PENUNJANG PRODUKSI TEH
Keberhasilan
gerakan penyelamatan agribisnis teh nasional akan sulit terwujud tanpa dukungan
regulasi dari pemerintah, baik regulasi tata niaga, pengupahan, dan tentunya
regulasi perpajakan khususnya pembebasan PPN atas penyerahan komoditi teh.
Sehubungan dengan diterbitkannya UU No. 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga
atas UU No. 8 tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
barang mewah, berkembang informasi bahwa atas penyerahan Komoditi teh akan
dikenakan lagi PPN sebesar 10%.
Secara
ringkas keterkaitan antara beberapa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang
mengatur tentang PPN adalah sebagaimana di bawah ini.
PPN01
Terkait
dengan kebijakan tersebut, Dewan Teh Indonesia (DTI) menetapkan bahwa
perjuangan untuk membebaskan dari pengenaan PPN pada usaha perkebunan teh yang
menjual hasilnya dalam bentuk teh curah, perlu dilakukan dengan konsisten,
meskipun telah dimulai sejak sepuluh tahun yang lalu. DIusulkan agar pengenaan
PPN diwajibkan kepada produsen hilir yang menjual produknya kepada konsumen
akhir. Pengenaan PPN terhadap perkebunan teh yang memproduksi teh curah pada
realitanya mengurangi likuiditas usaha, karena sebagian modal kerja tertahan
dalam pemba-yaran PPN meskipun juga dapat diupayakan kembali melalui langkah
restitusi. Keadaan yang demikian juga mengakibatkan rendahnya harga jual pucuk
teh di tingkat petani, karena sebagian besar trader dan pabrikan membebankan
PPN tersebut kepada harga beli pucuk teh.
BAB
4. PENUTUP
4.1.KESIMPULAN
Tanaman
teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban
manusia. Tanaman yang memiliki nama latin Camellia
sinensis (L) merupakan salah satu sektor non
migas yang dikembangkan di Indonesia, karena teh merupakan komoditi hasil
pertanian penghasil devisa terbesar kelima dari subsektor perkebunan
setelah karet, kelapa, kopi dan cokelat.
Pengolahan
teh umunya terdiri dari teh putih, teh hijau, teh hitam, teh kuning, teh
oolong, dan teh sekunder. Pada umumnya, prinsip pengolahan teh terdiri
dari proses pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan,
sortasi kering, pengepakan dan penggudangan.
Saat ini
produksi teh di Indonesia cenderung menurun, factor penyebabnya diantaranya : rendahnya
produktivitas tanaman karena dominannya tanaman teh rakyat yang belum
menggunakan benih unggul, terbatasnya penguasaan teknologi pengolahan
produk dan belum mampunya petani mengikuti teknologi anjuran sebagaimana direkomendasikan.
4.2.
SARAN
Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk menjadi pengekspor teh
terbaik di dunia. Hanya dengan memperbaiki hasil produksi dan meningkatkan
produksi teh di Indonesia. Perbaikan produksi teh tidak hanya akan meningkatkan
lapangan kerja dan kesejahteraan para petani teh tetapi juga akan meningkatkan
pemasukan devisa negara.
CV Bahagia Sukses Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor, vendor, jasa jual dan beli tenda.Jenis tenda yang kami sediakan sadalah tenda roder / tenda hanggar. Dalam pemasangannya tenda ini sangat cepat dan tanpa memerlukan IMB (ijin mendirikan bangunan) sangat cocok bagi anda yang sedang membutuhkan tenda segera.
BalasHapusSelain itu harga jual dan sewa tenda roder jauh lebih murah dari pada harga bangunan permanen. Tapi walaupun begitu tenda roder ini tidak jauh berbeda dengan bangunan permanen lainnya, tenda ini sangat aman, nyaman dan juga memiliki skala yang besar.
Fungsi dan Spesifikasi Tenda roder :
Selain untuk gudang Tenda Roder jenis ini sangat cocok gunakan untuk :
- Untuk tenda posko darurat
- Tenda frestifal
- Tenda bazar
- Tenda Wedding (pernikahan) , DLL.
Spesifikasi Tenda Roder :
- Menggunakan atap dan dinding yang tahan terhadap sinar matahari (blackout)
- Memiliki ruangan yang luas tanpa tiang penyangga ditengah ruangan. yaitu memiliki bentangan 10 M, 15 M dan 20 M. serta panjang kebelakang kelipatan 5 M / sesai kebutuhan.
- Bisa digunakan untuk segala keperluan acara.
Tenaga kerja profesional dan terlatih, cara kerja efektif dan efisien dalam membangun tenda. Segera bubungi kami diTelp/WA 081316140397 RAHMA.
*untuk jasa pengiriman kami melayani seluruh pulau.
#tendamurah #sewatendamurah #jualtenda #jualtendamurah #jualsewatenda #jualsewatendamurah #tendamembran #tendahanggar #tendasarnafil #tendabazar #tendakerucut #tendagudang #tendajualan #tendadarurat #tendavaksin #tendaevent #tendaroder #tendapabrik #tendacafe #tendajabodetabek #tendatangerang #tendabogor #tendalaris #tendakerucut #tendapameran #tendakarnaval #tendavaksinasi #tendakerucut #tenda #jualtenda #jualtendajakarta
https://tendagudangjakarta.blogspot.com/