Mengenal tanaman teh




MENGENAL TANAMAN TEH


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG
Tanaman perkebunan merupakan penghasil devisa dari sektor non migas yang penting bagi Indonesia. Pada saat ini pengembangannya terus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap komoditi minyak dan gas bumi. Menurut data Pusat Statistik pada tahun 1994 76,0% penerimaan devisa negara berasal dari sektor non migas. Salah satu usaha pemerintah dalam meningkatkan ekspor non migas adalah dengan mengembangkan industri yang berbasis pada bahan baku hasil pertanian. Upaya untuk meningkatkan ekspor non migas ini sangat penting bagi pemasukan devisa negara, selain itu juga untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan memperluas kesempatan kerja.
Teh merupakan salah satu sektor non migas yang dikembangkan di Indonesia, karena teh merupakan komoditi hasil pertanian penghasil devisa terbesar kelima dari subsektor perkebunan setelah  karet, kelapa, kopi dan cokelat. Teh tanpa merek atau generik adalah komoditi yang paling banyak di ekspor oleh Indonesia. Pada tahun 1993, nilai ekspor komoditi teh sebesar US$ 155 696 000. Disamping sebagai sumber devisa, teh merupakan salah satu contoh komoditi perkebunan yang pengusahaanya dapat memenuhi dua pasal Tri Dharma Perkebunan lainnya yaitu memelihara atau menambah lapangan pekerjaan bagi warga negara Indonesia, dan memelihara kekayaan alam berupa pemeliharaan dan peningkatan kesuburan tanah dan tanamannya.
Teh atau yang mempunyai nama latin Camellia sinensis (L) merupakan jenis tanaman yang tumbuh baik di dataran tinggi. Bagian yang paling banyak dimanfaatkan dari tanaman teh adalah bagian daunya. Senyawa utama yang dikandung daun teh adalah katekin, yaitu suatu zat mirip tanin terkondensasi disebut juga polifenol karena banyaknya gugus fungsi hidroksil yang dimilikinya. Teh mengandung alkaloid kafein yang bersama-sama dengan polifenol teh akan membentuk rasa yang menyegarkan. Selain memiliki rasa yang menyegarkan, kandungan teh pun mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan. Manfaat teh antara lain adalah sebagai antioksidan, memperbaiki sel-sel yang rusak, menghaluskan kulit, melangsingkan tubuh, mencegah kanker, mencegah penyakit jantung, mengurangi kolesterol dalam darah, melancarkan sirkulasi darah.
Pengolahan teh dikelompokkan menjadi empat, yaitu teh putih (white tea), teh hijau (green tea), teh hitam (black tea/red tea), dan teh oolong. Proses pengolahan dan analisa mutu merupakan hal penting untuk  menentukan tingkat kualitas teh. Kualitas teh dapat ditentukan dari daun teh yang dipetik, semakin muda daun teh maka mutu yang dihasilkan akan semakin baik, begitu sebaliknya. Perbedaan umur daun teh ini juga menentukan kandungan senyawa polifenol pada daun teh, yang akan berpengaruh juga pada rasa, aroma, dan warna. Identifikasi dan pengendalian mutu teh sebagai bahan utama suatu produk  merupakan syarat mutlak agar dihasilkan produk yang berkualitas baik.




















BAB 2
PEMBAHASAN

2.1.             SEJARAH TEH
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban manusia. Penanaman botani tanaman ini memiliki sejarah sendiri.
Dalam buku Species Plantarum, menamakan tanaman ini sebagai Thea sinensis. Kemudian, selama bertahun-tahun, diperkenalkan dua nama ilmiah oleh para ahli botani, yaitu Camellia thea di India dan Sri Lanka dan Cohen Stuart dari Indonesia menggunakan nama Camellia theiufera. Tetapi sekarang terdapat ke-seragaman nama ilmiah untuk tanaman ini yaitu Camellia sinensis (L) yang di-perkenalkan oleh O. Kuntze (Eden, 1956). Tanaman teh termasuk marga (genus) Camelia dari famili Theaceae.
Menurut Graham (1984), tanaman teh (Camellia sinensis)diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi               : Spermatophyta 
Sub divisi        : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledoneae
Sub Kelas        : Dialypetalae
Ordo                : Clusiales
Familia            : Theaceae
Genus              : Camellia
Spesies            : Camellia sinensis
Tanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684. Untuk mengetahui daerah asal dan penyebaran teh, serta perkembangan teh di Indonesia. Daerah asal dan penyebaran tanaman teh berasal dari daerah subtropis yang terletak pada 25° — 35° Lintang Utara dan 95° — 105° Bujur Timur, terutama terpusat pada kawasan antara 29° Lintang Utara dan 98° Bujur Timur. Daerah ini berada pada wilayah miring berbentuk kipas, terletak di antara pegunungan-pegunungan Naga, Manipuri, dan Lushai di sepanjang perbatasan Assam-Burma di ujung barat, membentang melalui wilayah Cina sampai propinsi Chekiang di ujung timur, dan kearah selatan melalui pegunungan-pegunungan di Birma (sekarang Myanmar), Thailand, terus ke Vietnam.
Orang Cina sejak 2737 tahun sebelum Masehi telah menggunakan teh sebagai minuman, tetapi di Jepang, teh barn pertama kali ditanam tahun 800 Masehi. Kebiasaan menggunakan teh dalam upacara-upacara tradisional di kedua negara ini masih dilaksanakan hingga saat ini. Pada abad ke-6 Masehi, orang-orang Cina telah memperdagangkan teh dengan Turki, tetapi komoditi ini barn masuk ke Eropa pada awal abad ke-17. Sejarah masuk dan menyebarnya komoditi teh berlangsung sebagai berikut. Tahun 1610, pedagang-pedagang Belanda mengambil komoditi teh dari Cina bagian selatan. Tahun 1660, orang Inggris, terutama penduduk kota London, mulai mengenal minuman teh. Sejak orang Belanda membawa masuk teh ke Eropa, dengan cepat penduduk benua ini menyukai minuman teh tersebut. Tahun 1773, penduduk benua Amerika mulai pula mengenal teh. Kemudian dengan pesat komoditi ini menjadi bahan perdagangan yang penting, terutama di wilayah Amerika bagian utara.
Di Afrika, penanaman teh dimulai tahun 1850 dan di Rusia, tahun 1913.
Tanaman teh secara komersial ditanam di beberapa negara yang beriklim panas dan lembap atau bermusim panas yang lembap, dengan musim dingin yang tidak terlalu dingin dan kering yang membentang mulai dari Georgia (bekas Uni Soviet) pada 43° Lintang Utara sampai ke
Corrientes pada 27° Lintang Selatan di Argentina. Perkembangan teh di Indonesia sebelum Indonesia merdeka tanaman teh masuk pertama kali ke Indonesia pada tahun 1684, berupa biji teh dari Jepang yang dibawa oleh orang Jerman bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn mengatakan bahwa telah melihat perdu teh muda yang berasal dari Cina tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Camphuys, di Jakarta.
Tahun 1826, didatangkan lagi biji teh dari Jepang dan ditanam di Kebun Raya Bogor, dan pada tahun 1827, ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut. Berhasilnya penanaman dalam luasan yang lebih besar di Wanayasa (Purwakarta) dan di Raung (Banyuwangi) membuka jalan bagi Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson, seorang ahli teh. untuk membuka landasan bagi usaha perkebunan teh di Jawa. Pada tahun 1828, di kedua daerah tersebut terdapat ± 180 hektar tanaman teh dengan produksi sekitar 8.000 kg teh kering.
Tahun 1835, Indonesia untuk pertama kalinya mengekspor teh kering ke Amsterdam. Tahun 1866, semua perusahaan perkebunan yang semula dimiliki pemerintah dijual kepada perusahaan perkebunan swasta.
Tahun 1870 Undang-Undang Agraria (Agrarische Wet) mulai berlaku. Berdasarkan undang-undang ini, pengusaha swasta dapat menyewa tanah negara yang cukup luas untuk jangka waktu yang cukup panjang yaitu 75 tahun. Kesempatan ini mendorong para pengusaha swasta untuk menanamkan modalnya pada usaha perkebunan, termasuk perkebunan teh. Tahun 1877, diperkenalkan jenis teh baru yaitu teh Assam dari Sri Lanka (Ceylon) yang ditanam pertama kali oleh Kerkhoven di Kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya jenis teh ini, yang kemudian terbukti tumbuh dengan baik, secara berangsur tanaman teh Cina diganti dengan teh Assam, dan sejak itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas. Pada tahun 1910, mulai dibangun perkebunan teh di daerah Simalungun, Sumatera Utara. Demikian pula di Jawa berdiri perkebunan-perkebunan teh, terutama di Jawa Barat yang keadaan iklim dan tanahnya lebih cocok bagi tanaman teh.
Industri teh di Indonesia mengalami pasang surut sejalan dengan perkembangan situasi pasar dunia maupun keadaan di Indonesia sendiri. Pada tahun 1941. luas perkebunan teh di Indonesia adalah sekitar 200.000 ha yang terdiri dari perusahaan perkebunan besar seluas 125.000 ha dan perkebunan teh rakyat 75.000 ha, dengan jumlah total perkebunan sebanyak 299 buah. Pada masa pendudukan Jepang (1942-1945), banyak areal kebun teh yang dikonversikan ke tanaman pangan. Tidak sedikit pula kebun-kebun teh yang terlantar dan mengalami kerusakan. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. kebun-kebun teh yang umumnya masih diusahakan oleh perusahaan milik Belanda, menghadapi berbagai kendala dalam pengusahaannya.
Setelah Indonesia merdeka. Pada tahun 1958, dilakukan pengambilalihan perkebunan teh milik perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris oleh pemerintah Indonesia. Selanjutnya, secara bertahap dilaksanakan usaha rehabilitasi terhadap perkebunan teh yang telah menjadi milik negara tersebut. Selama Pembangunan Lima Tahun, luas areal maupun produksi terus meningkat. Pada tahun 1976, tercatat luas areal 97.725 ha dengan produksi 72.144 ton dan tahun 1984, tercapai luas areal 115.879 ha dengan produksi 127.287 ton. Data tahun 1990 menunjukkan luas perkebunan teh di Indonesia sebesar 129.500 ha, yang terdiri dari perkebunan milik negara (PT Perkebunan Negara) 49.800 ha, perkebunan besar swasta 27.700 ha, dan perkebunan rakyat 52.000 ha.
Perkebunan-perkebunan tersebut tersebar di pulau Jawa, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu. Sumatera Selatan. Kemudian dibuka pula perkebunan teh di Kalimantan dan Sulawesi. Sebagai gambaran keadaan komoditi teh di Indonesia, luas areal, produksi, dan ekspor teh Indonesia pada PelitaI—VI. Dalam perkembangannya sebagai produsen teh, dewasa ini secara nasional perusahaan perkebunan teh di Indonesia tergabung dalam Asosiasi Teh Indonesia, dan secara internasional, Indonesia telah menjadi anggota berbagai organisasi teh internasional, seperti: United States Tea Council (Amerika Serikat), United Kingdom Tea Council (Inggris), Australian Tea Council (Australia), International Tea Promotion di Geneva, dan Interna¬tional Tea Committee di Inggris.
Untuk lebih memperkenalkan teh Indonesia kepada para konsumen, Indonesia telah memanfaatkan kegiatan-kegiatan promosi di luar negeri dan berusaha mencari daerah pasaran baru. Negara-negara Timur Tengah, terutama negara-negara kawasan Teluk Persia dan Arab Saudi dewasa ini telah menjadi daerah pasaran baru bagi teh Indonesia. Untuk menunjang tujuan jangka panjang, sebagai negara pengekspor teh, Indonesia telah melaksanakan tindakan-tindakan perbaikan, baik dalam pengelolaan budi daya, panen dan pascapanen, prosesing (diversifikasi hasil dan peningkatan kualitas), sistem pemasaran, maupun usaha-usaha penelitian. Usaha ini sangat menunjang perkembangan komoditi teh.
Iklim untuk budidaya teh yang tepat yaitu dengan curah hujan tidak kurang dari 2.000 mm/tahun. Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25oC.Kelembaban kurang dari 70%. Untuk media tanamnya jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andasol, Regosol, dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol, dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, dan gembur. Derajat kesamaan tanah (pH) berkisar antara 4,5 sampai 6,0. Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi tiga daerah yaitu dataran rendah sampai 800 m dpl, da-taran sedang 800-1.200 m dpl, dan dataran tinggi lebih dari 1.200 m dpl. Per-bedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh. Ketinggian tempat tergantung dari klon, teh dapat tumbuh di dataran rendah pada 100 m dpl sampai ketinggian lebih dari 1000 m dpl (Setyamidjadja, 2000).
2.2.            PRODUKSI (BUDIDAYA) TEH

Syarat Tumbuh
1.      Iklim
-          Curah hujan sebaiknya tidak kurang dari 2.000 mm/tahun.
-          Tanaman memerlukan matahari yang cerah. Tanaman teh tidak tahan kekeringan.
-          Suhu udara harian tanaman teh adalah 13-25 oC.
-          Kelembaban udara kurang dari 70%.
2.      Media Tanam
-          Jenis tanah yang cocok untuk teh adalah Andosol, Regosol dan Latosol. Namun teh juga dapat dibudidayakan di tanah Podsolik (Ultisol), Gley Humik, Litosol dan Aluvia. Teh menyukai tanah dengan lapisan atas yang tebal, struktur remah, berlempung sampai berdebu, gembur.
-          Derajat keasaman tanah (pH) berkisar antara 4,5-6,0.
-          Berdasarkan ketinggian tempat, kebun teh di Indonesia dibagi menjadi 2 daerh yaitu: (1) dataran rendah: sampai 800 m dpl; (2) dataran sedang: 800-1.200 m dpl; dan (3) dataran tinggi: lebih dari 1.200 meter dpl. Perbedaan ketinggian tempat menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan kualitas teh.
3.      Ketinggian Tempat
Tanaman teh di Indonesia hanya ditanam di dataran tinggi. Daerah pertanaman ini umumnya terletak pada ketinggian lebih dari 400 meter di atas permukaan laut. Ada kaitan erat antara tinggi tempat (elevasi) dengan suhu, yaitu makin rendah elevasi, suhu udara makin tinggi. Untuk mengatasi hal ini, pertanaman teh di daerah rendah memerlukan bantuan pohon pelindung yang dapat mengurangi intensitas sinar matahari, sehingga dapat sedikit menurunkan suhu.
Di Indonesia, pertanaman teh dilakukan pada ketinggian antara 400 meter sampai 1200 meter di atas permukaan laut (mdpl), sehingga daerah pertanaman teh dapat dibagi menjadi tiga daerah berdasarkan ketinggian tempat yaitu:
Daerah dataran rendah  : 400 sampai 800 m (dpl), dengan suhu mencapai 23oC-24oC.
Daerah dataran sedang  : 800 sampai 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai 21oC-22oC.
Daerah dataran tinggi    : di atas 1200 m (dpl), dengan suhu mencapai 18oC-19oC.
Perkebunan teh yang terletak pada ketinggian di atas 1500 meter dpl, sering mengalami kerusakan karena terjadinya embun beku (night frost) pada bulan terkering di musim kemarau. Perbedaan ketinggian tempat yang menyebabkan perbedaan suhu, mempengaruhi sifat pertumbuhan perdu teh, karena perbedaan sifat pertumbuhan tersebut, maka terdapat perbedaan mutu dari teh jadi. Teh produksi dataran tinggi mempunyai aroma yang lebih baik daripada teh produksi dataran rendah (Setyamidjaja, 2000).

Pembibitan

Tanaman diperbanyak dengan biji atau stek daun. Dari segi produksi, sebaiknya tanaman diperbanyak dengan stek daun.
a.       Persyaratan benih
Diambil dari kebun biji, berupa biji jatuhan, tidak terserang kepik biji dan besar. Biji disimpan di dalam kaleng yang ditutup rapat dengan kelembaban 35-38% dan segera disemaikan setelah dipungut.
b.      Perkecambahan dalam badengan:
·         Pasir setebal biji teh dihamparkan pada kotak papan 1 x 2 m.
·         Taburkan benih di atas hamparan pasir.
·         Hamparkan kembali pasir di atas benih.
·         Lakukan kembali langkah b dan c sampai didapat tumpukan pasir-benih sebanyak 3 tumpuk.
·         Tutup bagian atas tumpukan dengan karung goni basah.
·         Naungi bedengan dengan daun kering.
·         Setelah 1 minggu, biji yang retak atau berkecambah ditanamkan pada bedengan atau polibag.
c.       Penanaman bibit
-          Di Bedengan: tanah untuk persemaian di bedengan harus gembur dan subur, jarak tanam kecambah teh 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm, kecambah dibenamkan, ditimbun tanah dengan ketebalam 0,5-1 cm (setebal benih) dan ditutupi dengan potongan daun guatemala, atau alang-alang. Bedengan dinaungi dengan naungan individu.
-          Di polibag dengan ukuran 12 x 25 cm dengan media dan cara penanaman yang sama. Setelah itu polibag berisi kecambah diletakkan di dalam bedengan yang dinaungi.
-          Pemeliharaan meliputi penyemprotan fungisida Dithane M-45 0,2% dan insektisida Demicron 0,2%. Penyiraman teratur agar tidak kekeringan, pemupukan 2-3 bulan setelah tanam dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/10 liter.
-          Bibit di polibag dipindahtanamkan pada umur 10-12 bulan, bibit di bedengan dipindahkan ke kebun pada umur 1 tahun (puteran) dan 2-3 tahun (stump)
d.      Pembibitan Stek Daun
            Stek ditanam di dalam polibag berisi media tanah. Polibag ini disusun di dalam bedengan yang terletak di dalam naungan pembibitan.
-          Bahan tanaman
a.       Ranting stek diambil berumur 4-5 bulan setelah pangkas, mulai berkayu dan berwarna coklat. Posisi ranting stek (stekres) tegak lurus (vertikal).
b.      Stekres berasal dari induk yang ditanam di kebun induk (Multiplication plant, MP).
c.       Panjang tangkai stek 3-4 cm dipotong miring 45o ke arah luar dan memiliki 1 helai daun.
d.      Jumlah stek dari stekres antara 2-5 stek/stekres diambil dari batas pangkal ranting yang berwarna coklat sampai daun ke tiga dari peko (pucuk/tunas yang sedang tumbuh aktif).
e.       Stek direndam di dalam larutan Dithane M-45 15-25 gram/liter selama 1-2 menit.
-          Media stek
a.       Struktur tanah gembur, sedikit berliat, pH 4,5-5,5, bebas nematoda dan sisa akar/tanaman.
b.      Diperlukan dua macam tanah: 2/3-3/4 bagian lapisan tanah atas (top soil) untuk mengisi bagian bawah polibag ukuran 12×25 cm; 1/4-1/3 bagian lapisan tanah bawah (sub soil) untuk mengisi bagian atas polibag. Sebelumnya tanah disaring dengan saringan 1-2 cm.
c.       Tanah difumigasi Dithane M-45 dengan dosis 300-400 gram/m3 tanah. Dithane dicampur merata pada tanah saat dimasukkan ke polibag.
d.      Jika pH tanah terlalu tinggi, keasaman ditingkatkan dengan tawa sebanyak 1/2-1 kg/m3 tanah bersama dengan pemberian Dithane M-45.
e.       Pemupukan dasar Hanya diberikan pada tanah lapisan atas: SP-36 dan KCl masing-masing sebanyak 500 gram/m3 tanah.
f.       Pengisian tanah ke polybag.
g.      Penanaman stek
h.      Pembuatan naungan pembibitan. Ukuran naungan pembibitan adalah 3 x 2,5 m atau 4,5-2,5 m dengan tinggi 2 m. Setengah bedengan terbuat dari bilik dan bagian atasnya ditutup jarang dengan wide. Pasang reng bambu di bagian atas bangunan ini dan tutup dengan rerumputan sehingga cahaya matahari yang masuk sekitar 25%  pada 3-4 bulan pertama. Lebar bedengan 90-100 cm, tinggi 15 cm dan panjang sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan. Rangka sungkup terbuat plastik dengan tinggi lengkungan 60-70 cm.
-          Pemeliharaan Pembibitan
a.       Pengaturan intensitas matahari
b.      0-3 bulan: 25-30%, naungan tertutup seluruhnya.
c.       4-5 bulan: 30-40%, atap diperjarang.
d.      6-7 bulan: 50-75%, atap lebih diper jarang lagi.
e.       7-12 bulan: 90-100%, atap diperjarang.
f.       > 1 tahun: 90-100%, atap terbuka sampai dibuka.
g.      Penyiraman dilakukan bila perlu.
h.      Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 4 bulan dengan pupuk daun Bayfolan 15 cc/15 liter air atau larutan urea 10-20 gram/liter, 1-2 minggu sekali. Pengendalian hama penyakit: Menutup sungkup segera bila ada serangan, menyemprot Dihane M-45 atau Cobox pada dosis 0,1-0,2%. Seleksi bibit dilakukan pada umur 6 bulan.

Pengolahan Media Tanam

Persiapan
·         Persiapan lahan
Lahan baru merupakan konversi dari hutan, semak atau lahan pertanian lain, maka perlu dilakukan survey dan pemetaan tanah yang datanya akan menunjang pembuatan peta kebun dan perlengkapannya, pembuatan fasilitas air dan juga jalan.
-          Pembongkaran pohon dan tanggul. Pohon dibongkar sampai akarnya dengan menggunakan takel berkekuatan 3-5 ton, atau dimatikan dulu dengan arborisida sebelum dibongkar.
-          Pembersihan lahan (babad) di musim kemarau. Dilakukan setelah pembongkaran selesai, sampah dibuang ke tempat yang tidak ditanami teh dan jangan dibakar.
-          Pembersihan gulma (nyasap) di musim kemarau. Tanah diolah dengan cangkul sedalam 5-10 cm untuk membersihkan gulma.
-          Pengolahan tanah
a.      Tanah dicangkul sedalam 60 cm sampai gembur dan biarkan 2-3 minggu.
b.      Olah kembali sedalam 40 cm.
c.       Lakukan pengukuran dan pematokan sehingga terbentuk petakan 20 x 20 m.
-     Pembuatan jalan dengan lebar jalan kebun cukup 1 meter.
-     Pembuatan selokan drainase menurut kemiringan dan letak jalan kebun.

Pembukaan Lahan
Lahan yang digunakan terdiri atas lahan tempat tumbuh tanaman teh tua yang populasinya masih cukup banyak 30-50%.
a.       Pembongkaran pohon pelindung, pohon dibongkar bersama akarnya.
b.      Pembongkaran tanaman teh tua. Untuk lahan yang landai dapat dilakukan dengan pencabutan dengan tekel, tetapi jika kemiringan > 30% perdu dimatikan dengan bahan kimia arborisida
c.       Sanitasi lahan. Untuk menghindari penyakit cendawan akar yang berasal dari tanaman tua dilakukan penanaman rumput Guatemala selama 2 tahun atau Fumigasi dengan metil bromil sebanyak 0,25 kg/10 m2 lahan. Tutup lahan dengan lembaran plastik dan alirkan fumigan, biarkan 2 minggu. Lahan dikeringanginkan 2 minggu.
d.      Pengolahan tanah. Untuk lahan yang perdu tehnya dicabut, lahan diolah dengan cara seperti 3.2.1., tetapi jika digunakan arborisda untuk mematikan perdu, tanah tidak perlu diolah cukup diratakan.




Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanam
Sebelum dibuat lubang tanam, lahan diajir sesuai dengan jarak tanam yang akan dipakai.
-          Datar s/d 15%: jarak tanam 120 x 90 cm; jumlah 9.260 pohon; penanaman baris tunggal lurus
-          15-30%: jarak tanam 120 x 75 cm; jumlah 11.110 pohon; penanaman baris tunggal lurus
-          > 30%: jarak tanam 120 x 60 cm; jumlah 13.888 pohon; penanaman sesuai kontur
-          Batas tertentu: jarak tanam 120 x 60 x 60 cm; jumlah 18.500 pohon; penanaman baris berganda

Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat 1 sampai 2 minggu sebelum penanaman. Lubang tanam dibuat tepat di tengah-tengah diantara dua ajir. Ukuran lubang tanam adalah:
         Untuk bibit asal stump biji: 30 cm x 30 cm x 40 cm
         Untuk bibit stek dalam kantong plastik: 20 cm x 20 cm x 40 cm.
Pembuatan lubang tanam ini dilakukan setelah turun hujan yang pertama (awal musim hujan). Dengan dibiarkan terbuka selama beberapa minggu, diharapkan dapat memperbaiki sifat fisika dan kimia tanah, karena selama itu lubang terkena sinar matahari secara langsung (Setyamidjaja, 2000).

Penanaman

1.      Pemberian pupuk dasar
            Penyediaan unsur-unsur hara terutama fosfat bagi tanaman yang baru ditanam, pada lubang perlu diberikan pupuk dasar. Pemupukan dasar yang dianjurkan terdiri atas 12,5 g Urea + 5 g TSP + 5 g KCl per lubang tanam. apabila pH tanah di atas 6, ke dalam lubang diberikan belerang murni (belerang cirrus) sebanyak 10 g – 15 g tiap lubang.
2.      Cara menanam
a.       Menanam bibit stump
Bibit stump biasanya ditanam pada umur 2 tahun. Bibit ditanam dengan cara dimasukkan ke dalam lubang tanam, persis di tengah-tengah lubang dengan leher akar tepat d permukaan tanah. Lubang ditimbun dan dipadatkan dengan diinjak. Bibit tidak boleh miring, dan tanah disekitar lubang tanam diratakan.
b.      Menanam bibit asal setek
      Mula-mula kantong plastik disobek dibagian bawahnya, kemudian bagian samping juga disobek dari atas ke bawah sampai bertemu dengan sobekan pada bagian bawah. Ujung kantong plastik bagian bawah yang telah sobek ditarik ke atas sehingga bagian bawah kantong plastik terbuka. Bibit dipegang dengan tangan kiri, disangga dengan belahan bamboo, kemudian dimasukkan ke lubang, sementara tangan kanan menimbun lubang dengan tanah yang berada di sekitar lubang dengan menggunakan kored.
      Setelah tanah penuh menutup bagian akar bibit, belahan bamboo dan kantong plastik ditarik dengan hati-hati ke luar dari lubang tanam. plastik disimpan pada ujung ajir yang berbeda di sebelahnya. Kemudian tanah disekitar bibit dipadatkan dengan cara diinjak. Selesai menanam, tanah sekitar dibuang diratakan agar tidak Nampak cekung atau cembung (Setyamidjaja, 2000).
      Tanaman pelindung sementara dan tetap sangat diperlukan jika teh ditanam di dataran rendah. Tanaman pelindung sementara adalah Crotalaria sp.dan Tephrosis sp. yang ditanam di antara 2 barisan tanaman teh. Penanaman dilakukan dengan biji setelah teh ditanam. Tanaman pelindung tetap ditanam jika pelindung sementara sudah tidak bisa dipertahankan (2-3 tahun). Tanaman pelindung tetap ditanam 1 tahun sebelum teh ditanam berupa Albizia falcata, A. sumatrana, A. procera, A. chinensis, Leucaena glabrata, L. glauca, Erythrina subumbrans, Gliricida maculata, Acacia decurens.

Pemeliharaan

1.      Pemupukan
Untuk memenuhi kebutuhan tanaman akan hara, pemupukan pada budidaya teh organik menggunakan pupuk organik dapat berupa:  
-          Sampah pangkasan;
-          Sisa tumbuhan dan hewan dari lahan yang sama atau lahan yang lain;
-          Kompos atau bokasi;
-          Sampah organik rumah tangga, kota dan pasar; limbah sampah organik pabrik;
-          Limbah sampah peternakan; dan
-          Tanaman khusus penghasil bahan organik (pupuk hijau, pohon pelindung dan lain-lain).
Selain itu pupuk hijau berguna untuk mempertahankan dan meningkatkan bahan organik tanah yang selanjutnya dapat meningkatkan nitrogen. Pupuk hijau merupakan bentuk khusus daur ulang organik, yaitu :
-          Pupuk hijau dapat dikumpulkan dari daun, cabang, ranting dan rumput yang diangkut ke lapangan untuk disebarkan sebagai mulsa di atas tanah atau dibenam dalam tanah.
-          Pupuk hijau dapat juga ditanam di lapangan dan dibenam selama bera atau sebelum penanaman tanaman utama.
-          Pupuk hijau dapat ditanam secara tumpang sari (intercrop) sebagai mulsa hidup untuk tanaman utama.
-          Pupuk hijau dapat ditanam sebagai alley cropping, pohon atau perdu pupuk hijau ditanam sebagai pagar berjarak beberapa meter dan di antaranya (alley) dapat ditanami tanaman utama.

2.      Pembentukan Bidang Petik
a.       Cara Pemenggalan (centering)
Cara ini dilakukan pada bahan tanaman/bibit asal setek yang ditanam dalam bekong.
Pelaksanaan centering adalah sebagai berikut :
-          Setelah bibit ditanam dilapang dan telah menunjukkan pertumbuhan, yaitu kira-kira berumur 4-6 bulan, batang utama di centering setinggi 15-20 cm dengan meninggalkan minimal 5 lembar daun. Apabila pada ketinggian tersebut tidak ada daun maka centering dilakukan lebih tinggi lagi.
-          Kemudian setelah cabang baru tumbuh setinggi 50-60 cm, yaitu kira-kira 6-9 bulan setelah centering dan terdapat cabang yang tumbuh kuat ke atas, maka perlu dipotong (decentering) pada ketinggian 30 cm untuk memacu pertumbuhan ke samping/melebar.
-          Tiga sampai enam bulan kemudian, jika percabangan baru telah tumbuh mencapai ketinggian 60-70 cm, dilakukan pemangkasan selektif bagi cabang (selective cut cross) dibiarkan selama 3-6 bulan, kemudian dijendang (tipping) pada ketinggian 60-65 cm atau 15-20 cm dari bidang pangkas.
b.      Cara Perundukan (bending)
Bending adalah suatu cara pembentukan bidang petik dengan melengkungkan batang utama dan cabang-cabang sekunder tanpa mengurangi bagian-bagian tanaman agar merangsang pertumbuhan tunas pada bagian tersebut. Pelaksanaan bending adalah sebagai berikut :
-          Setelah bibit dipindahkan ke lapangan dan menunjukkan pertumbuhan (4-6 bulan), batang utama dilengkungkan (dirundukkan) dengan membentuk sudut 450 dari permukaan tanah. Untuk melengkungkan batang atau cabang dipergunakan tali bambu, cagak kayu dan lain-lain.
-          Kira-kira 6 bulan setelah bending I, tunas-tunas sekunder telah mencapai panjang 40-50 cm dan dilakukan bending II dengan arah menyebar ke segala arah. Pada umumnya tunas sekunder mempunyai kecepatan tumbuh yang berbeda-beda, sehingga bending dilakukan 2-3 kali sampai cabang menutup ke segala arah.
-          Cabang yang tumbuh kuat ke atas setelah bending II dipotong setinggi 30 cm.
-          Tunas-tunas yang tumbuh setelah bending II (kecuali yang tumbuh kuat ke atas) dibiarkan sampai mencapai ketinggian 60-70 cm (6-9 bulan setelah bending II), kemudian di cut cross/dipangkas setinggi 45 cm.
3.      Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a.       Pangkasan pada daerah dataran sedang (800-1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun-daun serta membiarkan 1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul).
b.      Pangkasan pada daerah dataran tinggi (> 1.200 dpl), tinggi pangkasan 50–60 cm dengan membersihkan cabang-cabang kecil dan daun (pangkasan bersih), serta membiarkan  1–2 cabang berdaun (pangkasan jambul) terutama pada tanaman muda yang ber­umur kurang dari 10 tahun. Tinggi pangkasan bagi kebun produktif berkisar antara 40-70 cm. Tinggi pangkasan yang lebih rendah dari 40 cm akan menyebabkan percabangan yang terbentuk menjadi terlalu rendah, sehingga akan menyulitkan pemetik dalam melaksanakan pemetikan. Sebaliknya jika lebih tinggi dari 70 cm akan menyulitkan dalam pelaksanaan. Setelah pemangkasan perlu diikuti dengan perlakuan gosok lumut dan pengolahan tanah dengan cara garpu rengat.

4.      Pengendalian hama dan penyakit
a.       Hama
1.      Helopeltis antonii
Serangga dewasa seperti nyamuk, menyerang daun teh dan ranting muda. Bagian yang diserang berbercak coklat kehitaman dan mengering. Serangan pada ranting dapat menyebabkan kanker cabang. Pengendalian: pemetikan dengan daur petik 7 hari, pemupukan berimbang, sanitasi, mekanis, predator Hierodula dan Tenodera, Insektisida nthio 330 EC, Carbavin 85 WP, Mitac 200 EC.
2.      Ulat jengkal (Hyposidra talaca, Ectropis bhurmitra, Biston suppressaria)
Ulat berwarna hitam atau coklat bergaris putih, menyerang daun muda, pucuk dan daun tua, serangan dapat di kebun atau persemaian. Daun yang diserang bergigi/berlubang. Pengendalian: membersihkan serasah dan gulma, pemupukan berimbang dan insektisida Lannate 35 WP, Lannate L.
3.      Ulat penggulung daun (Homona aoffearia)
Ulat berukuran 1-2,5 cm menyerang daun teh muda dan tua. Daun tergulung dan terlipat. Pengendalian: cara mekanis, melepas musuh hayati seperti Macrocentrus homonae, Elasmus homonae, insektisida Ripcord 5 EC.
4.      Ulat penggulung pucuk (Cydia  leucostoma)
Ulat berukuran 2-3 cm berada di dalam gulungan pucuk teh. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas musuh alami Apanteles dan insektisida Bayrusil 250 EC, Dicarbam 85 S, Sevin 85S.
5.      Ulat api (Setora nitens, Parasa  lepida,  Thosea)
Ulat berbulu menyerang daun muda dan tua, tanaman menjadi berlubang. Pengendalian: cara mekanis, hayati dengan melepas parasit dan insektisida Ripcord 5 EC dan Lannate L.
6.      Tungau    jingga   (Brevipalpus     phoenicis)
Berukuran 0,2 mm berwarna jingga, menyerang daun teh tua di bagian permukaan bawah. Terdapat bercak kecil pada pangkal daun, tungau membentuk koloni di pangkal daun, Lalu serangan menuju ujung daun, daun mengering dan rontok. Pengendalian: (1) cara mekanis, pengendalian gulma, pemupukan berimbang, predator Amblyseius, (2) insektisda Dicofan 460 EC, Gusadrin 150 WSC, Kelthane 200 EC, Omite 570 EC.
b.      Penyakit
1.      Cacar teh
Penyebab: jamur Exobasidium vexans. Menyerang daun dan ranting muda. Gejala: bintik-bintik kecil tembus cahaya dengan diameter 0,25 mm, pada stadium lanjut pusat bercak menjadi coklat dan terlepas sehingga daun bolong. Pengendalian: mengurangi pohon pelindung, pemangkasan sejajar permukaan tanah, pemetikan dengan daur pendek (9 hari), penanaman klon tanah cacar PS 1, RB 1, Gmb1, Gmb 2, Gmb 3, Gmb 4, Gmb 5, fungisida.
2.      Busuk daun
Penyebab: jamur Cylindrocladum scoparium. Gejala: daun induk berbercak coklat dimulai dari ujung/ketiak daun, daun rontok, setek akan mati. Pengendalian: mencelupkan stek ke dalam fungisida. Jika persemaian terserang semprotkan benomyl 0,2%.
3.      Mati ujung pada bidang petik
Penyebab: jamur Pestalotia tehae. Sering menyerang klon TRI 2024. Gejala: bekas petikan berbercak coklat dan meluas ke bawah dan mengering, pucuk baru tidak terbentuk. Pengendalian: pemupukan tepat waktu, pemetikan tidak terlalu berat, fungisida yang mengandung tembaga.
4.      Penyakit akar merah anggur
Di dataran rendah 900 meter dpl terutama tanah Latosol. Penularan melalui kontak akar. Penyebab: jamur Ganoderma pseudoferreum. Gejala: tanaman menguning, layu, mati. Pengendalian: membongkar dan membakar teh yang sakit, menggali selokan sedalam 60-100 cm di sekeliling tanaman sehat, fumigasi metil bromida atau Vapam.
5.      Penyakit akar merah bata
Penyebab: jamur Proria hypolatertia. Di dataran tinggi 1.000-1.500 meter dpl. Ditularkan melalui kontak akar, Gejala: sama dengan penyakit akar merah anggur. Pengendalian: sama dengan penyakit akar merah anggur.


6.      Penyakit akar hitam
Penyebab: jamur Rosellinia arcuata di daerah 1.500 meter dpl dan R. bunodes di daerah 1.000 meter dpl. Gejala: daun layu, menguning, rontok dan tanaman mati, terdapat benang hitam di bagian akar, di permukaan kayu akar terdapat benang putih (R. arcuata) atau hitam (R. bunodes). Pengendalian: sama dengan penyakit akar umumnya.

Pemetikan adalah pemungutan hasil pucuk tanaman teh yang memenuhi syarat-syarat pengolahan. Pemetikan berfungsi pula sebagi usaha membentuk kondisi tanaman agar mampu berproduksi tinggi secara berkesinambungan. Panjang pendeknya periode pemetikan ditentukan oleh umur dan kecepatan pembentukan tunas, ketinggian tempat, iklim dan kesehatan tanaman. Umumnya tanaman teh mulai dipetik daunnya secara terus menerus setelah umur 5 tahun dan dapat memberi hasil daun teh cukup besar selama kurang lebih 40 tahun. Di Indonesia perkebunan teh banyak ditemukan di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan. Hasil teh diperoleh dari daun-daun pucuk tanaman yang dipetik setiap selang 7 hari .
 Teh hijau Jepang dipanen dengan frekuensi yang lebih lama yaitu  55 hari sekali. Di samping faktor luar dan dalam, kecepatan pertumbuhan tunas baru dipengaruhi oleh daun-daun yang tertinggal pada perdu yang biasa disebut daun pemeliharaan. Tebal lapisan daun pemeliharaan yang optimal adalah 15-20 cm, lebih tebal atau lebih tipis dari ukuran tersebut pertumbuhan akan terhambat. kecepatan pertumbuhan tunas akan mempengaruhi beberapa aspek pemetikan, yaitu: jenis pemetikan, jenis petikan, daur petik, pengaturan areal petikan, pengaturan tenaga petik, dan pelaksanaan pemetikan.
Beberapa istilah perlu diketahui baik dalam pemetikan maupun dalam menentukan rumus-rumus pemetikan. Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:
-          Peko adalah kuncu tunas aktif berbentuk runcing yang terletak pada ujung pucuk, dalam rumus petikan tertulis dengan huruf p.
-          Burung adalah tunas tidak aktif berbentuk titik yang terletak pada ujung pucuk dalam rumus petik tertulis dengan huruf b.
-          Kepel adalah dua daun awal yang keluar dari tunas yang sebelahnya tertutup sisik. Sisik ini segera berguguran apabila daun kepel mulai tumbuh. Mula-mula tumbuh daun kecil berbentuk lonjong, licin, tidak bergerigi, biasa disebut kepel ceuli. Selanjutnya kepel ceuli diikuti oleh pertumbuhan sehelai daun kepel yang lebih besar yang disebut kepel licin. Setelah daun-daun ini terbentuk, baru diikuti oleh pertumbuhan daun yang bergerigi atau normal. Daun kepel ini dalam rumus petikan ditulis dengan huruf k.
-          Daun biasa/normal adalah daun yang tumbuh setelah terbentuk daun-daun kepel, berbentuk dan berukuran normal serta sisinya bergerigi. Dalam rumus petik ditulis dengan angka 1,2,3,4 dan seterusnya tergantung beberapa helai daun yang terdapat pada pucuk tersebut.
-          Daun muda adalah daun yang baru terbentuk tetapi belum terbuka seluruhnya, dan dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf m mengikuti angka (1m, 2m, 3m).
-          Daun tua adalah daun yang berwarna hijau gelap, terasa keras, dan bila dipatahkan berserat. Dalam rumus pemetikan ditulis dengan huruf t mengikuti angka (1t, 2t, 3t).
-          Manjing adalah pucuk yang telah memenuhi syarat sesuai dengan sistem pemetikan yang telah ditentukan.
Macam dan rumus petikan adalah sebagai berikut:
ü  Petikan imperial: bila yang dipetik hanya kuncup peko (p + 0).
ü  Petikan pucuk pentil: bila yang dipetik peko dan satu lembar daun dibawahnya (p + 1m).
ü  Petikan halus: bila yang dipetik peko dengan satu lembar atau dua lembar daun burung dengan satu lembar daun muda (p + 1m, b + 1m).
ü  Petikan medium: bila yang dipetik peko dengan dua lembar atau tiga lembar daun muda dan pucuk burung dengan satu, dua atau tiga lembar daun muda ( p + 2m, p + 3m, b + 1m, b + 2m, b + 3m).
ü  Petikan kasar: bila yang dipetik dengan tiga lembar daun tua atau lebih daun burung dengan satu, dua, tiga lembar daun tua (p + 3, p + 4, b + 1t, b + 2t, b + 3t).
ü  Petikan kepel: bila daun yang ditinggalkan pada perdu hanya kepel (p + n/k, b + n/k).

Jenis pemetikan yang dilakukan selama satu daun pangkas terdiri dari:
ü  Pemetikan jendangan
Pemetikan jendangan ialah pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas, untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi.
ü  Pemetikan produksi
Pemetikan produksi dilakukan terus menerus dengan daur petik tertentu dan jenis petikan tertentu sampai tanaman dipangkas kembali. Pemetikan produksi yang dilakukan menjelang tanaman dipangkas disebut “petikan gendesan”, yaitu memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan (Kartawijaya, 1978).








2.3.            PENGOLAHAN HASIL PRODUKSI TEH

Pengolahan daun teh dimaksudkan untuk mengubah komposisi kimia daun teh segar secara terkendali, sehingga menjadi hasil olahan yang memunculkan sifat-sifat yang dikehendaki pada air seduhannya, seperti warna, rasa, dan aroma yang baik dan disukai. Bahan kimia yang terkandung dalam daun teh terdiri dari empat kelompok yaitu subtansi fenol (catechin dan flavanol), subtansi bukan fenol (pectin, resin. vitamin, dan mineral), subtansi aromatik dan enzim-enzim.
Pengolahan teh adalah metode yang diterapkan pada pucuk daun teh (Camellia sinensis) yang melibatkan beberapa tahapan, termasuk di antaranya pengeringan hingga penyeduhan teh. Jenis-jenis teh dibedakan oleh pengolahan yang dilalui. Di dalam bentuknya yang paling umum, pengolahan teh melibatkan oksidasi terhadap pucuk daun, penghentian oksidasi, pembentukan teh dan pengeringan. Dari tahapan ini, derajat oksidasi memainkan peran penting untuk menentukan rasa teh, dengan perawatan dan pemotongan pucuk daun memengaruhi citarasa juga turut berperan meski cukup kecil.
Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang berbeda-beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki sekumpulan metode yang serupa dengan sedikit variasi:
1.      Pemetikan
Daun teh, yakni satu kuntum dan dua pucuk, dipetik dari semak Camellia sinensis dua kali setahun pada permulaan musim semi dan musim panas atau penghujung musim semi. Pemetikan pada musim gugur atau musim dingin jarang dilakukan, meskipun bisa saja ketika musim memungkinkan. Pemetikan dilakukan dengan tangan ketika kualitas teh menjadi prioritas, atau ketika biaya tenaga pekerja bukan persoalan. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan cara menggenggam sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau penjepitan, karena jika yang terakhir dilakukan akan menurunkan mutu daun. Pemetikan juga dapat dilakukan dengan mesin, meski akan lebih banyak daun yang rusak dan sebagian terbuang. Adalah juga sulit panen teh dengan mesin di lereng gunung di mana teh sering ditanam.
2.      Pelayuan
Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun dan memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi kelembaban. Daun kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat pelayuan.
3.      Pememaran
Untuk mengajukan dan mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan digelindingkan dengan roda berat. Ini juga menghasilkan sedikit jus, yang membantu oksidasi da memperbaiki citarasa teh.
4.      Oksidasi
Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan semula di ruangan tertutup di mana segera mereka menjadi lebih gelap. DI dalam tahap ini klorofil pada daun dipecah secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan dialihbentukkan. Di industri teh, proses ini disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena proses oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu oleh mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk fermentasi). Penghasil teh dapat memilih ketika oksidasi harus dihentikan. Untuk teh oolong oksidasi harus terjadi 5-40%, pada teh oolong yang lebih cerah 60-70%, dan pada teh hitam 100%.
5.      Penghilangan-warna-hijau
Istilah lainnya shāqīng (殺青) dilakukan untuk menghentikan oksidasi daun teh pada jenjang yang diharapkan. Tahapan ini dipunahkan dengan pemanasan sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh. Tradisionalnya, daun teh digongseng atau dikukus, tetapi seiring majunya teknologi, tahapan ini dilakukan dengan pemanggangan di dalam drum yang diputar. Untuk teh hitam, tahap ini dilakukan bersama pengeringan.
6.      Penguningan
Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan pemanasan ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah menguning.
7.      Pembentukan
Tahap berikutnya adalah penggulungan untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya dilakukan dengan menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. Tindakan penggulungan ini juga menyebabkan beberapa pati dan jus dari dalam daun keluar, ini akan memperkaya rasa teh. Lajur teh dapat dibentuk menjadi bentuk lain, misalnya membentuk pola keriting, membentuk pelet, atau digulung serupa bola dan bentuk lain yang diharapkan.
8.      Pengeringan
Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang penjualan. Ini dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur, menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. Namun, pemanggangan adalah yang paling lazim. Pemeliharaan yang saksama mestilah dilakukan supaya pucuk daun teh tidak terlampau kering, atau bahkan hangus.
9.      Pemeliharaan
Meski tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra, fermentasi tahap kedua, atau pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya. Juga, teh yang diberi perisa dipabrikasi dengan menyemprotkan aroma dan rasa atau dengan menyimpannya di lingkungan perisa.
Tanpa pengawasan suhu dan kelembaban yang saksama selama pengolahan dan pabrikasi, jamur mungkin saja tumbuh di atas teh. Jamur jenis ini menyebabkan fermentasi yang nyata yang akan mencemari teh dengan zat racun dan kadang-kadang senyawa pemicu kanker dan merusak rasa, yang pada akhirnya teh tidak lagi layak untuk dikonsumsi.
Pengolahan spesifik jenis
Teh secara tradisional dikelompokkan berdasarkan derajat periode "fermentasi" daun.
Pucuk daun muda (kuntum daun yang baru tumbuh) tidaklah dioksidasi; pucuk-pucuk ini dihindarkan dari sinar matahari demi mencegah pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi hanya sedikit dibandingkan jenis teh lain, dan akibatnya menjadi lebih mahal dibandingkan teh yang diambil dari yang sama dengan proses yang berbeda. Teh ini jarang ditemui di luar Cina, meskipun di dunia barat mulai menyukai teh organik dan bermutu prima.
Proses oksidasi dihentikan setelah sedikit oksidasi dengan penerapan panasa, apakah itu dengan pengukusan, atau dengan penggongsengan, metode tradisional Cina. Daun teh dapat dikeringkan sebagai daun terpisah atau digulungkan membentuk pelet kecil untuk menghasilkan Teh bubuk. Proses ini memakan waktu dan biasanya dilakukan pekoe untuk mutu terbaik. Teh diolah sehari atau dua hari setelah panen.
Teh oolong (Wulong)
Oksidasi dihentikan pada waktu standar teh hijau dan teh hitam. Proses oksidasi memerlukan waktu dua atau tiga hari. Di dalam bahasa Cina, teh semi-oksidasi digolongkan sebagai teh biru (青茶, harfiahnya: teh biru-hijau), sedangkan istilah "oolong" digunakan secara khusus sebagai nama untuk teh semi-oksidasi tertentu.


Daun teh hijau dimungkinkan untuk dioksidasi sempurna. Teh hitam adalah bentuk yang paling lazim di Asia Selatan dan Asia Tenggara dan pada abad lalu di banyak negara Afrika misalnya Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi, dan Zimbabwe. Terjemahan harfiah dari istilah Cina adalah teh merah, yang digunakan oleh beberapa pecinta teh. Orang Cina menyebutnya teh merah karena larutan teh yang dihasilkan dari teh ini akan berwarna merah. Orang Barat menyebutnya teh hitam karena daun teh yang digunakan untuk penyeduhan biasanya berwarna hitam. Namun, teh merah juga disebut rooibos, yaitu teh herbal Afrika Selatan yang semakin merakyat. Proses oksidasi akan mengambil waktu enam pekan. Teh hitam kemudian digolongkan sebagai ortodoks atau sebagai CTC (Crush, Tear, Curl) (Remas, Peras, Keriting); sebuah metode produksi yang dikembangkan pada tahun 1930-an. Teh hitam yang tidak dikocok juga dikenali berdasarkan tempat dari mana mereka berasal, tahun panen dan pemetikan (pertama, kedua, atau musim gugur). Teh hitam proses ortodoks kemudian dikelas-kelaskan menurut mutu daun pascaproduksi oleh sistem Orange pekoe, sedangkan teh CTC menggunakan sistem klasifikasi berbeda.
Teh yang diberi perlakuan oksidasi kedua, seperti teh pu-erh, teh liu'an, dan teh liubao, semuanya disebut teh sekunder atau teh pascafermentasi. Di dalam bahasa Cina mereka dikelompokkan sebagai Teh gelap atau teh hitam. Ini tidak boleh dikaburkan dengan istilah Indonesia teh hitam, yang di dalam bahasa Cina disebut teh merah. Pu-erh, juga disebut Póu léi (Polee) di dalam bahasa Kanton adalah jenis teh sekunder yang paling lazim di pasaran.
Proses pengolahannya sama seperti teh hijau, dan teh yang bermutu tinggi ini pertama disajikan pada masa Imperium Tiongkok.


Juga disebut teh musim dingin, kukicha terbuat dari twig dan daun tua dipetik dari tanaman teh pada masa istirahatnya dan dipanggang di atas api. Kukicha merakyat sebagai makanan kesehatan di Jepang dan termasuk dalam menu diet makrobiotik.

Analisa Mutu Produk Teh

·         Analisa Teh Kering
Teh kering diambil dari setiap percobaan. Kemudian dilakukan analisis kimiawi untuk setiap jenis produk yang dihasilkan, meliputi kadar tanin, VRS, dan kadar sari. Lalu dilakukan pengamatan teh kering secara indrawi terhadap bentuk, ukuran, dan warna daun teh kering. Kemudian dijelaskan perbedaannya dan dideskripsikan masing-masing aroma daun teh kering yang dihasilkan.
·         Analisa Seduhan Teh
Seduhan teh standar dibuat dari daun teh kering yang dihasilkan. Seduhan dibuat dari daun teh yang sebanyak 5 gram dengan air demineral panas sebanyak 150 ml dan air panas biasa. Seduhan diaduk dan didiamkan selama 5 menit kemudian disaring dan diambil filtratnya. Lalu ampasnya dikeringkan kembali dan ditimbang. Sedangkan perubahan bobotnya dilaporkan (dengan dasar kadar bahan padatan saja). Kemudian diberikan kode yang tidak diketahui oleh panelis pada masing-masing seduhan. Penilaian dilakukan terhadap warna, aroma, dan rasa seduhan teh.
·         Penetapan Kadar Sari
10 gram contoh dimasukkan ke dalam gelas piala ukuran 300 ml dan ditambah dengan 200 ml air kemudian ditimbang. Cairan ini dimasak ambil diaduk-aduk dan dibiarkan mendidih selama 5 menit dan dibiarkan dingin. Setelah dingin ditimbang kembali dan ditambahkan air sampai kembali ke berat semula. Seduhan ini kemudian diaduk-aduk dan disaring. Filtrat dimasukkan ke dalam petridish dan diuapkan di atas penangas air sampai kering. Pengeringan dilanjutkan di dalam oven 100-1050C selama 1 jam, didinginkan di dalam eksikator dan ditimbang.
·         Analisa Kadar Tanin
1 gram contoh direbus dalam gelas piala selama 30 menit dengan ditambah dengan 80 ml air destilata. Setelah disaring, dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dan dipenuhkan sampai tanda tera (filtrat 1).
·         Penetrasi cairan A
2 ml filtrat ditambah 150 ml air destilata dan 5ml larutan indigokarmin. Kemudian ditritasi dengan KmnO4 0,1 N sambil diaduk hingga warna berubah menjadi kuning emas pada permukaan cair tersebut, misalnya diperlukan (a) ml.
·         Penetrasi cairan B
20 ml filtrat 1 ditambah 10 ml larutan gelati, 20 ml larutan garam asam dan 2 gram kaolin powder. Selanjutnya dikocok dengan kuat beberapa menit dan disaring (filtrat 2), 5 ml cairan dipipet ditambah 5 ml larutan indigokarmin dan 150 ml air destilasi, kemudian dititrasi menggunakan KmnO4 0,1 . misalnya pada titrasi diperlukan (b) ml.
·         Analisa Bahan Mudah Menguap yang Mudah Direduksi
Satu gram contoh dimasukkan ke dalam labu aerasi “VRS apparatus”, dan ditambahkan10 ml air destilasi dan 10 ml KMnO4 0,02 N ke dalam labu reaksi. Alat “VRS” ini dipasang selama 40 menit, kemudian ke dalam tabung aerasi tersebut ditambahkan 5 ml H2SO4 6 N dan 3 ml KI 20%. Isi labu aerasi kemudian dituangkan ke dalam Erlenmeyer, labu aerasi dibilas dengan air suling, air bilasan juga dituangkan ke dalam erlenmeyer. Titrasi dilakukan dengan menggunkan Na2S2O3 0,02 N dengan indikator kanji (phenolphtalein) yang ditambahkan pada isi labu aerasi yang dituangkan ke dalam labu erlenmeyer. Titrasi dihentikan apabila warna biru hilang, dilakukan juga titrasi blanko.

Ramuan teh
Sebagian besar merek teh yang dijual di pasaran merupakan hasil ramuan ahli teh yang membuat blend yang unik untuk merek tersebut dari berbagai daun teh yang berbeda. Rasa enak dari teh berkualitas tinggi dan berharga mahal biasanya bisa menutupi rasa teh yang berkualitas rendah, sehingga kualitas teh bisa meningkat dan dapat dijual dengan harga yang lebih pantas. Teh hasil ramuan juga menjaga agar rasa teh yang dimiliki merek tertentu tetap stabil sepanjang masa.
Teh melati dibuat dengan mencampur kuncup melati yang siap mekar. Sebelum dicampur dengan kuncup melati, daun teh mengalami proses pelembaban agar harum melati dapat menempel pada daun teh.


Komposisi
Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar, kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin dalam jumlah sedikit.[3]

Kemasan
a.        Teh celup
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas dengan tali. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tetapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup.

b.      Teh saring
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas tanpa tali. Teh saring sangat populer karena praktis untuk membuat teh dalam kuantitas banyak dan menghasilkan lebih pekat dibandingkan teh celup.
c.       Teh seduh (daun teh)
Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.
d.      Teh yang dipres
Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa.
e.       Teh stik 
Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.
f.       Teh instan
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tetapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan, atau dicampur susu bubuk.
Cara Menyeduh Teh yang Baik dan Benar
Teh adalah minuman yang baik bagi kecantikan dan kesehatan. Mengonsumsi teh dapat membantu menjaga daya tahan tubuh, menghindarkan dari segala macam penyakit, menyehatkan kulit dan lain sebagainya. Kandungan polifenol di dalam teh dikenal sebagai zat antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari penuaan dini serta radikal bebas. Namun, teh yang menyehatkan adalah yang dikonsumsi dengan cara yang benar.
Inilah cara yang benar menyeduh teh:
-          Seduh teh dengan air panas
Pastikan agar Anda tidak menyeduh teh dengan air mendidih. Gunakan saja air panas agar zat antioksidan di dalam teh tidak rusak. Seperti halnya menyeduh susu, diamkan sejenak air yang sudah dididihkan. Disarankan menyeduh teh adalah dengan suhu 60-70 derajat celcius. Mungkin warna tehnya tak sepekat biasanya, namun antioksidannya efektif bagi tubuh.
-          Gunakan bahan khusus
Pakailah tempat khusus berbahan tanah liat, cangkir, gelas kaca, perak atau stainless steel untuk menyeduh teh agar bahan aktif lainnya tidak ikut larut dalam teh.
-          No sugar or cream
Menambahkan gula atau cream dalam teh sebenarnya adalah kebiasaan buruk yang perlu diakhiri. Teh sebenarnya berfungsi mengurangi kalori, sedangkan gula dan cream malah menambahkannya.
-          Jangan langsung diminum
Sebaiknya jangan langsung diminum apabila Anda menyeduh teh. Biarkan setidaknya selama 5 menit sehingga katekin di dalamnya keluar.

Manfaat dari Minum Teh :
§  Memperkuat Gigi & Mencegah Karies pada Gigi
Unsur Flouride ( F ) yang cukup tinggi pada Teh, dapat membantu dalam mencegah tumbuhnya karies pada gigi serta dapat memperkuat gigi.
§  Mengurangi Resiko Keracunan Makanan
Unsur Catechin (salah satu unsur dalam Polyphenols), telah terbukti bahwa unsur tersebut memiliki kemampuan untuk menghentikan pertumbuhan beberapa bakteri yang menyebabkan keracunan makanan (menurut penelitian dari Taiwan dan Jepang).
§  Memperkuat Daya Tahan Tubuh
Dengan adanya vitamin C dan vitamin E, maka Teh dapat juga membantu memperkuat daya tahan tubuh.
§  Menyegarkan Tubuh
Teh mengandung sejenis kafein yang berbeda dengan kopi, maka Teh juga dapat merangsang sistem syaraf tubuh kita sehingga pengambilanoksigen kedalam tubuh lebih lancar.
§  Mencegah Tekanan Darah Tinggi
Epigallocatechin dan epicatechin gallat yang merupakan varian dari catechin, tenyata mampu bertindak sebagai inhibitor dari pada angiotensin trasferase, yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi. Lebih lanjut dapat pula disimpulkan bahwa dengan kemampuan catechin untuk mencegah tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal bebas, maka catechin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovascular.
§  Menangkal Kolesterol
Catechin, ternyata juga telah dibuktikan bahwa dapat mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feces.
§  Mengoptimalkan Metabolisme Gula
Mangan (Mn), yang terkandung dalam Teh bisa membantu penguraian gula menjadi energi. Dengan demikian Teh bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah.
§  Mencegah Pertumbuhan Kanker
Kemampuan Catechin ( salah satu unsur dalam Polyphenols ) dapat menghambat terjadinya mutasi pada sel -sel tubuh dan menetralisir radikal bebas.
§  Mencegah penyakit jantung.
Zat flavonoid dan mangan yang terkandung dalam teh dapat mencegah serangan radikal bebas yang bisa menyebabkan serangan jantung.
§  Memperlambat penuaan
Teh mengandung senyawa polifenol dan antioksidan yang berfungsi memperlambat penuaan dini. Kandungan antioksidan menyebabkan umur hidup sel tubuh menjadi lebih panjang dan regenerasi sel berlangsung lebih lancar. Membasuh teh “basi” ke bagian muka juga konon dapat membuat kulit halus, cerah, dan menyembuhkan luka jerawat. Jika diulas ke rambut juga bisa mencegah uban.
§  Mencegah perdarahan
Kandungan vitamin K yang cukup tinggi pada teh berfungsi dalam pembekuan darah sehingga dapat mencegah pendarahan. Jika terjatuh, luka bisa dibersihkan dengan air teh yang pekat dan hangat.
§  Melangsingkan badan.
Kandungan serat pada teh menyebabkan sistem pencernaan dalam tubuh berlangsung secara tidak berlarut-larut. Akibatnya, karbohidrat yang berhasil diserap tubuh menjadi lebih sedikit yang akhirnya membantu upaya mengurangi bobot tubuh.
§  Menurut peneliti di Hongkong, teh hijau ternyata juga berguna untuk mencegah osteoporosis dan penyakit tulang lainnya.

Bahaya Dari Minum Teh :
Teh memang dapat memberikan manfaat bagi para peminumnya, tetapi ada jugabeberapa orang tertentu yang dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi teh terlalu banyak karena bisa menjadi bumerang bagi kesehatannya Orang-orang tersebut adalah:
§  Pasien yang fungsi ginjalnya tidak baik dan tak dapat menahan kencing atau inkontinensia karena teh berfungsi melancarkan pembuangan air kemih. Banyak minum teh mengganggu fungsi ginjal, sehingga akan semakin memberatkan penyakit pasien tersebut.
§  Wanita hamil
Wanita yang sedang hamil membutuhkan berbagi macam gizi untuk menyuplai kebutuhan metabolisme tubuhnya dan juga janin dalam kandungannya. Kalau ia terlalu banyak minum teh, maka zat tanin atau samak dalam teh dapat bersenyawa dengan zat besi dalam makanan yang dikonsumsinya menjadi semacam kompon yang tidak diserap oleh tubuh. Ini selain dapat mengakibatkan anemia dan kekurangan zat besi pada wanita hamil, juga dapat mengakibatkan janin dalam kandungan menjadi kekurangan zat besi bawaan. Sehingga setelah lahir bayi juga akan menderita anemia dan kekurangan zat besi.
§  Wanita yang sedang menyusui
Wanita yang sedang menyusui sebaiknya tidak minum teh kental. Hal ini karena salah satu dari racun dalam teh (kafein) bisa mempengaruhi pengeluaran air susu, sehingga ASI menjadi berkurang, selain itu kafein juga bisa masuk kedalam tubuh bayi melalui air susu yang dapat mengakibatkan usus bayi menjadi kejang, sehingga bayi akan menangis tak
henti2nya.
§  Orang yang sedang demam
Untuk orang yang sedang menderita demam, minum teh bukannya dapat menurunkan suhu badannya tetapi justru akan meningkatkan suhu panas tubuhnya. Hal ini dikarenakan theophyline yang terkandung dalam teh dapat meninggikan suhu badan, bahkan membuat fungsi obat penurun suhu badan menjadi hilang atau berkurang.
§  Orang yang lemah saraf dan mengalami insomnia
Para penderita penyakit ini sebaiknya tidak minum teh karena hanya akan semakin memperparah penyakitnya. Hal ini disebabkan kandungan kafein dalam teh dapat mengakibatkan bergairahnya sistem saraf dan menaikkan metabolisme dasar, sehingga akan membuat semakin sulit tidur dan merasa gelisah.
§  Orang yang kurang darah
Zat besi dalam makanan memasuki saluran pencernaan dalam bentuk feros hidrosida koloid. Zat besi dalam bentuk koloid ini tidak dapat diserap tubuh secara langsung. Ia harus melalui peran getah lambung barulah dapat diserap melalui tubuh. Asam tanat dalam teh sangat mudah bersenyawa dengan zat besi dan membentuk asam tanat feros larut yang merintangi penyerapan zat besi. Bila tubuh orang yang kurang darah kekurangan zat besi, hemoglobin sintetis dalam tubuh bisa berkurang, dan penyakitnya bisa bertambah parah.
§  Orang yang mengalami sembelit
Mereka pantang minum teh kental karena asam tanat dalam teh mempunyai peran astringen, yaitu melemahkan penggeliangan saluran usus. Bila mereka nekat minum teh kental maka penyakitnya akan semakin bertambah parah.
§  Anak-anak
Minum teh tidak terlalu baik untuk anak2, hal ini dikarenakan setelah minum teh anak2 akan mudah terangsang semangatnya, nafsu makannya menurun, selaput lendir saluran pencernaan menyusut sehingga mempengaruhi pencernaan makanan dan penyerapannya.Asam tanat dalam teh juga dapat mempengaruhi penyerapan vitamin B dan zat besi dalam makanan sehingga mengakibatkan menurunnya hemoglobin dan menuyustnya volume eritrosit, yang akan berakibat mudah terserang anemia atau kurang darah.
§  Orang yang mempunyai tekanan darah tinggi dan mengidap jantung teh memang dapat membantu melindungi jantung tapi bagi yang telah terlanjur menderita penyakit jantung merek harus menghindari minum teh kental, karena kadar kafein dalam teh bisa merangsang orang dan menaikkan tekanan darahnya. Bila mereka tetap minum teh maka jantungnya akan berdetak cepat,merasa sangat gelisah bahkan mengalami arrhythmia atau tidak adanya irama jantung.
Setelah mengetahui beberapa sebab mereka pantang minum teh tentunya akan menjadi perhatian bagi kita. Walaupun teh juga mempunyai manfaat bagi kesehatan tapi efek kesehatan teh lebih bersifat sebagai preventif(mencegah). Dan itupun akan berarti jika teh diminum secara teratur dan dengan takaran yang tepat.
§  Memicu mag
Orang tak boleh minum teh jika menderita mag kronis. Alih-alih sembuh justru dapat memicu sakit karena teh dapat “menggerus” dinding usus. Teh boleh diminum jika larutannya tidak pekat.








2.4.            PEMASARAN HASIL PRODUKSI TEH

Dari bentuk dan sifat pengusahannya, perkebunan teh di Indonesia sebagian besar berupa Perkebunan Rakyat (46%), sisanya berupa Perkebunan Besar Negara (30%) dan  Perkebunan  Besar  Swasta (24%). Perkebunan  teh  yang  diusahakan  dalam bentuk  Perkebunan  Besar  Negara/PTPN misalnya,  Perkebunan  Teh  Gunung  Mas, Goalpara dan Malabar di Jawa Barat. Sedangkan yang  diusahakan  dalam  bentuk  Perkebunan Besar Swasta misalnya Perkebunan Teh Tambi, Pagilaran  dan  Kemuning  di  Jawa  Tengah.
Walaupun  pengusahaan  teh    di  Indonesia semakin  meluas,  dari  mulai  Sumatera  Utara sampai ke Jawa Timur, namun perkebunan teh di Indonesia dewasa ini berada dalam kondisi yang menurun (decline). Perkembangan areal tanaman teh di Indonesia terus menurun sejak tahun 2002, sehingga pada  tahun 2009 hanya  tersisa seluas 126 251 Ha dengan konsentrasi terbesar di Jawa Barat,  yaitu  seluas  97  138  hektar  (77%);  diikuti Jawa Tengah (8%) dan Sumatera Utara (4%).
Agroindustri  teh  di  Indonesia  telah  dimulai sejak  abad  ke  18  dan  komoditas teh  pernah tercatat sebagai  penghasil  devisa  negara  yang cukup  penting  dalam  perekonomian  nasional. Akan tetapi, sejalan dengan merosotnya luas areal tanaman, produksi teh Indonesia  juga  terus mengalami  penurunan.  Jika  pada tahun  2008 masih sebesar 137 499  ton, pada  tahun 2009  turun menjadi 136 481 ton dan pada tahun 2010 hanya 129 200  ton.
Sebagai  penghasil  devisa  negara,  pada  tahun 2008  tercatat nilai ekspor  teh olahan sebesar US $ 162,8  juta,  tahun 2009 sebesar US $ 174,4  juta, dan tahun 2010 mencapai   US $ 184,9 juta   atau meningkat 6% dari  tahun 2009. Sebagian besar (70%) teh Indonesia diekspor ehingga Indonesia tercatat  menjadi  urutan  keenam  eksportir  teh dunia  setelah  Kenya,  Sri  Lanka,  India  dan Vietnam.  Negara tujuan ekspor teh Indonesia adalah Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat dan negara-negara Eropa.
Kondisi dan perkembangan agroindustry teh Indonesia sendiri dalam periode 2007  –  2010, secara umum  mengalami  peningkatan,  baik jumlah perusahaan, produksi dan nilai produksi, kapasitas izin, utilisasi maupun nilai  investasi serta tenaga kerja yang diserap. Namun demikian, peningkatan tersebut relative kecil sehingga tidak mampu memberikan sumbangan berarti dalam perekonomian nasional.

            Menurunnya  agroindustri  teh  Indonesia dewasa ini terjadi karena belum dapat diatasinya masalah-masalah  yang  dihadapi  oleh  teh Indonesia,  seperti:  rendahnya  produktivitas tanaman karena dominannya tanaman teh rakyat yang  belum  menggunakan  benih  unggul, terbatasnya  penguasaan  teknologi  pengolahan produk  dan  belum  mampunya  petani  mengikuti teknologi anjuran   sebagaimana  direkomendasikan   (Good Agriculture Practice/GAP; Good Manufacture Process/GMP) serta  standar  kualitas  produk  sebagaimana disyaratkan oleh ISO.
Upaya untuk meningkatkan kembali peran teh, baik di pasar domestik maupun di pasar internasional, mengharuskan  untuk menyelesaikan masalah-masalah  tersebut di atas. Disamping itu, tidak kalah pentingnya adalah menyediakan  iklim  usaha  yang  kondusif  agar pelaku  usaha  teh  nasional  (baik  PR,  PTPN maupun PBS) dapat melakukan inovasi teknologi dan diversifikasi produk.
Dengan demikian, para pelaku  usaha  teh  nasional  akan  mampu menghasilkan  produk  teh  dalam  jumlah  dan kualitas  yang  sesuai  dengan  kebutuhan  pasar, baik pasar domestik maupun internasional.














2.5.            KELEMBAGAAN PENUNJANG PRODUKSI TEH
Keberhasilan gerakan penyelamatan agribisnis teh nasional akan sulit terwujud tanpa dukungan regulasi dari pemerintah, baik regulasi tata niaga, pengupahan, dan tentunya regulasi perpajakan khususnya pembebasan PPN atas penyerahan komoditi teh. Sehubungan dengan diterbitkannya UU No. 29 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas UU No. 8 tahun 1983 tentang PPN Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas barang mewah, berkembang informasi bahwa atas penyerahan Komoditi teh akan dikenakan lagi PPN sebesar 10%.
Secara ringkas keterkaitan antara beberapa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang PPN adalah sebagaimana di bawah ini.
PPN01
Terkait dengan kebijakan tersebut, Dewan Teh Indonesia (DTI) menetapkan  bahwa perjuangan untuk membebaskan dari pengenaan PPN pada usaha perkebunan teh yang menjual hasilnya dalam bentuk teh curah, perlu dilakukan dengan konsisten, meskipun telah dimulai sejak sepuluh tahun yang lalu. DIusulkan agar pengenaan PPN diwajibkan kepada produsen hilir yang menjual produknya kepada konsumen akhir. Pengenaan PPN terhadap perkebunan teh yang memproduksi teh curah pada realitanya mengurangi likuiditas usaha, karena sebagian modal kerja tertahan dalam pemba-yaran PPN meskipun juga dapat diupayakan kembali melalui langkah restitusi. Keadaan yang demikian juga mengakibatkan rendahnya harga jual pucuk teh di tingkat petani, karena sebagian besar trader dan pabrikan membebankan PPN tersebut kepada harga beli pucuk teh.





























BAB 4. PENUTUP

4.1.KESIMPULAN
Tanaman teh merupakan tanaman subtropis yang sejak lama telah dikenal dalam peradaban manusia. Tanaman yang memiliki nama latin Camellia sinensis (L) merupakan salah satu sektor non migas yang dikembangkan di Indonesia, karena teh merupakan komoditi hasil pertanian penghasil devisa terbesar kelima dari subsektor perkebunan setelah  karet, kelapa, kopi dan cokelat.
Pengolahan teh umunya terdiri dari teh putih, teh hijau, teh hitam, teh kuning, teh oolong, dan teh sekunder. Pada umumnya, prinsip pengolahan teh terdiri dari proses pelayuan, penggilingan, oksidasi enzimatis, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan penggudangan.
Saat ini produksi teh di Indonesia cenderung menurun, factor penyebabnya diantaranya : rendahnya  produktivitas tanaman karena dominannya tanaman teh rakyat yang belum menggunakan benih unggul, terbatasnya penguasaan  teknologi pengolahan produk dan belum mampunya petani mengikuti teknologi anjuran sebagaimana direkomendasikan.


4.2. SARAN
Indonesia masih mempunyai peluang besar untuk menjadi pengekspor teh terbaik di dunia. Hanya dengan memperbaiki hasil produksi dan meningkatkan produksi teh di Indonesia. Perbaikan produksi teh tidak hanya akan meningkatkan lapangan kerja dan kesejahteraan para petani teh tetapi juga akan meningkatkan pemasukan devisa negara.

Komentar

  1. CV Bahagia Sukses Makmur adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang kontraktor, vendor, jasa jual dan beli tenda.Jenis tenda yang kami sediakan sadalah tenda roder / tenda hanggar. Dalam pemasangannya tenda ini sangat cepat dan tanpa memerlukan IMB (ijin mendirikan bangunan) sangat cocok bagi anda yang sedang membutuhkan tenda segera.

    Selain itu harga jual dan sewa tenda roder jauh lebih murah dari pada harga bangunan permanen. Tapi walaupun begitu tenda roder ini tidak jauh berbeda dengan bangunan permanen lainnya, tenda ini sangat aman, nyaman dan juga memiliki skala yang besar.

    Fungsi dan Spesifikasi Tenda roder :

    Selain untuk gudang Tenda Roder jenis ini sangat cocok gunakan untuk :
    - Untuk tenda posko darurat
    - Tenda frestifal
    - Tenda bazar
    - Tenda Wedding (pernikahan) , DLL.


    Spesifikasi Tenda Roder :
    - Menggunakan atap dan dinding yang tahan terhadap sinar matahari (blackout)
    - Memiliki ruangan yang luas tanpa tiang penyangga ditengah ruangan. yaitu memiliki bentangan 10 M, 15 M dan 20 M. serta panjang kebelakang kelipatan 5 M / sesai kebutuhan.
    - Bisa digunakan untuk segala keperluan acara.


    Tenaga kerja profesional dan terlatih, cara kerja efektif dan efisien dalam membangun tenda. Segera bubungi kami diTelp/WA 081316140397 RAHMA.

    *untuk jasa pengiriman kami melayani seluruh pulau.



    #tendamurah #sewatendamurah #jualtenda #jualtendamurah #jualsewatenda #jualsewatendamurah #tendamembran #tendahanggar #tendasarnafil #tendabazar #tendakerucut #tendagudang #tendajualan #tendadarurat #tendavaksin #tendaevent #tendaroder #tendapabrik #tendacafe #tendajabodetabek #tendatangerang #tendabogor #tendalaris #tendakerucut #tendapameran #tendakarnaval #tendavaksinasi #tendakerucut #tenda #jualtenda #jualtendajakarta

    https://tendagudangjakarta.blogspot.com/







    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penyerbukan Tanaman

Budidaya Tanaman Gandum

Budidaya Nanas