Penyerbukan Tanaman
PENYERBUKAN TANAMAN
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar
belakang
Pemuliaan tanaman pada dasarnya adalah
kegiatan memilih atau menyeleksi dari suatu populasi untuk mendapatkan genotype
tanaman yang memiliki sifat-sifat unggul yang selanjutnya akan di kembangkan
dan di perbanyak sebagai benih atau bibit unggul. Namun demikian, kegiatan
seleksi tersebut sering kali tidak langsung diterapkan karna sifat-sifat
keunggulan yang di maksud tidak seluruhnya terdapat pada satu genotype saja,
melainkan terpisah pada genotype yang lainnya, misalnya suatu genotype yang
mempunyai daya hasil yang tinggi tapi rentan terhadap penyakit, sedangkan
genotype lainya memiliki sifat-sifat lainya. Jika seleksi diterapkan secara
langsung maka kedua sifat unggul tersebut akan selalu terpisah pada genotype
yang berbeda. Oleh sebab itu untuk mendapatkan genotype yang baru yang memiliki
kedua sifat unggul tersebut perlu dilakukan penggabungan melalui rekombinasi
gen.
Tanaman menyerbuk sendiri dapat dimuliakan antara lain
melalui polinasi. Polinasi atau persilangan bertujuan menggabungkan sifat-sifat
baik dati kedua tetua atau induknya sedemikian rupa sehingga sifat-sifat baik
tersebut dimiliki keturunannya. Sebagai dari hasil polinasi adalah timbulnya
keragaman genetic yang tinggi inilah pemuliaa tanaman yang akan memilih tanaman
yang mempunyai sifat-sifat sesuai dengan yang diinginkan.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan
rekombinasi gen. secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara memindahkan
tepung sari kekepala putik pada tanaman yang diinginkan sebagai tetua baik pada
tanaman yang menyerbuk sendiri ataupun pada tanaman yang menyerbuk silang.
I.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka
makalah yang berjudul penuliaan tanaman meyerbuk sendiri Rumusan masalah
tersebut dapat dijawab melalui pertanyaan pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan
pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri?
2. Mengapa tanaman meyerbuk sendiri?
3.
Mengetahui
teknik persilangan pada tanaman menyerbuk sendiri
4.
Apakah
yang dimaksud dengan pemuliaan tanaman menyerbuk bersilang?
5.
Mengapa
tanaman menyerbuk bersilang?
6.
Mengertahui
teknik persilangan pada tanaman menyerbuk bersilang
I.3
Tujuan penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah
diuraikan, tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
Agar lebih
mengetahui pengertian pemuliaan tanaman menyerbuk sendiri dan pemuliaan tanaman
menyerbuk besilang serta alasan tanaman meyerbuk sendiri atau menyerbuk
bersilang dan apapula teknik persilangan pada tanaman menyerbuk sendiri dan
tanaman menyerbuk bersilang.
I.4 Manfaat Penulisan
Harapan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini
adalah bermanfaat, dan berguna sebagai :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan
tentang sejarah perkembangan pemuliaan
tanaman
2. Hasil penyusunan makalah ini sebagai
bahan referensi alternative
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari kekepala putik.
Sedangkan pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet betina. Kriteria
klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat penyerbkan sendiri dan
penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu hanya merupakan salah
satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah satu jalan dimana
populasi dapat dikawinkan. (R.W. Allard, 1992)
Penyerbukan sendiri adalah
jatuhnya serbuk sari dari anter ke stigma pada bunga yang sama atau stigma dari bunga yang lain pada
tanaman yang sama atau klon yang sama. Prinsip yang memungkinkan terjadinya penyerbukan penyerbukan sendiri adalah
kleistogami yaitu pada waktu terjadi penyerbukan bunga yang belum mekar atau
tidak terbuka, misalnya pada kedelai, padi, tembakau dan lain-lain (Nasir,
2001).
Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy) adalah penyerbukan
yang terjadi jika serbuk sari yang jatuh ke kepala putik berasal dari bunga
tumbuhan lain, tetapi masih tergolong dalam jenis yang sama.
Penyerbukan silang pada bunga yang pada umumnya menyerbuk
sendiri bertujuan agar didapatkan tanaman dengan berbagai macam variasi genotip
maupun fenotip. Salah satu tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri
adalah padi. Oleh karena itu diperlukan suatu metode unutk mencegah terjadinya
penyerbukan sendiri pada bunga padi. Penyerbukan sendiri pada bunga padi dapat
dicegah dengan melakukan kastrasi yaitu tidakan membuang semua benang sari yang
masih muda atau yang belum masak dari sebuah kuncup bunga suatu tanaman induk
betina, dengan maksud agar bunga tersebut tidak mengalami penyerbukan sendiri
(Darjanto dan Satifah, 1982).
BAB III
PEMBAHASAN
III.1
Tanaman Menyerbuk Sendiri
Penyerbukan sendiri atau self-pollination adalah proses penyerbukan (berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik) yang secara khusus terjadi pada bunga
yang sama atau antar bunga yang berbeda tetapi dalam satu tanaman atau di
antara bunga pada klon tanaman
yang sama. Penyerbukan di
antara tanaman-tanaman yang berasal dari perkembangbiakan suatu tanaman yang sama
secara aseksual ataupun
di antara tanaman dalam kelompok galur murni dengan komposisi
genetik yang sama akan menghasilkan hasil yang sama dengan penyerbukan pada
bunga dalam satu tanaman. Tanaman yang melakukan penyerbukan sendiri disebut
tanaman menyerbuk sendiri, umumnya penyerbukan terjadi ketika bunga belum mekar
atau dalam kondisi tertutup yang disebut juga penyerbukan tertutup (kleistogami). Pada
hibridisasi tanaman menyerbuk sendiri ini, dapat meningkatkan proporsi
homozigot bagi tanaman heterozigot.
Penyebab terjadinya penyerbukan sendiri antara lain:
Alasan morfologi bunga :
·
Bunga jantan dan bunga betina berada satu pohon
·
Bunga jantan atau tepung sari lebih tinggi dari bunga
betina atau kepala putik
·
Tepung sari dan kepala putik berada dalam satu bunga
Kepala sari/anter
·
Masaknya kepala putik dan tepung sari hamper
bersamaan/sama
·
Terjadi penyerbukan sebelum terbentuknya mahkota
bunga
Penyerbukan sendiri terdiri dari dua macam yaitu
penyerbukan sendiri alami dan buatan.
1.
Penyerbukan
sendiri secara alami
Tanaman dapat diketahui apakah secara alami melakukan penyerbukan sendiri
dengan melakukan pengamatan morfologi terutama
pada alat kelamin (bunga) dan percobaan persilangan sekerabat. Kelengkapan
alat kelamin pada bunga suatu tanaman menjadi salah satu dasarnya, apabila
benang sari dan putik terdapat lengkap pada suatu bunga maka tanaman itu ada
kemungkinan melakukan penyerbukan sendiri. Sebaliknya, apabila benang sari dan putik terpisah pada bunga yang
berbeda atau mungkin tanaman yang berbeda maka dapat dipastikan tanaman itu
tidak melakukan penyerbukan sendiri secara alami. Pada bunga sempurna, perlu ditinjau lebih lanjut waktu penyerbukanya. Apabila tanaman melakukan penyerbukan sebelum bunga mekar, maka tanaman
tersebut melakukan penyerbukan sendiri secara alami. Pada cara yang kedua
yaitu percobaan persilangan antar tanaman sekerabat, pengamatan dilihat pada
tanaman hasil keturunan persilangan sekerabat. Apabila tanaman keturunan tidak menunjukkan
gejala penurunan kualitas baik pada penampilan dan hasil maka tanaman itu
biasanya termasuk tanaman menyerbuk sendiri.
2.
Penyerbukan
sendiri buatan
Pada tanaman yang secara alami melakukan penyerbukan silang, penyerbukan
sendiri dapat dilakukan secara buatan atau rekayasa oleh manusia dan lebih
sering disebut persilangan
sendiri (selfing). Penyerbukan sendiri buatan dilakukan dengan cara mengumpulkan serbuk sari
dari kepala sari suatu tanaman dan mengoleskan atau menaruhnya pada putik bunga
yang sama atau bunga pada tanaman yang sama sebelum diserbuki. Tujuan dari penyerbukan
sendiri pada tanaman
menyerbuk silang adalah untuk mendapatkan
keturunan yang mempunyai komponen genetik yang sama dengan tetuanya.
Berikut adalah beberapa contoh tanaman yang secara alami melakukan
penyerbukan sendiri:
ü buncis
ü gandum
ü tembakau
ü tomat
Macam-macam varietas menyerbuk
sendiri:
1.
Bersari bebas
Hasil seleksi massa, cirinya : Tidak selalu diketahui induk jantan dan betinanya. Jika ingin meningkatkan hasil harus tahu peranan gen aditif sehingga perlu tahu salah satu tetuanya.
Hasil seleksi massa, cirinya : Tidak selalu diketahui induk jantan dan betinanya. Jika ingin meningkatkan hasil harus tahu peranan gen aditif sehingga perlu tahu salah satu tetuanya.
2.
Komposit
Populasi dasar merupakan : campuran varietas unggul, hibrida dan galur (untuk galur boleh ada boleh tidak)
Setiap dicampur terjadi persilangan terbuka kemudian diseleksi melalui seleksi massa.
Populasi dasar merupakan : campuran varietas unggul, hibrida dan galur (untuk galur boleh ada boleh tidak)
Setiap dicampur terjadi persilangan terbuka kemudian diseleksi melalui seleksi massa.
3.
Hibrida
Masalah : persilangan dan saat mencari galur penghasil benihnya.
Masalah : persilangan dan saat mencari galur penghasil benihnya.
Metode pemuliaan yang terbukti telah
berhasil terhadap species perbanyakan sendiri berada pada kategori sebagai
berikut :
1.
Seleksi galur murni
Seleksi ini digunakan untk memilih varietas baru dari varietas yang dahulu telah melewati petani dari generasi ke generasi. Sebagian besar tanaman diseleksi dari varietas tersebut dan dapat diharapkan bersifat homozigot dan inilah titik awal dari perkembangan pemuliaan.
Seleksi ini digunakan untk memilih varietas baru dari varietas yang dahulu telah melewati petani dari generasi ke generasi. Sebagian besar tanaman diseleksi dari varietas tersebut dan dapat diharapkan bersifat homozigot dan inilah titik awal dari perkembangan pemuliaan.
2.
Seleksi massal
Seleksi ini berbeda dengan seleksi galur murni dalanjumlah tanaman dimana tidak hanya sebatang yang diseleksi untuk mendapatkan varietas baru. Varietas yang dikembangkan dengan cara ini mencakup beberapa genotipe yang lebih banyak dibandingkan populasi induknya.
Seleksi ini berbeda dengan seleksi galur murni dalanjumlah tanaman dimana tidak hanya sebatang yang diseleksi untuk mendapatkan varietas baru. Varietas yang dikembangkan dengan cara ini mencakup beberapa genotipe yang lebih banyak dibandingkan populasi induknya.
3.
Metode hibridisasi, dengan pemisahan
secara :
a.
Metode catatan terhadap galur asal usul
Metode silsilah digunakan secara luas oleh pemuliaan tanaman saat ini. Ia menurunkan namanya dari catatan yang disimpan oleh pendahulunya. Seleksi ini keungulanya didasarkan pada keadaan fisik dan sifat yang lain dari individu.
Metode silsilah digunakan secara luas oleh pemuliaan tanaman saat ini. Ia menurunkan namanya dari catatan yang disimpan oleh pendahulunya. Seleksi ini keungulanya didasarkan pada keadaan fisik dan sifat yang lain dari individu.
b.
Metode curah
Metode ini digunakan jika seleksi buatan dilakukan selama perbanyakan massal, pemilihan iini biasanya didasarkan atas tabiat dari individu tanaman.
Metode ini digunakan jika seleksi buatan dilakukan selama perbanyakan massal, pemilihan iini biasanya didasarkan atas tabiat dari individu tanaman.
c.
Metode persilangan kembali
Dalam metode ini diulang manjadi induk yang dikehendaki selama seleksi di kerjakan terhadap sifat karakteristik yang sedangdipindahkan dari dari satu donor induknya.(R.W. Allard, 1992)
Dalam metode ini diulang manjadi induk yang dikehendaki selama seleksi di kerjakan terhadap sifat karakteristik yang sedangdipindahkan dari dari satu donor induknya.(R.W. Allard, 1992)
III.2
Tanaman Menyerbuk Silang
Tanaman menyerbuk silang adalah
tanaman yang dalam proses penyerbukannya, polen atau serbuk sari berasal dari
tanaman lain yang berbeda secara genotip. Individu tanaman menyerbuk silang
hampir selalu memiliki komposisi genetik heterozigot, sehingga keturunannya
akan memiliki komposisi genetik heterosigot maupun homozigot pada beberapa
pasangan alelnya. Keturunan dengan genotip yang beragam akan menampakkan
fenotip yang beragam pula. Perbedaan fenotip satu individu dengan individu
lainnya dalam suatu kelompok tanaman
dinamakan dengan Heterogen. Setiap individu dalam sekelompok tanaman menyerbuk
silang berbeda secara genetis, umumnya memiliki susunan genetik heterozigot.
Kelompok tanaman (populasi) dari tanaman menyerbuk silang menunjukkan
penampilan heterogen.
Penyerbukan silang (cross pollination) adalah suatu sistem perpindahan serbuk sari ke kepala putik yang
berasal dari tanaman yang berbeda. Jika mayoritas suatu populasi (lebih dari
95%) melangsungkan penyerbukan silang, maka dikatakan bahwa tanaman tersebut
dikategorikan sebagai tanaman menyerbuk silang. Mekanisme menyerbuk silang
terjadi karena terhalangnya penyerbukan sendiri.
Prosedur pemuliaan tanaman menyerbuk silang
berbeda dengan tanaman menyerbuk sendiri. Tanaman menyerbuk silang bertujuan
untuk mendapatkan populasi yanag terdiri dari tanaman. Oleh sebab itu, metode
yang digunakan berbeda, terutama pada prosedur seleksi. Varietas yang dibentuk
dari tanaman menyerbuk silang adalah varietas hibrida dan bersari bebas.
Berikut contoh tanaman menyerbuk silang yaitu:
ü Anggur
ü Mangga
ü Nanas
ü Semangka
ü Kelapa sawit
ü Sirsak
ü Pepaya
ü Jagung
1.
Dasar Genetik Tanaman
Menyerbuk Silang
Populasi yang mempunyai frekuensi gen tertentu
pada dasarnya merupakan suatu varietas tanaman menyerbuk silang. Karena mudah
melakukan penyerbukan silang maka dalam satu varietas terdiri atas tanaman
heterozigot (heterogen), kecuali varietas hibrida. Akan tetapi, secara fenotipe
nampaknya sama sehingga populasi tersebut memperlihatkan varietas tertentu.
Keragaman genetic dapat dipertahankan dari
generasi ke generasi karena ada kawin acak, sehingga baik frekuensi gen maupun
genoyipe dapat tetap sama pada generasi berikutnya. Menurut hokum
Hardy-Weinberg, frekuensi gen dan genotype akan konstan dari generasi ke generasi
pada suatu populasi kawin acak jika tidak terjadi seleksi, mutasi, dan
mitigasi.
Upaya memperbaiki verietas suatu tanaman
menyerbuk silang, berkaitan dengan merubah frekuensi gen yakni kea rah
peningkatan frekuensi gen yang dikehendaki. Perubahan ini dapat dilakukan
dengan melalui seleksi. Dengan definisi lain pemuliaan tanaman menyerbuk silang
sebagai seleksi terhadap populasi yang bertujuan untuk memperoleh populasi
dengan frekuensi gen yang baru dan unik.
Demikian yang menyebabkan program pemuliaan
tanaman bergantung dari populasi asal dan metode seleksi yang dilakuakan.
Populasi asl harus memiliki keseragaman dan ada gen yang diinginkan. Sedangkan
seleksi diarahkan untuk memperbesar persentase gen yang diinginkan.
2.
Pembentukan Populasi Dasar
Tersedianya populasi dasar merupakan langkah
awal dalam program pemuliaan tanaman menyerbuk silang. Populasi dasar dapat
berasal dari genotype local atau yang dibentuk oleh pemulia. Populasi dasar
yang sudah ada, perlu diperbaharuhi oleh pemulia melalui sistem persilangan
tertentu agar menjadi lebih efektif.
Pembentukan populasi dasar mempunyai tujuan
untuk meningkatkan keragaman karakter yang mempunyai nilai ekonomis dan
mempertahankan keseragaman karakter lain. Misalnya, apabila ada pemuliaan
tanaman yang diharapkan adanya peningkatan produksi maka karakter produksi
tersebut diusahakan beragam pada populasi dasar. Sementara, karakter lain
seperti kemasakan, tinggi tanaman, dan kualitas agak seragam.
Pemabentukan populasi dasar tergantung pada
macam tanaman dan meodel seleksi yang digunakan. Setelah melakukan persilangan,
hanya dibutuhkan satu generasi kawin acak untuk kombinasi-kombinasi baru. Jika
lebih dari satu generasi kawin acak sebelum dimulai seleksi keragaman akan
tetap sama.
Keragaman genetik pada populasi dasar dapat
ditentukan melalui genotipe penyusun dan karakter perkawinan setiap individu
anggotan populasi dasar. Berikut adalah lima sistem persilangan yang dikenal
pada tanaman menyerbuk silang.
a.
Kawin acak (random mating)
Pada prinsipnya setiap individu dapat
melakukan kawin acak, karena mempunyai kesempatan sama untuk membentuk
keturunan dan setiap bunga betina dapat diserbuki oleh setiap gamet jantan.
Kawin acak yang mengikuti seleksi dapat mengubah frekuensi gen, keragaman
populasi, dan korelasi genetik antara kerabat dekat. Walaupun dapat mengubah
frekuensi gen tetapi, kecil pengaruhnya terhadap homozigotas tanaman. Kawin
acak menyebabkan populasi tanaman menyerbuk silang bersifat heterosigot dan
heterogenus (beragam).
b. Kawin
antar tanaman secara genetik sejenis (genetic assortative mating)
Sistem perkawinan ini lebih dikenal dengan
istilah tangkar dalam (inbreeding). Dengan perkawinan ini akan meningkatkan
peluang diturunkannya gamet sama dari kedua tetuanya, yang cenderung menurunkan
persentasi heterozigotas dalam populasi yang berakibat pada penurunan karakter
tanaman. Menurut percobaan East tahun 1908 dan Shull tahun 1909 pada tanaman
jagung, baru mendapatkan hasil yang dapat menjelaskan akibat inbreeding.
Berdasarkan hasil percobaan tersebut dapat
diambil kesimpulan, yaitu 1) muncul sejumlah besar genotipe yang mati dan lemah
pada generasi tangkar dalam; 2) individu bahan percobaan ternyata terpisah
secara capat ke dalam galur-galur berbeda, yang masing-masing galur menunjukkan
makin seragam dalam berbagai karakter morfologi dan fisiologi, seperti tinggi
tanaman, panjang tongkol dan kemasakan; 3) banyak galur yang menurun
karakternya dan produktivitasnya serta tidak bertahan, walaupun ditumbuhkan
pada lingkungan yang menguntungkan; serta 4) galur yang masih hidup menunjukkan
penurunan ukuran dan kekuatannya.
Tangkar dalam tanpa seleksi terarah akan
meningkatkan keragaman genetik. Selain itu, juga berpengaruh terhadap
peningkatan keragaman genetik antar kerabat dekat. Namun, tangkar dalam diikuti
seleksi akan dapat memperkecil keragaman genetik. Sistem ini cocok untuk
menghasilkan galur homozigot.
c. Kawin antar tanaman
secara fenotipe sejenis (phenotypic assortative mating)
Sistem perkawinan ini terjadi pada tanaman
yang fenotipenya sejenis atau serupa, maka pengaruh yang terjadi bergantung ada
tidaknya peristiwa dominan. Apabila tidak ada peristiwa dominan maka perkawinan
hanya terjadi pada tipe ekstrim, misalnya AA x AA dan aa x aa. Perkawinan ini
sebagai akibat terjadinya konsentrasi dari tipe ekstrim ini dan tipe homozigot
akan dapat dipertahankan. Sistem ini cocok apabila tujuan pemuliaan yaitu
mengembangkan tipe ekstrim.
d. Kawin antar tanaman
secara genetik tidak sejenis (genetic disassortative mating)
Sistem perkawinan antar tanaman secara genetik
tidak sejenis, dimana sistem ini berkaitan dengan persilangan antarspesies.
Perkawinan ini disebut juga silang luar (outbreeding). Tujuan utama
bukanlah untuk membentuk populasi dasar, tetapi untuk meningkatkan keragaman
genetik yang berkaitan dengan sumber bahan pemuliaan tanaman. Selain itu, juga
untuk memperoleh populasi dengan stabilitas maksimum.
e. Kawin antar tanaman
secara fenotipe tidak sejenis (phenotypic disassortative mating)
Sistem ini dilakukan bertujuan untuk
menghilangkan atau mengurangi kelemahan tanaman atau populasi bahan seleksi.
Dengan memilih tetua yang fenotipenya berbeda, dimungkinkan untuk mengatasi
kelemahan salah satu tetua. Pada sistem ini cenderung mempertahankan
heterozigositas dalam populasi, tetapi mengurangi keragaman populasi apabila
nilai tipe ekstrim mendekati rata-rata populasi. Akibat lain sistem ini akan
mengurangi korelasi genetik anatarkerabat.
3. Seleksi Tanaman
Menyerbuk Silang
Pada pemuliaan tanaman penyerbukan silang,
seleksi dilakukan mempunyai dua tujuan, yaitu pemilihan genotipe yang dijadikan
tetua pada pembentukan populasi dasar serta pemilihan individu tanaman atau
galur sebagai peningkatan karakter populasi atau penciptaan varietas baru. Kaitannya
dengan seleksi tanaman menyerbuk silang. Walaupun intensitas seleksi dapat
meningkatkan kamajuan, tetapi pada tingkat terlalu tinggi dapat mempunyai
tingkat kesamaan genotipe sehingga akan meningkatkan jumlah gen homozigot atau
menyebabkan terjadinya tekanan tangkar dalam pada keturunannya.
Seleksi pada dasarnya merupakan bentuk
penerapan teori genetika kuantitatif dan genetika populasi terhadap permalan
dan penampilan perilaku populasi. Selaksi dapat berlangsung alami ataupun
buatan. Secara buatan, dapat berupa seleksi stabilitas, seleksi pemecahan dan seleksi
terarah. Seleksi stabilitas bertujuan untuk memantapkan populasi keturunan
karakter yang diinginkan.
Seleksi pemecahan bertujuan untuk memilih tipe
ekstrim yang dikehendaki. Sedangkan seleksi terarah banyak digunakan dalam
pemuliaan tanaman untuk memperoleh tanaman dengan karakter-karakter tertentu.
Oleh sebeb itu, penjelasan akan ditekankan pada tipe seleksi ini.
Beberapa prosedur seleksi terarah dalam usaha
meningkatkan tanaman menyerbuk silang dan perbedaannya terletak pada empat hal
sebagai berikut:
a. Dasar seleksi populasi silang. Seleksi
berdasarkan perbedaan fenotipe individu tanaman atau perbedaan genotipe melalui
uji keturunan.
b. Pengendalian persilangan pada generasi awal.
Dapat dibedakan atas diketahui atau tidak tetuanya.
c. Tipe aksi gen (gene action). Seleksi dapat
ditekankan berdasarkan daya gabung umum (general combining ability),
daya gabung khusus (specific combining ability), atau kedua-duanya.
d. Tipe varietas yang akan diciptakan dari hasil
seleksi. Apabila bertujuan untuk medapatkan varietas hibrida atau sintetis,
maka dilakukan sekesi galur.
Macam-macam seleksi tanaman menyerbuk sendiri:
a. Seleksi Massa
Seleksi massa, pemilihan tetap berdasarkan
pada individu tanaman dan penilaian fenotipe. Sebagai bahan seleksi adalah
populasi kawin acak yang tidak memperhatikan asal gamet jantan.
Kelebihan seleksi ini yaitu mudah
dilaksanakan, murah, dapat dilakukan pada populasi besar dan dapat menekan
terjadinya tangkar dalam. Kelemahannya adalah memerlukan tempat penanaman yang
terpisah dari populasi lain dan kemajuan seleksi tergolong rendah.
Diharapkan dengan seleksi massa diperoleh
populasi keturunan dengan frekuensi gen yang dikehendaki lebih besar. Oleh
karena itu, efisiensi seleksi tergantung dari kecermatan menilai fenotipe agar
juga mencerminkan nilai genotipe. Penilaian akan lebih mudah dilakukan apabila
ditinjau dari karakter kualitatif karena penampakan fenotipe juga merupakan
nilai genotipe. Dengan demikian, seleksi massa efektif untuk tujuan peningkatan
karakter kualitatif seperti warna biji, tinggi tanaman, ukuran tongkol, letak
tongkol, kemasakan dan kandungan minyak, serta protein. Sebaliknya akan menjadi
kurang efektif untuk karakter kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen.
Seleksi massa sesuai untuk karakter dengan heretabilitas tinggi, tetapi tidak
sesuai untuk karakter dengan heretabilitas rendah.
Upanya meningkatkan efisiensi seleksi massa,
misalnya pada produksi tanaman jagung. Teknik yang dapat digunakan adalah
sebagai berikut:
ü Seleksi hanya pada karakter penting.
ü Petak seleksi dibatasi 1/6-1/2 ha dan
pemeliharaan seseragam mungkin agar dapat memperkecil keragaman lingkungan.
ü Petak seleksi dibagi menjadi sub plot yang
hanya berisi kurang lebih 4 baris dan masing-masing baris hanya 10 tanaman.
Seleksi sebesar 10% sehingga tiap sub plot dipilih empat tanaman terbaik.
Pemabgian petak tersebut dimaksudkan untuk memperkecil keragaman lingkungan
mikro pada produksi individu tanaman sehingga meningkatkan heretabilitas.
b. Seleksi Tongkol ke
Baris (ear to row selection)
Pada awalnya seleksi ini hanya digunakan pada
tanaman jagung, karena ada istilah “tongkol” pada tanamannya. Namun
selanjutnya, metode seleksi ini digunakan juga untuk tanaman menyerbuk silang
lainnya. Metode ini dikenal sebagai seleksi saudara tiri (half sibs) karena tanaman
yang diseleksi hanya diketahui induk betinanya.
Seleksi ini merupakan modifikasi seleksi massa
dengan maksud meningkatkan efektivitasnya. Pada seleksi tongkol ke baris,
penilaian dilakukan pada kenampakan keturunan. Ternyata metode ini efektif
untuk karakter yang heretabilitasnya tinggi, tetapi tidak efektif untuk
karakter heretabilitas rendah.
Pada awalnya seleksi ini hanya digunakan pada
tanaman jagung, karena ada istilah “tongkol” pada tanamannya. Namun
selanjutnya, metode seleksi ini digunakan juga untuk tanaman menyerbuk silang
lainnya. Metode ini dikenal sebagai seleksi saudara tiri (half sibs) karena
tanaman yang diseleksi hanya diketahui induk betinanya.
Seleksi ini merupakan modifikasi seleksi massa
dengan maksud meningkatkan efektivitasnya. Pada seleksi tongkol ke baris,
penilaian dilakukan pada kenampakan keturunan. Ternyata metode ini efektif
untuk karakter yang heretabilitasnya tinggi, tetapi tidak efektif untuk
karakter heretabilitas rendah.
Secara singkat prosedur seleksi tongkol ke
baris adalah sebagai berikut:
ü Pada generasi asal yang beragam diseleksi
secara individual berdasarkan fenotipenya. Biji dari masing-masing tanaman
dipisahkan. Biasanya dipilih sampai 200 tanaman.
ü Sebagian biji dari masing-masing tanaman
terseleksi ditanam dalam satu baris, misalnya dengan panjang 5 m. jadi, jumlah
barisan sama dengan tanaman terseleksi. Petak percobaan harus terpisah dari
tanaman lain yang sejenis.
ü Pengamatan dilakukan baik pada individu
tanaman maupun barisan. Seleksi didasarkan tanaman terbaik dari barisan
terbaik. Barisan di sini merupakan kelompok tanaman satu family.
ü Sisa biji (pada poin b) dari tanaman yang
menghasilkan barisan baik dapat ditanam pada tahun kedua dan seleksi dilakukan
terhadap tanaman terbaik.
Seleksi ini bisa dimodifikasi dengan penekanan
pada penggunaan ulangan dan uji keturunan. Ulangan yang dimaksud adalah
penanaman di beberapa lokasi dalam satu tahun. Dengan adanya ulangan ini,
diharapkan kecermatan seleksi dapat ditingkatkan. Demikian juga dengan adanya
uji keturunan akan menambah kecermatan. Seleksi tongkol ke baris yang
dimodifikasi dapat meningkatkan tanggap (respons) seleksi dibandingkan dengan
seleksi massa untuk karakter dengan heretabilitas rendah.
c. Seleksi Daur Ulang (recurrent
selection)
ü Seleksi daur ulang fenotipe
Seleksi
didasarkan pada fenotipe individu tanaman dan tidak menggunakan uji keturunan.
Pada setiap jalur seleksi bertujuan untuk mengidentifikasi tanaman unggul
(superior) secara individu dan agar terjadi kawin acak antara tanaman
terseleksi. Biji dari tanaman terseleksi dengan proporsi dan daya hidup sama
digunakan untuk membentuk populasi baru. Pada metode ini perlu diketahui tetua
jantan dan betinanya karena seleksi dilakukan baik untuk gamet jantan maupun
gamet betina. Metode ini bermanfaat untuk karakter dengan heretabilitas tinggi,
seperti kadar minyak dan protein.
Masing-masing
tanaman terseleksi dilakukan kawin sendiri. Tanaman terseleksi ditanam dalam
baris, kemudian dilakukan silang-silang (intercross). Kedua tahap ini
membentuk satu siklus. Keturunan dari siklus pertama dilakukan seleksi dan
kawin sendiri kembali. Dengan adanya proses kawin acak ini, program seleksi
daur ulang dapat digunakan sebagai sumber galur untuk menciptakan varietas
hibrida atau varietas bersari bebas. Agar saling silang dengan dapat terjadi
dengan baik maka tata letak tanaman diatur sedemikian rupa sehingga tidak
memungkinkan terjadi selfing. Hal yang perlu diperhatikan adalah tanaman
yang digunakan sebagai betina harus dilakukan detaseling (pembuangan
bunga jantan sebelum polen pecah) saat muncul bunga betina (tasel).
ü Seleksi daur ulang daya gabung umum
Seleksi
ini dimaksudkan untuk menilai daya gabung umum tanaman yang dipilih dari
populasi dasar. Penilaian diarahkan kepada potensi genotipe tanaman terpilih,
bukan fenotipenya. Dengan ini, diharapkan dapat meningkatkan program seleksi
untuk karakter yang heretabilitasnya rendah. Prosedur dasarnya sama dengan
seleksi daur ulang biasa, tetapi dengan adanya uji keturunan pekerjaan seleksi
lebih rumit dan membutuhkan fasilitas dan waktu lebih banyak.
Daur
pertama dimulai dengan penyeleksian pada populasi dasar, kemudian tanaman
terseleksi dilakukan kawin sendiri. Kelompok tanaman terseleksi ini disebut S0.
Keturunan dari kawin sendiri disebut S1. Selanjutnya galur S1 disilangkan
dengan tanaman penguji (tester), berarti galur S1 sebagai tanaman
betina. Keturunan dari persilangan ini digunakan untuk mengevaluasi daya gabung
masing-masing galur S1 dan akan dapat diketahui galur-galur yang dianggap
unggul (superior).
Sisa biji
galur-galur S1 yang dinilai unggul dipergunakan untuk membentuk populasi kawin
acak dan dijauhkan dari sumber tepung sari lain. Dapat juga dilakukan silang
diallel antar galur-galur S1. Populasi ini sebagai bahan seleksi untuk daur
berikutnya, yang prosesnya sama seperti di atas. Program ini dapat dilaksanakan
beberapa daur sehingga hasil yang diperoleh mendekati atau sesuai dengan
harapan pemulia. Program ini dapat diarahkan dalam menciptakan varietas
sintetis bagi tanaman menyerbuk silang atau sebagai perbaikan populasi yang
akan dijadikan bahan pemuliaan untuk mendapatkan varietas hibrida.
ü Seleksi daur ulang daya gabung khusus
Langkah
seleksi ini sama dengan seleksi untuk daya gabung umum. Perbedaannya terletak
pada tanaman pengujinya (tester). Pada seleksi daya gabung khusus
dipergunakan galur murni atau keturunan persilangan dua galur murni sebagai tester.
Ciri seleksi ini adalah terjadi peningkatan produksi tanaman keturunan dari
populasi dengan penguji. Hal ini merupakan hasil evaluasi daya gabung khusus
antara galur S1 dengan pengujinya. Demikian, program ini bertujuan untuk
meningkatkan tanaman keturunanmelalui uji daya gabung khusus atau untuk
memperoleh suatu populasi yang lebih baik sebagai bahan seleksi galur-galur
murni dengan daya gabung khusus tinggi.
Oleh
sebab itu, diharapkan seleksi ini lebih efektif dibandingkan seleksi daur ulang
daya gabung umum dalam memperoleh tanggap selekswi mengenai produksi tanaman
terseleksi. Namun, pada beberpa penelitian tanaman jagung menunjukkan bahwa
apabila radam aditif dua kali lipat dari ragam dominan maka seleksi untuk daya
gabung umum lebih efektif.
ü Seleksi daur ualang resiprok
Seleksi
ini dilakukan berdasarkan uji keturunan untuk mengevaluasi gelur mengenai
kemampuan daya gabung umum dan khusus. Seleksi daur ulang daya gabung umum
memanfaatkan adanya ragam aditif pada populasi, sedangkan . seleksi daur ulang
daya gabung khusus memanfaatkan ragam dominan. Oleh sebab itu, seleksi daur
ulang resiprok menyeleksi sekaligus daya gabug umum dan khusus guna mengurangi
kelemahan dua macam seleksi tersebut. Metode ini sering digunakan pada tanaman
kelapa sawit. Kelapa sawit tenera merupakan hasil persilangan antara Dura
dengan Psifura. Dimana seleksi dilakukan pada populasi Dura dan Psifura
sekaligus.
Seleksi
daur ulang resiprok menggunakan dua populasi heterogen dan heterozigot, yang
masing-masing digunakan baik sebagai populasi bahan seleksi maupun penguji.
Ciri metode seleksi ini adalah pada mulanya kedua populasi penguji bertindak
untuk biji keturunan bagi daya gabung umum. Namun, setelah aeleksi berlangsung
terjadi pergeseran secara bertingkat bahwa kedua populasi tersebut
diperuntukkan menguji kombinasi gendalam arti daya gabung khusus. Target
terakhir yaitu persilangan dua populasi untuk memperoleh penampilan hibrida
secara maksimal.
4. Varietas Sintesis
Varietas sintesis ialah varietas yang
dihasilkan oleh kombinasi galur atau tanaman terseleksi dan dilanjutkan
persilangan acak secara normal. Genotipe-genotipe pembentuk varietas sintesis
dapat berupa galur murni, klon, populasi hasil seleksi massa atau populasi
lain.
Perbedaan antara varietas sintesis dengan
varietas bersari bebas lainnya adalah genotipe-genotipe pembentuk varietas
sintesis telah diuji kemampuan daya gabungnya. Tujuan mengadakan pengujian
genotipe adalah unutuk memperoleh genotipe yang mempunyai kemampuan baik
apabila dikombinasikan dalam bentuk varietas sintesis. Kemampuan daya gabung
yang tinggi diharapkan dapat menghasilkan produksi tinggi pula pada
keturunannya.
Keuntungan varietas sintesis terutama adalah
sebagai berikut.
ü Benih varietas ini dapat diusahakan petani
sendiri untuk generasi selanjutnya sehingga lebih cocok dibandingkan dengan
varietas hibrida bagi petani kurang mampu.
ü Keragaman yang lebih besar dalam varietas
sintesis memungkinkan lebih tahan menghadapi tekanan lingkungan dibandingkan
dengan varietas hibrida.
ü Biasanya lebih unggul dibandingkan dengan
varietas bersari bebas lain karena varietas sintesis merupakan kombinasi galur
terpilih dan teruji.
Pengembangan varietas sintesis dapat
diusahakan melalui seleksi daur ulang beberapa galur. Disamping itu, varietas
ini dapat digunakan sebagai sumber penghasil galur-galur murni baru.
Galur-galur tetua pembentuk varietas sintesis diarahkan secara genetik
mempinyai andil yang sama pada kawin acak dalam populasi varietas tersebut.
Pembentukan populasi pertama diberi istilah syn 0 (galur-galur tetua). Syn
merupakan singkatan dari synthetic. Generasi pertama disebut syn 1 yang
merupakan kombinasi keturunan F1. Generassi berikutnya disebut syn 2 yang
merupakan generasi kawin acak. Selanjutnya disebut generasi syn 3, syn 4 dan
seterusnya. Varietas sintesis yang dipergunakan secara komersial merupakan
generasi syn 2 dan seterusnya.
Generasi syn 0 dibentuk melalui kombinasi
biji-biji galur dengan proporsi sama, atao klon-klon dengan perbandingan yang
sama pula dan ditanam secara acak, atau kombinasi dialel dari semua galur.
Populasi menghasilkan biji untuk generasi syn 1 dan seterusnya syn 2. Pada
generasi awal (syn 1 dan syn 2), tanaman ditumbuhkan pada area yang terpisah
dari lainnya. Kemudian semua biji dipungut untuk biji genrasi selanjutnya.
Untuk mempertahankan suatu varietas sintesis
dapat ditempuh melalui hal berikut ini.
ü Pembaharuan populasi denga galur-galur dasar,
yang kemudian melepaskan generasi syn 2 dan syn 3.
ü Pemeriksaan biji populasi generasi lanjut,
yakni melalui pengujian di tempat terisolir untuk mengetahui apakah ada
prubahan kemampuan produksi varietas baru
Untuk meramalkan naik-turunnya produksi setiap
generasi varietas sintesis dapat digunakan persamaan berikut.
Yt = Y0 + (Y1 – Y0)
dimana: Yt = produksi generasi syn t
Y0 = produksi
generasi syn 0
Y1 = produksi
generasi syn 1
Fi = koefisien silang-dalam pada generasi
i
F0 = koefisien silang-dalam pada generasi
syn 0
Ft = koefisien silang-dalam pada generasi syn t
Persamaan ini berdasarkan pertimbangan bahwa
produksi suatu varietas sintesis tergantung dari potensi genetik galur-galur
dan derajat silang-dalam yang terjadi.
Derajat silang-dalam berkaitan denga jumlah
galur pembentuk varietas sintesis. Secara umum, semakin sedikit jumlah galur
maka semakin dekat hubungan keturunan
antar galur sehingga derajat silang-dalam semakin meningkat. Silang-dalam
disebabkan oleh persilangan full-sib dan half sib pada generasi awal (syn 1).
Semua silang-dalam terjadi pada generasi syn 1 sehingga terjadi penurunan
produksi pada generasi syn 2. Penurunan ini semakin nyata apabila jumlah galur
dasar semakin sedikit. Namun pada generasi selanjutnya tingkat produksi konstan
seperti generasi syn 2.
5. Varietas Komposit
Varietas komposit pada dasarnya merupakan
campuran berbagai macam bahan pemuliaan yang telah diketahui potensi produksi,
umur, ketahanan, atau karakter laninnya. Dengan demikian, pembentukan varietas
ini mirip dengan varietas sintesis, hanya bahan pembentuknya lebih beraneka
ragam.dalam pembentukannya, biji dari berbagai galur dan atau hibrida dicampur
menjadi satu dan ditanam beberapa generasi agar penyerbukan silang terjadi
dengan baik. Setelah 4 sampai 5 generasi seleksi dapat dilakukan, yakni setelah
terjadi banyak kombinasi-kombinasi baru. Seleksi ini dilakukan untuk
peningkatan karakter populasi tersebut, yang disebabkan peningkatkan frekuensi
gen yang dikehendaki.
Karena terdiri dari campuran galur, varietas
bersari bebas dan hibrida maka melalui kawin acak akan terjadi banyak
kombinasi-kombinasi baru. Dengan demikian, varietas ini dapat bertindak sebagai
kumpulan gen (gene pool) yang amat bermafaat bagi program pemuliaan
tanaman menyerbuk silang. Dengan kata lain, varietas ini merupakan penyimpanan
plasma nutfah yang memang diperlukan bagi program peningkatan karakter suatu
varietas menyerbuk silang.
BAB
IV
PENUTUP
IV.1
Kesimpulan
Penyerbukan adalah jatuhnya serbuk sari
kekepala putik. Sedangkan pembuahan adalah bergabungnya gamet jantan dan gamet
betina. Kriteria klasifikasi yang dipergunakan hanya berdasarkan tingkat
penyerbkan sendiri dan penyerbukan silang. Polonasi sendiri sudah barang tentu
hanya merupakan salah satu system perbanyakan tanaman dan hanya sebagai salah
satu jalan dimana populasi dapat dikawinkan.
Penyerbukan
sendiri adalah proses penyerbukan (berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke kepala putik) yang secara khusus terjadi pada bunga
yang sama atau antar bunga yang berbeda tetapi dalam satu tanaman atau di
antara bunga pada klon tanaman
yang sama.
Penyerbukan silang (allogamy, xenogamy)
adalah suatu sistem perpindahan serbuk
sari ke kepala putik yang berasal dari tanaman yang berbeda. Jika mayoritas
suatu populasi (lebih dari 95%) melangsungkan penyerbukan silang, maka
dikatakan bahwa tanaman tersebut dikategorikan sebagai tanaman menyerbuk
silang. Mekanisme menyerbuk silang terjadi karena terhalangnya penyerbukan
sendiri.
IV.2
Saran
Saya berharap semoga kedepanya
kegiatan pemulian tanaman penyerbukan sendiri atau bersilang bisa lebih di
mengerti oleh semua pihak.
DAFTAR
PUSTAKA
Allard, R. W, 1992. Pemuliaan Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta
Darjanto dan Siti, S. 1984. Pengetahuan Dasar Biologi
Bunga dan Teknik Penyerbukan Silang Buatan. Gramedia, Jakarta.
Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman.
Depatemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Prasetyo, Muhlas. 2010. Laboratorium Teknologi Benih dan
Pemuliaan Tanaman. Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Pertanian. Universitas
Jember.
Syukur,
M., S. Sujiprihati, dan R. Yunianti. 2009. Teknik pemuliaan tanaman.
Bagian Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Departemen Agronomi dan Hotikultura IPB.
Bogor. 284 hal.
Wels, James R. 1981. Dasar-dasar
Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Erlangga,Jakarta
Soenarto. 1997. Pemuliaan Tanaman. Semarang: IKIP Semarang
Press
Syukur dkk. 2012. Teknik
Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.
Acquaah, George. Principles
of Plant Genetics and Breeding. Australia: Blackwell Publishing.
http://riyanasekasek.blogspot.co.id/2014/03/metode-pemuliaan-tanaman-menyerbuk.html
http://kelapkelipi.blogspot.co.id/2013/09/pemuliaan-tanaman-menyerbuk-sendiri.html
Komentar
Posting Komentar